Showing posts with label Aktual. Show all posts
Showing posts with label Aktual. Show all posts

Monday, October 26, 2015

Dari Hobi Jadi Profesi


Hobby dan profesi kakak saya adalah melukis dan pelukis
Hobby saya selfie di depan lukisannya ;p



Holla..bicara tentang hobi, siapa yang tidak excited coba..pasti selalu ada binar-binar di mata ketika melakukannya dengan passion. Yup..hobi adalah sesuatu hal yang kita senang melakukannya. Apa hobimu ? Kalo saya..eng..apa ya..banyak sih, dari menyanyi, menulis, membaca tapi yang ditekuni gak ada..hehe..jarang-jarang melakukannya, sesempatnya cuma kalo pas ada waktu luang aja..(kapan luangnya?).


Sebenarnya sih, hobi itu idealnya dilakukan secara rutin supaya kita senang, syukur-syukur bisa menghasilkan. Hari gini, siapa yang menolak rejeki dari hobi..? 

Trus, hobi itu ada trendnya gak ya..ada lah..saat ini hobi yang sedang in misalnya Yoga, ngeblog, travelling, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, apapun hobi kita asal ditekuni, lama-lama kan jadi ahli tuh, nah kalo sudah ahli tentu jadi bahan rujukan siapapun yang membutuhkan. Trus bisa dapat bayaran deh..tentunya kalo kita konsisten dan eksis ya..

Nah..hobi  apa saja yang bisa jadi profesi..ini dia..

1. Fotografi

Berawal dari suka memotret, foto-fotonya bagus, trus ikut lomba-lomba, ikut pameran lama-lama dikenal akhirnya dianggap sebagai fotografer profesional. Hebat kan..? Kalau jaman dulu, jadi tukang foto tuh kesannya biasa aja, cuma motret pas foto untuk keperluan ijazah atau KTP, trus motret hajatan. Udah. Tapi seiring perkembangan jaman, fotografi semakin digandrungi dan sangat bervariasi. Mulai dari prewedding photography, food photography, street photography, travelling photography, dan lain-lain..banyak alirannya deh..Sekarang yang jadi trend tuh, food photography. Memotret makanan dari berbagai wisata kuliner trus di share ke socmed, instagram misalnya..Feenya lumayan tuh..bisa sampe juta-juta, apalagi kalo cukup berpengaruh membuat orang ngiler terus beli..

2. Menulis

Jaman dulu, angkatannya Chairil Anwar, Sutan Takdir Alisyahbana, dan pujangga-pujangga di era tahun 60-an..menjadi seorang penulis belum bisa diandalkan sebagai penopang hidup. Selain honor kecil, belum banyak kontribusi yang bisa diberikan kepada seorang penulis. Baru mulai era Andrea Hirata, Dee Lestari, dan lain-lain, profesi penulis mulai dipandang dua mata, tidak sebelah mata lagi.. :). Ditambah dengan munculnya social media, blog, profesi-profesi baru yang berkaitan dengan dunia penulisan seperti blogger, buzzer, content writer, freelance writer, dan lain sebagainya mulai tumbuh subur meramaikan dunia persilatan..#eh. Siapapun asal bisa menulis dengan bagus dan unik serta bersikap profesional, bisa dibayar mahal untuk satu kali posting job review. Pokoknya, peluang di dunia ini cukup menjanjikan.

3. Travelling

Yang hobi jalan-jalan keliling dunia, hobi naik gunung, hobi menyelam di laut, apapun itu..jika melakukannya dengan passion, suatu saat pasti menjadi inspirasi bagi orang lain. Sejuta pengalaman yang didapatkan bisa dituliskan lewat blog atau menjadi narasumber di acara-acara televisi. Nah..jaman sekarang apa sih yang tidak mungkin..ya kan..Apalagi kalau punya kiat khusus jalan-jalan murah keliling dunia dengan backpacker-an. Kisahnya ditulis jadi buku, laris manis deh pasti..

4. Memasak

Jaman sekarang, profesi chef itu keren. Tak harus wanita yang pinter masak, pria keren pun banyak yang jadi chef, menambah bening dunia pertelivisian kita. Jaman dulu mungkin seorang laki-laki jago masak akan ditertawakan. Tapi sekarang, siapapun asal bisa masak enak dan layak dijual, jadi deh bisnis. Dunia kuliner makin memanjakan lidah-lidah kita.

5. Melukis

Tidak semua orang punya bakat melukis. Tak heran jika harga lukisan berkelas itu mahal. Bisa berjuta-juta. Nah, jika seseorang punya bakat melukis, lukisannya bagus dan punya daya jual tinggi..kaya rayalah dia. Walau proses pencapaiannya tentu tidak mudah. Karena tidak semua orang suka lukisan dan rela merogoh kocek yang dalam demi sebuah lukisan. Kecuali orang yang mengerti tentang dunia seni itu sendiri. Jadi ya, menjadi seorang pelukis harus tahan proses, fokus, mampu mencari market dan bisa pameran tunggal. Selanjutnya..kesuksesan akan datang seiring dengan berjalannya waktu.

Nah, itu sebagian hobi yang bila ditekuni bisa jadi profesi. Pasti masih banyak hobi-hobi lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Enak kan, ya..ngejalaninnya senang, bisa menghasilkan lagi. Ah..indahnya dunia..

Oke...sekarang apa hobi kamu..? Bisakah jadi profesi..? Yuk, marriiii... :)

Friday, November 15, 2013

Percuma



Gambar dipinjam dari sini


Besok, ujian nasional  berlangsung. Aku harap-harap cemas. Inilah akibatnya jika belajar tidak pernah kontinyu dengan dicicil setiap hari. Maunya serba instan, sks alias sistem kebut semalam. Padahal, besok ada 2 mata pelajaran yang diujikan dan bahannya..amboi..banyak sekali. Dan jujur, 30 persennya pun, aku sama sekali tak paham.
Pemberitahuan akan adanya ujian nasional ini sudah dari beberapa bulan lalu. Namun dasarnya aku ini paling suka hidup santai, nggak mau menderita sedikit saja dan sukanya menunda waktu, jadilah seperti ini. Berburu catatan saja baru kemarin, pinjam punya temanku yang paling pandai di kelas, aku fotocopy semuanya. Maklum, di kelas aku ini paling malas soal catat mencatat. Kalau ada jam kosong, senangnya luar biasa dan paling cepat ngacir dari kelas, tanpa peduli ada tugas yang ditinggalkan oleh bapak ibu guru.
Kalau saja tidak ada presensi, aku malas sekali sekolah. Maunya main-main saja, begadang sampai tengah malam dengan teman-teman. Ikut gank motor, kebut-kebutan di jalan rasanya keren sekali. Memacu adrenalinku sekaligus  menantang jiwa petualangan masa remajaku. Selalu ingin mencoba, termasuk banyak hal yang dilarang oleh orang tua, sengaja aku langgar.
Bayangkan, betapa malasnya harus bangun pagi-pagi, berangkat ke sekolah, lalu mendengarkan ceramah guru yang sangat membosankan itu. Bikin ngantuk saja. Sepertinya tak ada gunanya sekolah di jaman sekarang jika pertanyaan apa saja bisa dijawab oleh mbah Google. Iya kan..?
“Sekolah itu penting, demi masa depanmu..buat apa bayar mahal jika kamu ogah-ogahan sekolah begini ? Percuma bapakmu membanting tulang demi sekolah kamu..”
“Kalau boleh memilih, aku tidak disekolahkan juga tidak apa-apa, Pak..tidak usah repot-repot..”
“Apa kamu bilang ? Anak jaman sekarang bisanya membantah orangtua saja, kita lihat jadi apa kamu nanti, jika belum tahu apa-apa saja sudah sombong..!”
Bapak meradang. Ini perdebatan yang kesekian. Semuanya terasa begitu memuakkan. Kenapa semuanya harus diatur begini, begitu..
“Tidak semua orang punya kesempatan bisa sekolah seperti kamu. Jalan hidupmu masih panjang, jangan sampai kamu menyesal di masa tuamu..”
Pelan-pelan, aku beringsut keluar. Menuntun sepeda motorku, kemudian menyalakan motorku di ujung gang. Dan aku sudah hapal, akan terdengar teriakan bapak memanggil namaku ketika tersadar aku kabur begitu saja. Tanpa pamit. Sudah beratus-ratus kali aku mendengar ucapan bapak seperti itu. Namun dasarnya aku ini bandel dan kurang ajar, semua ucapan itu hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Guru-guru di sekolah pun sudah hapal dengan tabiatku. Dan yang mereka bisa lakukan sekarang adalah dengan pembiaran. Karena dengan nasehat apapun, tak akan bisa membuatku  menjadi anak yang manis. Bapak pun sudah berulang kali menjadi langganan panggilan guru BP jika aku berulah di sekolah. Berkelahilah, boloslah, pokoknya selalu membuat masalah.  Dan sampai saat ini, aku belum pernah jera. Lha wong dengan orang tua saja aku berani membantah, apalagi dengan orang lain ? Nggak akan mempan. Memang kepalaku ini keras sekali. Entah salah siapa aku bisa jadi begini.
Kembali ke ujian nasional besok, aku sama sekali tidak siap. Dari tadi aku hanya termangu bingung mau belajar darimana. Fotocopy catatan ini begitu banyak, tak akan mungkin kulahap dalam waktu semalam. Kulihat jam di dinding, sudah hampir jam dua belas malam. Senakal-nakalnya aku, ada ketakutan juga jika besok aku tidak lulus. Bagaimanapun, harga diriku dipertaruhkan. Nakal boleh saja, tapi sembodo. Harus begitu. Kalau aku tidak lulus, berarti akan menambah waktu tersiksaku di bangku sekolah. Jadi, malam ini aku harus menentukan nasibku sendiri.
Aha..aku ada akal. Aku mengambil beberapa kertas, kulipat-lipat dan kutulis dengan bahan yang kuanggap penting. Aku memprediksi soal apa yang akan keluar besok dan aku menyiapkan contekannya. Curang..? Ah, yang penting aku bisa lulus. Persetan tentang bagaimana caranya apakah halal atau haram. Bukankah selama ini banyak  berita di tivi kalau anak-anak sekolah diajari berbuat curang bahkan oleh gurunya sendiri demi prestise kelulusan sekolah mereka ? Apa bedanya dengan aku sekarang ? Ah, iya..bedanya, aku melakukannya sendiri, dengan kesadaran tanpa paksaan dari siapapun untuk berbuat curang.  Perkara dosa, biar aku sendiri yang tanggung. Urusanku sama Tuhan.
Jadi, kupersiapkan contekan untuk dua mata pelajaran itu. Aih..repot juga ternyata membuat contekan. Mau tak mau feeling-ku harus jalan, memprediksi mana yang besok akan keluar dalam soal ujian. Memoriku  timbul tenggelam berusaha mengingat apa yang biasa diterangkan berulang-ulang oleh guru. Biasanya itu yang menjadi soal primadona. Tapi ya percuma, wong aku tidak pernah memperhatikan kalau sedang diterangkan. Pikiranku suka mengembara kemana-mana. Termasuk berkhayal tentang cita-citaku menjadi pembalap seperti Valentino Rossi. Wuah..pasti aku akan dielu-elukan banyak orang, dikelilingi banyak wanita cantik, senangnya…. Toh, aku sudah punya nyali yang cukup besar, yang menjadi modal utama jika ingin menjadi pembalap.
Jadi ya, lagi-lagi aku memilih secara acak saja bahan  mana yang kuanggap penting menjadi soal ujian. Kalau terpaksa, aku memakai metode menghitung kancing baju,  untuk memilih bahan yang kira-kira pas untuk soal ujian. Duh, pegal juga tanganku menulis dan berpikir untuk mengingat-ingat, memilih mana yang akan keluar besok. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul tiga. Ah..proses ini harus kupercepat. Kertasnya panjang sekali, kulipat menjadi kecil sekali. Aku mulai berpikir mencari cara yang paling jitu supaya guru lengah dan tidak mengetahui contekanku itu. Ah, itu sih situasional saja. Lihat bagaimana kondisi di kelas besok pagi. Yang pasti aku  harus bersikap tenang, tidak mencurigakan saat melakukan ritual mencontek itu. Pasti bisa, lha wong aku ini si raja akting, dan punya 1001 cara untuk melakukan kecurangan secara aman terkendali.
Fiuh..akhirnya selesai juga contekanku. Olala..jam di dinding menunjukkan pukul lima. Aku takjub, berhasil melewati 5 jam berkutat dengan bahan pelajaran yang terasa menjemukan itu. Kalau bukan demi harga diri, aku enggan untuk melakukannya. Ya, sekali-kali bikin bangga orangtualah jika aku bisa lulus ujian nanti. Ini lho, pak..anakmu yang nakal ini, ternyata sembodo juga kan..bisa lulus ? Baru aku bisa bertepuk dada. Perihal caranya bisa lulus bagaimana, ssttt..ini rahasia, jangan bilang-bilang ya..
Hoahem..aku dilanda rasa kantuk yang hebat. Walaupun aku ini biasa begadang dan 3 gelas kopi sudah ludes kuminum, namun tak urung mengantuk juga. Ah..masih ada waktu satu jam untuk tidur. Lumayan daripada batal ikut ujian. Kusetel weker jam 6 pagi. Lalu aku pulas menuju pulau kapuk dengan sukses.
Samar-samar aku mendengar bunyi weker. Mataku terasa berat. Dengan mata terpejam, tanganku meraih weker itu dan mematikan alarmnya. Ah..berisik. aku ingat aku akan UN hari ini, tapi aku memberi toleransi waktu 5 menit untuk memuaskan kantukku ini. Ya, lima menit saja dan aku akan bangun tanpa bunyi weker lagi.
Aku tersentak saat aku merasa tubuhku basah. Dingin merasuk begitu cepat. Dalam keadaan mata yang belum sepenuhnya terbuka, aku melihat bapak berkacak pinggang dengan menenteng ember. Inilah cara bapak membangunkanku.
“Mau bangun jam berapa cah bagus ? Mau lulus ujian nggak kamu ? He..?”
Tergagap aku melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Oalah..alamat telat ini. Bergegas aku menuju kamar mandi. Handuk di jemuran kusambar begitu saja. Aku mandi kilat ala bebek. Cukup muka ini basah oleh air dan gosok gigi. Itu yang utama. Bukankah badanku sudah basah diguyur air saat bapak membangunkanku ? Cocok.
Seragam abu-abu kukenakan ala kadarnya. Hem putih kumasukkan celana dengan serampangan. Tak peduli kusut dan jauh dari kata rapi. Aku alergi dengan segala bentuk kerapian. Menurutku, laki-laki rapi itu identik dengan banci. Lagipula, siapa yang mau dengan susah payah mencuci dan setrika baju di rumah ini ? Sejak ibu meninggalkan rumah ini, aku mencuci bajuku sendiri tanpa pernah disetrika. Ah..kalau tidak terpaksa, mana mau aku melakukannya. Dan baju bapak ? Siapa yang mencucinya ? Ya bapak sendirilah, tapi memang bapak membiarkan aku untuk mencuci bajuku sendiri supaya tidak manja. Bah.
Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan di atas angin menuju sekolahku. Contekanku sudah bertengger manis di saku bajuku. Semalam aku sudah membentuknya sedemikian rupa dengan lem dan karet sehingga bisa digulung begitu kecil. Rencananya, contekan itu akan aku tempel di laci meja, sehingga gulungannya nanti bisa ditarik saat pengawas lengah. Siplah pokoknya. Lihai.
Sampai di sekolah, tepat saat bel sekolah berdentang. Masih untung aku nggak telat. Aku senyum-senyum iseng, menggoda teman-temanku yang pasang muka tegang. Sepertinya hanya aku yang berwajah tenang saat ini.
Semua peserta ujian sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing. Semuanya tegang, gelisah dan harap-harap cemas. Semua menoleh begitu tiga pengawas memasuki ruangan. Salah satu pengawas memimpin kelas.
“Selamat pagi anak-anak..”
“Selamat pagi pakkkk…”
Semua menjawab serentak. Aku menangkap, ada kesan gelisah di wajah para pengawas. Seperti ada sesuatu yang akan dibicarakan.
“Anak-anak..dengan berat hati bapak mengumumkan, sampai saat ini soal ujian dari pusat belum sampai ke sekolah. Padahal jadwal ujian nasional hari ini. Maka dengan terpaksa ujian nasional ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Mohon maaf atas keterlambatan ini.”
Aku melongo. Sama sekali tidak menduga dengan apa yang dikatakan bapak pengawas itu. Seketika kelas menjadi gaduh, semuanya bingung, tak tahu harus berbuat apa, wajah-wajah kecewa begitu jelas terpancar. Bahkan beberapa ada yang menangis. Perasaanku menjadi tidak karuan. Kecewa, ya akupun kecewa. Kerja kerasku semalam membuat contekan berakhir sia-sia hari ini. Pemerintahan macam apa ini, jika tidak siap dengan UN yang dicanangkannya sendiri. Ah..sebodoh-bodohnya dan senakal-nakalnya aku, aku merasa geram dengan ketidakbecusan  ini. Tahu bakalan seperti ini, aku tidur saja tadi malam tanpa repot-repot buat contekan. Huh.

Sunday, June 16, 2013

Review : Macaroon Love





Pertama kali membaca novel Macaroon Love karya Winda Kresnadefa, pembaca disuguhi dengan banyaknya kata keheranan akan nama Magali. Awalnya dulu, saat Magali masih berupa status di facebook sang penulis, saya pikir Magali itu nama tokoh laki-laki. Ternyata, saya sama terkecohnya  orang-orang di dalam novel. Beberapa diantaranya yang membuat saya senyum-senyum sendiri :


"Gali Magali ?" 

"Galih, pacarnya Ratna ?" 

"Gali sumur ?"

Dan, kalau boleh saya tambahin "Gali lubang tutup lubang ?" Haha..utang kaleee...Rhoma Irama bangettt..

Well, secara garis besar novel ini cukup menarik, menghibur dan bisa membuat saya tertawa lepas sampai menarik perhatian suami saya.

"Bagus nggak ?," tanyanya

"Bagus..," jawab saya.

Lalu, selesailah saya baca novel itu dalam satu hari. Saya bacanya sambil jaga toko sih, sambil nyambi jualan ban. Kalau lagi repot, buku saya letakkan di meja dengan pembatas buku cantik asli handmade penulisnya..*promosi nih*, lalu saya terusin lagi bacanya.

Asli, membaca novel ini, semacam candu. Selalu ingin tahu, abis ini gimana ya, trus..trus..woalah..hahahaha..banyak surprise-nya. Dan alurnya susah ditebak. Perasaan saya juga nano-nano jadinya. Ada sedih, ada lucunya, ada inspiratifnya, sisi romantisnya juga ada, dan mengaduk-aduk perasaan pokoke.

Saya bisa menangis dan tertawa saat baca novel ini. Pokoknya nancep di hati lah. Klop dan pas. Gaya bahasanya simpel, gampang dicerna dan gak terlalu ribet mikir. Layaknya bahasa sehari-hari yang kadang kita alamin sama temen atau sahabat-sahabat sendiri. Terwakili dengan hubungan yang manis antar sepupu Magali n Beau, hubungan Magali dengan ayahnya yang ternyata berumur pendek, hubungan  dengan nenek dan rekan kerjanya, dan pastinya hubungan spesialnya dengan Ammar. Semuanya memberi pelajaran hidup yang berwarna, dan serba kebetulan nan indah.  Lalu Ammar ? Benarkah ada laki-laki super duper baik seperti dia di dunia ini ? Jika ada, wow deh..saya mau pesan satu, buat cadangan..#eh

Dan seperti review-review dari teman-teman yang pernah saya baca tentang Macaroon love ini, saya sependapat dengan bertaburannya kata-kata aneh. Karena Magali sudah unik tanpa dipertegas dengan kata aneh yang bejibun itu. Secara eksplisit, semuanya sudah terekam dengan cukup baik. Lalu soal judul, ehm..Macaroon-nya cuma dibahas seuprit, di bagian ending. Mungkin karena emang Macaroon lagi trend ya, jadi mudah diinget aja. Tapi intinya, apapun itu..novel ini sangat menghibur. Begitu baca, saya langsung teriak, aha..bacaan seperti ini yang saya cari untuk melepaskan dahaga akan bacaan yang bisa menyejukkan jiwa yang kering kerontang oleh hiburan..*apa sih ini hihi..*

Good job, sukses buat mba Winda Krisnadefa..selamat bertransformasi menjadi penulis jempolan, layaknya Beau yang bertransformasi dari Bad Boy from LA jadi budak bangor Bandung..heuheheu..saya paling suka bagian ini. Terus berkarya, dan saya rekomendasikan novel ini untuk dibaca, temans. Bagusss...

Thursday, May 16, 2013

Hobby Baru


Gambar dipinjam dari sini

Akhir-akhir ini saya punya kesibukan baru. Apa tuh ? Mau tau aja apa mau tau banget apa mau tau susur ? Hihi..iseng banget ya..

Yup, kadangkala saya turut andil menyiram tanaman yang ditanam oleh ibu saya. Jujur saja, sebagai seseorang yang pernah kuliah di ilmu Biologi dan berhasil menggondol gelar sarjana, sudah layak dan sepantasnya jika saya menyukai tanaman. Tapi ya, selama ini baru sebatas suka memandang saja. Jika untuk urusan tanam menanam, ibu saya jagonya. Iya, lho..segala jenis tanaman berhasil ditanam dan hidup dengan tangan dinginnya. Kalau saya yang nanam ? Belum tentu..beberapa jenis tanaman pernah mati ditangan saya. Sedih. Mungkin saya belum paham penanganannya.

Namun sejak keluarga saya tinggal di rumah dekat makam, dan masih ada lahan yang cukup luas untuk ditanami banyak tanaman, dan bisa disulap menjadi kebun serta taman, saya mulai menyukai untuk turut andil dalam dunia persilatan eh..pertanaman. Tanaman yang sedang saya tanam adalah sejenis bumbu dapur yaitu kencur dan kunir. Ah, itu mah gampang, tinggal ditancep langsung tumbuh. Iya, memang begitu..gampang dan yang penting ada kemauan. Itu saja sebenarnya sayarat yang harus ada. Nggak usah muluk-muluk.

Lalu tanaman lain yang sudah ditanam ibu saya apa ? Banyak, mari kita rinci satu persatu. Dari jenis buah-buahan, ada pohon pisang, kelengkeng, pepaya, jeruk nipis, jeruk purut dan lain-lainnya yang ditanam di antara pohon jati yang sudah tumbuh duluan. Dari jenis sayuran ada tanaman cabe, terong, loncang, pare, katu dan lain sebagainya. Dari jenis tanaman hias ada kaktus dan anggrek. Banyak macamnya kan ? Iya, banyak sekali ada euphorbia, palem, gelombang cinta, lidah buaya, sansievera, lidah mertua, simbar menjangan, kelor, singkong tahun dan lain sebagainya. Jenis anggrek juga ada anggrek bulan, cattleya, golden shower, kalajengking dan lain sebagainya. Banyak ragamnya. Segala macam bibit ini sebagian besar beli dan sebagian lainnya ada yang dikasih orang dan ada yang minta pula hihi..

Dari beragam tanaman ini, ternyata tidak semua mendapat perlakuan yang sama. Iya, untuk kaktus jelas tidak boleh menyiram air terlalu banyak. Karena kalau kebanyakan air bisa busuk, sebab kaktus mempunyai kantong didalam tubuhnya untuk menyimpan air. Lain halnya dengan anggrek yang butuh banyak air dan tempat yang tidak terlalu panas. Bisa-bisa kering kerontang dan daunnya menjadi kuning jika lupa disiram dan terlalu kepanasan. Jenis pupuknya pun berlainan. Hanya sekarang ini, saya memakai pupuk kandang yang lebih fleksibel bisa dipakai untuk hampir semua jenis tanaman.

Ada beberapa tanaman yang memang membutuhkan banyak sinar matahari, ada yang suka di tempat teduh dan ada pula yang tumbuh subur di tempat yang lembab. Salah penempatan bisa mengakibatkan tanaman itu tumbuh ala kadarnya tidak maksimal. Saya punya tanaman kuping gajah disimpan di tempat yang agak lembab dan jarang kena sinar matahari tumbuhnya agak bantat, daunnya kecil tidak tumbuh mekar. Mungkin ini salah satu faktor penyebabnya  adalah kurang sinar matahari. Maka saya akan mencoba memindah tempatnya ke yang lebih banyak sinar matahari, mungkin akan ada perubahan yang cukup signifikan.

Nah, saya dapat menyimpulkan bahwa sebagai tanaman yang merupakan makhluk hidup, mereka pun butuh perlakuan yang berbeda-beda. Masing-masing punya jenis dan karakter yang berlainan satu sama lain. Tidak bisa disama ratakan. Maka supaya hasilnya maksimal, saya harus mengenal karakter dan kebutuhan mereka satu persatu. Wuah..riweh juga ya, tapi percayalah dengan merawat tanaman bagi saya serupa dengan terapi kejiwaan. Dimana saya akan merasa damai dan tentram bila mereka tumbuh dengan sebaik-baiknya. Dan saya pun ikut sedih jika mereka menjadi layu ketika lupa tidak disiram. Jangan sampai mereka mati karena perlakuan yang tidak semestinya. Oh, no..

Yang pasti, hobby baru ini memberi kesibukan baru bagi saya. Rasanya lebih bahagia melihat tunas-tunas yang bermunculan, atau melihat calon bunga yang akan mekar sebentar lagi. Dan tak sabar untuk menunggu bunga mereka bermunculan silih berganti. Aih..cantiknya..Betapa besar karya ciptaan Tuhan, dan tugas kita tinggal merawatnya, mengembang biakkan supaya mereka tidak punah kehilangan generasi penerus. Jiah..serasa generasi penerus bangsa kali ya..Lha iya, tumbuhan itukan produsen, pioner kehidupan di muka bumi ini. Bayangkan jika tidak ada tumbuhan ? Adakah makanan, adakah makhluk lain yang hidup, adakah udara segar ? Bayangkan..ya bayangkan sambil menatap mata saya..hahahaha..mulai kacau nih..

Ok, sekian dulu cerita tentang hobby baru saya. Apakah hobby Anda ? Yuk...berbagi cerita di mana saja.. :)

Monday, June 27, 2011

Maling..oh..Maling..



Gambar dipinjam dari sini


Bersyukur. Terima kasih, Tuhan..karena Engkau masih berbelas kasih kepada kami. Tadi pagi, 28 Juni 2011, pukul 02.30 dini hari, gerombolan maling hampir membobol toko kami. Toko ban dan onderdil mobil sebagai sumber mata pencaharian kami hampir diobrak-abrik maling. Gembok di rooling door sudah raib tak tahu kemana rimbanya, dan di tembok samping yang menjadi pembatas rolling door sempat dijugil beberapa kali. Lampu di atas yang di luar toko juga sengaja dimatikan mister maling. Hm..beruntung aksi mereka berhasil digagalkan karena keberanian Eko, karyawan jaga di toko handphone, pulsa dan PS sebelah toko kami.


Menurut keterangan Eko, yang biasa tidur di dalam toko PS, pagi tadi pukul 02.30, mendengar suara mobil berhenti di depan toko kami. Mesin mobil sengaja tidak dimatikan. Suara mesin mobil itupun terdengar sangat halus. Kemudian terdengar langkah kaki di depan toko. Eko masih berpikiran positif, barangkali orang itu adalah temannya yang jaga malam di toko besi punya om kami, yang tak jauh jaraknya dari toko kami. Tapi lama-lama mulai terdengar suara mencurigakan seperti orang menjugil dan suara gesekan rolling door yang cukup ribut. Eko segera tersadar bahwa itu pasti maling.


Eko dihinggapi rasa takut jangan-jangan gerombolan maling membawa senjata tajam yang membahayakan dirinya sehingga Eko pun takut keluar. Niat Eko untuk menghubungi temannya Budi pun urung karena ternyata handphone Budi tertinggal di dalam toko PS Eko. Asumsi Eko, maling itu berjumlah 2 orang. Dan mobil yang dikendarai mungkin sejenis mobil kijang, tapi Eko belum terlalu yakin kerena tidak melihat sendiri. Susana semakin mencekam, tiba-tiba muncul keberanian Eko untuk membuat keributan dengan mengebrak-gebrak rolling door tokonya. Upaya ini berhasil, kerena gerombolan maling segera kabur dan Eko baru berani membuka rolling door tokonya kurang lebih saat mobil maling bergerak sejauh 200 meter dari toko kami.


Kejadian ini membuat kami harus semakin meningkatkan kewaspadaan dan telah menyadarkan kami bahwa kami masih disayang Tuhan. Terima kasih Eko, keberanianmu telah menyelamatkan toko kami. Buat mister maling, semoga Tuhan mengampuni kalian semua karena kalian tidak tahu apa yang telah kalian perbuat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...