Wednesday, February 16, 2011

Goodbye Minder...

Gambar dipinjam dari sini



Minder atau rendah diri pernah menjadi sisi kelam saya di masa lalu. Begitu kuatnya sifat jelek itu melekat dalam diri saya sampai-sampai saya kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Saya selalu merasa jelek, miskin, tidak pantas dan segala pikiran yang men-judge seolah-olah saya ini manusia yang tidak berguna. Dan parahnya, saya merasa orang lain punya pikiran yang sama tentang saya.


Rasa malu yang berlebihan saat bertemu orang lain, kagok saat bicara dan speechless saat berhadapan dengan orang lain menjadi gejala umum saat minder mendera saya. Saya merasa lebih aman meringkuk sendirian di dalam kamar saat banyak tamu di rumah saya sekalipun itu saudara sendiri. Tak peduli berapa lama saya harus mendekam sampai harus menahan pipis dan lapar daripada harus menampakkan batang hidung saya di depan orang-orang yang belum saya kenal dengan baik.


Saking malunya saya untuk menampakkan diri di hadapan tamu, salah seorang saudara jauh saya pernah mengatai bahwa saya tidak punya muka. Salah satu ungkapan protes atas terlalu-nya minder saya yang dengan pasrah harus saya telan mentah-mentah.


Saya tidak tahu persis kenapa saya bisa menderita sifat yang aneh bin ajaib ini. Setahu saya, bapak dan ibu saya termasuk orang yang suka humor dan banyak bicara. Kakak-kakak saya juga tidak ada yang minder.


Saya selalu mengalami kesulitan saat harus beradaptasi di lingkungan baru yang mengharuskan saya untuk bisa berbasa-basi dan ramah. Saya selalu ketakutan saat harus memulai suatu pembicaraan. Saya selalu merasa bahwa apa yang saya lakukan selalu salah dan tidak berguna. Saya selalu takut untuk diabaikan dan direndahkan.


Lambat laun, saya merasa tidak nyaman dengan sifat minder ini, dan ingin keluar dari belenggunya yang menyiksa. Langkah awal yang saya lakukan adalah membuka diri, bergaul dengan orang yang mau menerima saya apa adanya.


Bukannya pilih-pilih teman, terus terang saya sangat sulit untuk berteman dengan orang yang tidak mau menerima diri saya seutuhnya. Apalagi jika orang itu mudah meremehkan orang lain dan suka menghina, sempurna membuat mental saya down. Karena itu, saya akrab dengan beberapa orang yang membuat saya nyaman berteman.


Dalam kenyamanan berteman, ada beberapa hal yang bisa saya petik manfaatnya. Teman yang baik, pasti memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi kita. Apalagi jika dia orang yang optimis, gigih dan suka memotivasi orang. Membuat kepercayaaan diri saya mulai meningkat sedikit demi sedikit. Setelah itu, saya mulai menggali beberapa potensi yang ada dalam diri saya.


Awalnya, saya ragu untuk memulai, tapi berkat dorongan dari teman, saya mulai menemukan bakat-bakat saya. Dan secara perlahan, saya mulai menjadi pribadi yang cukup kuat atas kemampuan yang saya miliki.


Saya mulai bisa menerima diri sendiri, mulai mengenal diri secara baik dan yang pasti, sangat menghargai diri sendiri. Logikanya, kalau bukan diri saya sendiri yang menghargai dan menghormati, bagaimana mungkin orang lain akan berbuat serupa ? Dan saya sangat bersyukur, dengan sedikit perubahan, ternyata mengubah hidup saya menjadi 180 derajat berbeda dari yang lalu.


Rasa malu mulai memudar dalam diri saya mulai terganti dengan percaya diri. Yang tadinya malu untuk memulai senyum, menebar senyum terlebih dahulu kepada orang lain. Yang tadinya takut untuk memulai percakapan, berinisiatif lebih dulu.


Dan ajaib..semua orang menjadi begitu menyenangkan di mata saya. Segala peluang terbuka didepan mata. Segala informasi yang tadinya saya tidak tahu, begitu mudah saya dapatkan dengan sebuah senyum. Tak peduli senyum untuk orang yang belum kenal sekalipun. Hidup saya terasa semakin dimudahkan. Semakin banyak orang yang saya kenal baik, semakin banyak pula orang yang mengenal saya.


Bisa ditebak bukan, segala keuntungan yang diraih dengan menghilangkan sifat minder menjadi percaya diri ? Kepercayaan orang lain kepada kita lebih mudah kita dapatkan. Dan itu aset, karena tidak mudah membuat orang mempercayai kita begitu saja. Semuanya harus diupayakan.


Dan kalau bukan niat dari diri sendiri untuk berubah, siapa lagi yang mampu untuk melakukan perubahan itu ? Bukankah diri kita sendiri yang seharusnya mengenal apa kebutuhan kita, apa pula keinginan kita bukan orang lain ? Karena it, berdamai dengan diri sendiri sepertinya harus selalu kita pertahankan. Dan yang lebih penting, ikutii suara hati karena tidak pernah berbohong.

Friday, February 4, 2011

Hidup Ini Milik Tuhan

Kematian. Beberapa waktu ini aku banyak melewatkan waktu untuk melayat. Dari saudara, tetangga dan orang-orang yang cukup aku kenal ternyata telah dipanggil Tuhan tanpa pernah bisa diperkirakan oleh pikiran manusia.

Ya, baru kemarin aku masih berbincang dengan mereka, dari seputar obrolan ringan sampai yang cukup serius. Baru kemarin pula berita yang cukup mengejutkan aku terima akan kepergian mereka. Tak percaya secepat itu mereka pergi, tapi Tuhan punya kehendak atas kuasa-Nya.

Kematian selalu menjadi misteri bagiku. Misteri yang tak akan mampu dipecahkan dengan akal budi manusia yang terbatas. Seringkali aku pusing sendiri jika memikirkan kehidupan setelah mati. Apakah nantinya aku bisa masuk surga ataukah neraka jahanam yang akan menerimaku dengan tangan terbuka. Ah..rasa-rasanya begitu banyak dosa yang telah aku perbuat, yang membuatku ragu-ragu mampukah aku masuk surga ?

Aku tak pernah tahu, sebelum aku lahir..aku ada dimana, demikian pula pertanyaanku selanjutnya apakah aku nanti setelah mati akan berada dalam kondisi sebelum aku lahir ? Tapi dimana, gelap rasanya tak ada jawaban yang pasti.

Semakin aku bingung, semakin aku menyadari bahwa aku begitu kecil dihadapan-Nya. Aku hanya makhluk ciptaannya yang sewaktu-waktu bisa dipanggil-Nya. Tak ada yang mampu menawar, menolak ataupun memprediksi kapan waktu itu akan tiba. Hidup dan matiku hanya milik Tuhan.

Tak ada yang mempu melampaui kuasa-Nya. Bahkan menghendaki untuk menyudahi kehidupan sebelum Dia menjemput-Nya. Melawan takdir. Melangkahi kodratnya. Hidup dan mati telah Dia gariskan. Bersiap-siaplah kita menanti giliran.
NB : Rest in Peace Adjie Masaid yang telah dipanggil Tuhan hari ini, Sabtu, 05 Februari 2011

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...