Friday, August 6, 2010

Malaikat Itu Bernama Sumi


Nining risau, hari ini hari jumat, hari senam bersama di sekolah. Senam Kesegaran Jasmani dengan alunan musik SKJ ’88 yang sangat familiar itu. Musik yang enak didengar dan membuat semangat untuk bersenam ria. Nining mengamati sepatu ketsnya yang sudah usang, yang menganga karena solnya rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Nining baru menyadari tadi saat berjalan kaki menuju sekolahnya. Sebenarnya, gejala solnya akan rusak ini sudah cukup lama, tapi Nining mengabaikan dan selalu berhati-hati saat berjalan supaya tidak terlalu cepat sepatunya rusak. Ternyata, saat itu tiba hari ini, sepatunya rusak sebelah kiri dan ada kemungkinan sepatu sebelah kanan akan menyusul rusak dengan gejala yang sama.

Nining masih bimbang akankah ikut SKJ dengan kondisi sepatu rusak begini atau lebih memilih tidak ikut sama sekali. Tapi ketakutan akan dimarahi bapak atau ibu guru membuatnya gelisah harus berbuat apa.

“Ayo, Ning..SKJ dimulai sebentar lagi tuh, wis do kumpul kabeh..,” terdengar suara Sumi, teman sebangku Nining. Tinggal mereka berdua yang ada di dalam kelas ini, semua murid-murid sudah keluar dan berbaris siap untuk mengikuti senam.

“Tapi, Sumi..aku..,” Nining bingung untuk mengatakan kondisi yang sebenarnya kepada Sumi. Sumi menatap Nining lekat-lekat. Dipandangnya Nining dari atas kepala hingga ke bawah kaki. Dan, Sumi menemukan jawabannya.

“Oalah..sepatumu rusak to..sini aku pinjamin sepatuku, pakai saja..aku wis biasa nyeker, tur rumahku kan dekat sedangkan kamu masih harus berjalan kaki pulang yang sangat jauh jaraknya..,” Sumi segera melepas sepatu berikut kaos kakinya. Setahu Nining, sepatu Sumi ini masih baru walau bukan sepatu mahal, kemarin Sumi baru mengenakannya. Refleks Nining menggeleng.

“Tidak usah, Sumi..aku tidak ikut senam saja..,” Nining menolak sepatu Sumi.

“Ora popo, Ning..kamu bisa ikut SKJ pakai sepatu ini, aku sudah terbiasa nyeker kok..ayuk..musiknya sudah mulai tuh..cepat pakai sepatunya…,” Sumi segera berlari keluar kelas tanpa alas kaki meninggalkan Nining yang terbengong dan langsung ikut senam.

Nining geleng-geleng kepala dan segera memakai sepatu pinjaman dari Sumi. Rasa tidak enak menjalar ke tubuhnya. Bagaimana mungkin Sumi begitu baik hati meminjamkan sepatunya sedangkan dia sendiri rela tidak beralas kaki ? Ah..seharusnya aku tadi tidak usah malu nyeker dan tidak merepotkan Sumi seperti ini, rutuk Nining pada dirinya sendiri.

Nining segera menempatkan diri ke sebelah Sumi yang sudah melambaikan tangannya memberi tempat untuk Nining. Sumi tertawa-tawa dan tidak mempedulikan tatapan teman-teman yang lain melihatnya tanpa alas kaki. Sumi tetap semangat mengikuti gerakan senam tanpa sepatu sebagai alasnya. Sumi malah tampak menikmati kebebasan kakinya yang nyeker.

Nining merasa kagum melihat sikap Sumi yang tampil berani, tidak seperti dirinya yang mudah malu, minder dan peragu itu. Nining ingin seperti Sumi yang tidak terlalu memperdulikan apa yang menjadi pikiran orang-orang tentangnya. Selama dia bisa menikmatinya dan bahagia, Sumi akan melakukannya tanpa berpikir panjang sekalipun dia harus mengorbankan dirinya sendiri seperti yang dilakukannya terhadap Nining kali ini. Sebuah kebaikan yang tulus tak bersyarat. Nining bertekad akan membalas kebaikan Sumi suatu hari nanti. Entah bagaimana caranya…
Gambar dipinjam dari sini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...