Showing posts with label Unik. Show all posts
Showing posts with label Unik. Show all posts

Monday, October 26, 2015

Dari Hobi Jadi Profesi


Hobby dan profesi kakak saya adalah melukis dan pelukis
Hobby saya selfie di depan lukisannya ;p



Holla..bicara tentang hobi, siapa yang tidak excited coba..pasti selalu ada binar-binar di mata ketika melakukannya dengan passion. Yup..hobi adalah sesuatu hal yang kita senang melakukannya. Apa hobimu ? Kalo saya..eng..apa ya..banyak sih, dari menyanyi, menulis, membaca tapi yang ditekuni gak ada..hehe..jarang-jarang melakukannya, sesempatnya cuma kalo pas ada waktu luang aja..(kapan luangnya?).


Sebenarnya sih, hobi itu idealnya dilakukan secara rutin supaya kita senang, syukur-syukur bisa menghasilkan. Hari gini, siapa yang menolak rejeki dari hobi..? 

Trus, hobi itu ada trendnya gak ya..ada lah..saat ini hobi yang sedang in misalnya Yoga, ngeblog, travelling, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, apapun hobi kita asal ditekuni, lama-lama kan jadi ahli tuh, nah kalo sudah ahli tentu jadi bahan rujukan siapapun yang membutuhkan. Trus bisa dapat bayaran deh..tentunya kalo kita konsisten dan eksis ya..

Nah..hobi  apa saja yang bisa jadi profesi..ini dia..

1. Fotografi

Berawal dari suka memotret, foto-fotonya bagus, trus ikut lomba-lomba, ikut pameran lama-lama dikenal akhirnya dianggap sebagai fotografer profesional. Hebat kan..? Kalau jaman dulu, jadi tukang foto tuh kesannya biasa aja, cuma motret pas foto untuk keperluan ijazah atau KTP, trus motret hajatan. Udah. Tapi seiring perkembangan jaman, fotografi semakin digandrungi dan sangat bervariasi. Mulai dari prewedding photography, food photography, street photography, travelling photography, dan lain-lain..banyak alirannya deh..Sekarang yang jadi trend tuh, food photography. Memotret makanan dari berbagai wisata kuliner trus di share ke socmed, instagram misalnya..Feenya lumayan tuh..bisa sampe juta-juta, apalagi kalo cukup berpengaruh membuat orang ngiler terus beli..

2. Menulis

Jaman dulu, angkatannya Chairil Anwar, Sutan Takdir Alisyahbana, dan pujangga-pujangga di era tahun 60-an..menjadi seorang penulis belum bisa diandalkan sebagai penopang hidup. Selain honor kecil, belum banyak kontribusi yang bisa diberikan kepada seorang penulis. Baru mulai era Andrea Hirata, Dee Lestari, dan lain-lain, profesi penulis mulai dipandang dua mata, tidak sebelah mata lagi.. :). Ditambah dengan munculnya social media, blog, profesi-profesi baru yang berkaitan dengan dunia penulisan seperti blogger, buzzer, content writer, freelance writer, dan lain sebagainya mulai tumbuh subur meramaikan dunia persilatan..#eh. Siapapun asal bisa menulis dengan bagus dan unik serta bersikap profesional, bisa dibayar mahal untuk satu kali posting job review. Pokoknya, peluang di dunia ini cukup menjanjikan.

3. Travelling

Yang hobi jalan-jalan keliling dunia, hobi naik gunung, hobi menyelam di laut, apapun itu..jika melakukannya dengan passion, suatu saat pasti menjadi inspirasi bagi orang lain. Sejuta pengalaman yang didapatkan bisa dituliskan lewat blog atau menjadi narasumber di acara-acara televisi. Nah..jaman sekarang apa sih yang tidak mungkin..ya kan..Apalagi kalau punya kiat khusus jalan-jalan murah keliling dunia dengan backpacker-an. Kisahnya ditulis jadi buku, laris manis deh pasti..

4. Memasak

Jaman sekarang, profesi chef itu keren. Tak harus wanita yang pinter masak, pria keren pun banyak yang jadi chef, menambah bening dunia pertelivisian kita. Jaman dulu mungkin seorang laki-laki jago masak akan ditertawakan. Tapi sekarang, siapapun asal bisa masak enak dan layak dijual, jadi deh bisnis. Dunia kuliner makin memanjakan lidah-lidah kita.

5. Melukis

Tidak semua orang punya bakat melukis. Tak heran jika harga lukisan berkelas itu mahal. Bisa berjuta-juta. Nah, jika seseorang punya bakat melukis, lukisannya bagus dan punya daya jual tinggi..kaya rayalah dia. Walau proses pencapaiannya tentu tidak mudah. Karena tidak semua orang suka lukisan dan rela merogoh kocek yang dalam demi sebuah lukisan. Kecuali orang yang mengerti tentang dunia seni itu sendiri. Jadi ya, menjadi seorang pelukis harus tahan proses, fokus, mampu mencari market dan bisa pameran tunggal. Selanjutnya..kesuksesan akan datang seiring dengan berjalannya waktu.

Nah, itu sebagian hobi yang bila ditekuni bisa jadi profesi. Pasti masih banyak hobi-hobi lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Enak kan, ya..ngejalaninnya senang, bisa menghasilkan lagi. Ah..indahnya dunia..

Oke...sekarang apa hobi kamu..? Bisakah jadi profesi..? Yuk, marriiii... :)

Thursday, September 3, 2015

Manfaat Piknik

"Jika kamu merasa hidupmu begitu-begitu saja..cobalah piknik..dan rasakan sensasi menjadi manusia baru.."
(Julipedia, 2015) 


Aha..setuju dengan quote di atas..? Ayo, tunjuk jari yang setuju, yang gak setuju boleh tidak angkat tangan..*apa sih* hehe..

Sebagai anggota MKP alias Manusia Kurang Piknik, saya sering merasa hidup kok rasanya monoton dari segala rutinitas harian. Bangun tidur, mandi, sarapan, ngurus anak, ngurus kerjaan, ngurus suami, trus tidur lagi. Besoknya, bangun tidur trus begitu-begitu lagi..Bosan..? Iya lah pasti, makanya variasi sangat penting untuk mewarnai kehidupan ini. Salah satunya ya..piknik !

"Ah, kayak orang kaya aja, piknik segala. Piknik itu kan mahal. Boro-boro kepikiran piknik, buat makan aja susah."

He..?

Piknik, tidak harus mahal. Jalan-jalan pagi ke desa sebelah sudah termasuk piknik. Memancing ke kali sebelah juga termasuk piknik.  Main sepedaan sore-sore trus mampir ke sawah juga sudah piknik. Mahal ? Bayar ? Enggak kan..? Simple-simple aja yang penting otak bisa refresh kembali. Jangan cari uang terus. Rehat sejenak, keluar dari rutinitas, melemaskan otot syaraf yang tegang. Setelah bugar, baru deh aktivitas kembali.

Bermain di sawah dekat rumah juga termasuk piknik ;p

Berdasarkan pengalaman, saya sering mengalami yang namanya piknik dadakan. Tanpa rencana. Pokoknya ada yang ngajak, hayuk atuh lah.. Seperti baru-baru ini. Tiba-tiba ada undangan acara ke kota lain. Yo langsung diagendakan. Dan berhasil piknik. Sukses. Tanpa rencana..hehe..Karena biasanya, seringkali gatot kalau sudah direncanakan mau piknik tanggal sekian, ternyata ada agenda lain yang lebih urgent. Yo wis, piknik jadi pending dulu.

Melihat kereta api lewat tak jauh dari rumah juga bisa jadi alternatif piknik :D


Sebenarnya manfaat piknik itu apaaaa..?

1. Refreshing

Mesin aja butuh istirahat, apalagi jiwa raga manusia seperti kita ini. Perlu rehat sejenak untuk mendapatkan haknya melihat yang segar-segar. Liat pemandangan gunung, pantai, laut, pergi ke kebun binatang, atau bermain air di wahana buatan manusia. Tujuannya supaya mata gak jenuh dengan pandangan rutin yang itu-itu saja.

Piknik bersama keluarga di Museum Angkut Malang :)


2. Menambah pengetahuan

Dalam perjalanan menuju tempat piknik, sering kan baca apa aja yang ada di pinggir jalan. Seperti pengalaman saya beberapa waktu lalu saat naik bus dalam perjalanan menuju kota Kediri, saya membaca banyak slogan yang ada di kota yang tadinya saya tidak tahu. Contohnya saja seperti ini "Solo kota Berseri", "Madiun Kota Gadis", Kediri terkenal dengan Tahu Taqwa-nya, dan lain sebagainya. Coba, berapa pengetahuan yang saya dapatkan dengan membaca selintas ? Banyyaaakkk..

3.Bersenang-senang

Iya dong, masak piknik malah sedih. Ya harus senang, riang gembira apalagi jika pikniknya bareng keluarga tercinta. Kebersamaan menjadi begitu penting dan menyenangkan. Ada tawa canda, cerita baru dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Memberi makan gajah di Taman Safari Prigen :D


4. Bertemu banyak orang baru

Selain bersama rombongan sendiri, pasti kita kan ketemu orang lain yang sebagian tidak kita kenal sama sekali. Tapi tujuannya sama. Menikmati piknik di tempat yang sama. Ada rasa senang jika tanpa sengaja kita bisa bertegur sapa dan mendapat kenalan baru. Nambah persaudaraan dan networking. Dan, kadang ada surprise juga jika tanpa sengaja bisa ketemu dengan teman lama di tempat piknik. Ehm..bisa-bisa CLBK tuh..*Cinta lama Bersemi Kembali atau Cinta Lama Belum Kelar* Aish..jangan sampai ya kalau sudah berkeluarga. Bisa bahaayyaaa...hahahahah.. 

5. Menambah pengalaman

Dengan piknik, kita jadi mempunyai banyak pengalaman. Contohnya pengalaman naik pesawat terbang, naik kereta api, naik kapal laut, naik bus dan lain sebagainya. Pengalaman asyiknya tak akan pernah terlupa sampai kapanpun. Jadi hukumnya wajib untuk menikmati setiap perjalanan piknik itu..*tsah..*. Dengan piknik, pikiran kita jadi terbuka, oh ternyata dunia itu luas sekali jika dibandingkan dengan area jelajah rutinitas kita tiap hari dari rumah ke kantor.

Menikmati perjalanan singkat by airplane dari Jakarta - Jogja


6. Selalu Bersyukur

Dengan menyaksikan langsung keindahan ciptaan Tuhan kita jadi mensyukuri hidup. Oh ternyata dunia itu luas, kita bukan apa-apanya. Ternyata Tuhan itu sungguh Maha Agung. Dan pada akhirnya kita merasa bahwa apa yang kita lakukan selama ini jauh dari sempurna. Tak ada gunanya hanya selalu mengeluh dan mengeluh. Kebersamaan bersama keluarga menjadikan kesadaran dalam diri kita ternyata bekerja keras hanya mengejar materi tak akan pernah cukup. Uang bisa dicari, namun kesempatan berkumpul bersama keluarga lebih penting dari segalanya. Selama kesempatan masih ada, prioritaskan untuk rehat sejenak, bersenang-senang bersama keluarga selama masih bisa. Okeee...

Menikmati keindahan ciptaan Tuhan di Embung Nglanggeran Gunungkidul :D

Nah, beberapa manfaat piknik sudah dibahas. Sekarang mari kita bahas tentang lokasi piknik yang pernah saya kunjungi. Sejauh ini sih masih lokal saja dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah pernah. Luar Jawa baru sampai Kalimantan Timur. Luar negeri belum pernah. Someday, semoga bisa ke luar negeri bersama keluarga kalau ada rejekinya..Amin.

Semua tempat piknik yang pernah saya kunjungi semuanya meninggalkan kesan. Kesan yang indah ketika pergi bersama orang-orang terdekat yang memberikan kenangan di masa depan. Apalagi jika sekarang pikniknya bersama keluarga, senangnya dobel. Refreshingnya dapet, dan yang terpenting adalah kebersamaannya. Jarang-jarang kan bisa pergi bersama keluarga.

Ehm..bicara tentang kota Bogor yang terkenal dengan kota hujan itu, saya pernah dua kali kesana. Pertama, saat kakak sulung saya menikah dengan orang Bogor tahun 2000. Kunjungan kedua bersama suami dan anak sulung saya, serta ibu saya, saat kakak sulung saya meninggal hampir dua tahun yang lalu dalam keadaan saya hamil lima bulan. Hiks..saya sedih harus kehilangan orang yang dicintai. Namun kunjungan kedua di Bogor ini memberi pengalaman pertama kepada anak sulung saya merasakan naik kereta api saat berangkat, dan pertama kali naik pesawat terbang saat pulang ke Jogja dari bandara Cengkareng.


Pengalaman pertama naik kereta api dari Jogja-Jakarta-Bogor


Pertama kali naik pesawat terbang dari Bandara Cengkareng

Ada keinginan, suatu saat saya bisa berlibur ke kota Bogor ini lagi. Tujuan utamanya tentu untuk ziarah ke makam kakak sulung saya, dan yang kedua untuk refreshing bersama keluarga. Penginnya mengunjungi Kebun Raya Bogor, karena selama dua kali kesana tidak sempat piknik kemana-mana. Dan yang tak kalah penting adalah menikmati jajanan kulinernya yang terkenal seperti asinan Bogor dan talasnya itu. Yah, berdoa saja semoga kesempatan itu ada.

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Lomba Blog Piknik itu Penting"

Thursday, April 23, 2015

Hobby Baru di Era Socmed





 Gambar dipinjam dari sini

Simak percakapan berikut ini :

"Lagi ngapain, bro.."
"Lagi stalking timeline-nya mantan, bro..dah punya gacoan baru apa belum.."
"Yaelah..move on, man..cewek banyak inih.."
"Iya sih, tapi gue belum bisa ngelupain waktu selfie bareng doi..pake tongsis.."
"Hahahah..cuma itu aja.. ? Selfie mah sendiri aja kallleee.."
"Ehm..maksud gue pas narsis bareng, trus foto kita di upload..banyak yang 
komentar serasilah, cocoklah..tapi ternyata..hiks..waktu jua yang memisahkan
kita.."
"Itu namanya belum jodoh..wislah, mumpung masih muda..cari kegiatan 
positif aja bro.."
"Iya, bro..wasting time banget ya kalo penyesalan mulu update status 
gue..gue harus bangkit, man.."
"Nah..gitu dong..ssiippp.."

Well, perkembangan jaman di era teknologi yang bergerak serba cepat seperti sekarang ini, mau tidak mau, suka tidak suka tentu mempengaruhi perilaku masyarakat yang hidup di era ini. Dunia yag tak selebar daun kelor kini ada dalam genggaman dengan sekali jentik jari. So simple like that..Namun kemudahan itu bisa menjadi berkah atau musibah bagi penggunanya.

Tak dipungkiri, hobby baru mulai bermunculan. Kalau di dunia nyata ada arisan, sekarang ada arisan online. Jualan juga bisa online. Bersosialisasi, hahahihi tak perlu kemana-mana cukup akses social mesia lewat smartphone. Canggih ya..kebayang gak, jika internet tidak ditemukan. Pak pos akan selalu menjadi orang nomor satu yang paling ditunggu ! Dan perangko, tentu menjadi barang yang sangat berjasa dalam pengiriman.

Saat telepon ditemukan, kita kagum bisa ngomong jarak jauh hanya dengan alat dan kabel. Lalu kekaguman bertambah saat segala berita bisa kita saksikan di layar televisi. Sekarang setelah internet ditemukan terlebih dengan adanya social media, peristiwa beberapa detik yang lalu bisa cepat menyebar karena mudahnya akses untuk mengabarkan.

Lewat social media pula kita bisa tahu apakah saudara atau teman kita baik-baik saja hanya dengan melihat status updatenya. Menilai kehidupannya sejahtera atau tidak dengan foto-foto yang di uploadnya. Dan khusus utuk memantau mantan pacar sudah punya pacar baru atau belum, cukup stalking timelinenya. Halah..

Ya..ya..ya..welcome di dunia yang serba instant ini. Tetap waspada dan jaga sikap positif baik di dunia nyata ataupun di dunia maya. Siapa kita, tercermin dari perilaku kita di social media. Hati-hati..

Sunday, June 16, 2013

Review : Macaroon Love





Pertama kali membaca novel Macaroon Love karya Winda Kresnadefa, pembaca disuguhi dengan banyaknya kata keheranan akan nama Magali. Awalnya dulu, saat Magali masih berupa status di facebook sang penulis, saya pikir Magali itu nama tokoh laki-laki. Ternyata, saya sama terkecohnya  orang-orang di dalam novel. Beberapa diantaranya yang membuat saya senyum-senyum sendiri :


"Gali Magali ?" 

"Galih, pacarnya Ratna ?" 

"Gali sumur ?"

Dan, kalau boleh saya tambahin "Gali lubang tutup lubang ?" Haha..utang kaleee...Rhoma Irama bangettt..

Well, secara garis besar novel ini cukup menarik, menghibur dan bisa membuat saya tertawa lepas sampai menarik perhatian suami saya.

"Bagus nggak ?," tanyanya

"Bagus..," jawab saya.

Lalu, selesailah saya baca novel itu dalam satu hari. Saya bacanya sambil jaga toko sih, sambil nyambi jualan ban. Kalau lagi repot, buku saya letakkan di meja dengan pembatas buku cantik asli handmade penulisnya..*promosi nih*, lalu saya terusin lagi bacanya.

Asli, membaca novel ini, semacam candu. Selalu ingin tahu, abis ini gimana ya, trus..trus..woalah..hahahaha..banyak surprise-nya. Dan alurnya susah ditebak. Perasaan saya juga nano-nano jadinya. Ada sedih, ada lucunya, ada inspiratifnya, sisi romantisnya juga ada, dan mengaduk-aduk perasaan pokoke.

Saya bisa menangis dan tertawa saat baca novel ini. Pokoknya nancep di hati lah. Klop dan pas. Gaya bahasanya simpel, gampang dicerna dan gak terlalu ribet mikir. Layaknya bahasa sehari-hari yang kadang kita alamin sama temen atau sahabat-sahabat sendiri. Terwakili dengan hubungan yang manis antar sepupu Magali n Beau, hubungan Magali dengan ayahnya yang ternyata berumur pendek, hubungan  dengan nenek dan rekan kerjanya, dan pastinya hubungan spesialnya dengan Ammar. Semuanya memberi pelajaran hidup yang berwarna, dan serba kebetulan nan indah.  Lalu Ammar ? Benarkah ada laki-laki super duper baik seperti dia di dunia ini ? Jika ada, wow deh..saya mau pesan satu, buat cadangan..#eh

Dan seperti review-review dari teman-teman yang pernah saya baca tentang Macaroon love ini, saya sependapat dengan bertaburannya kata-kata aneh. Karena Magali sudah unik tanpa dipertegas dengan kata aneh yang bejibun itu. Secara eksplisit, semuanya sudah terekam dengan cukup baik. Lalu soal judul, ehm..Macaroon-nya cuma dibahas seuprit, di bagian ending. Mungkin karena emang Macaroon lagi trend ya, jadi mudah diinget aja. Tapi intinya, apapun itu..novel ini sangat menghibur. Begitu baca, saya langsung teriak, aha..bacaan seperti ini yang saya cari untuk melepaskan dahaga akan bacaan yang bisa menyejukkan jiwa yang kering kerontang oleh hiburan..*apa sih ini hihi..*

Good job, sukses buat mba Winda Krisnadefa..selamat bertransformasi menjadi penulis jempolan, layaknya Beau yang bertransformasi dari Bad Boy from LA jadi budak bangor Bandung..heuheheu..saya paling suka bagian ini. Terus berkarya, dan saya rekomendasikan novel ini untuk dibaca, temans. Bagusss...

Friday, August 12, 2011

Kebiasaan Aneh..



Baru-baru ini anak saya mempuyai kebiasaan aneh yang cukup mendebarkan. Mau tahu apa kebiasaannya ? Ya ampun..sebenarnya saya malu untuk mengatakan ini. Tapi apa boleh buat, siapa tahu bermanfaat bisa untuk berbagi cerita atau barangkali ada yang punya pengalaman serupa ? Kalau begitu, selamat ! Kita senasib ! Hiks..ahahahaa...


Penasaran ? Apa kebiasaannya..( sengaja mengulur waktu supaya tambah penasaran.. )


Jreng..jreng..kebiasaannya adalah...memegang telek ( maaf, kotoran binatang alias tahi ) !


Tak peduli kotoran ayam, sapi atau kambing. Pokoknya pas lewat, melihat 'benda' itu, Andro akan berlari mendekat, memegangnya kemudian tertawa-tawa. Giliran saya yang panik sambil mengejar-ngejarnya yang lari-lari kegirangan. Secepat mungkin saya akan membawanya ke kamar mandi mencuci bersih tangan dan kakinya dengan sabun. Plus wejangan tentunya bahwa apa yang dipegang itu kotor, bau dan banyak mengandung kuman yang bisa bikin sakit.


Tapi apa jawaban Andro ? Mau tahu ? Jawabannya adalah...telek itu lembut ! Alamak...dapat kosakata darimana anakku ? Bisa-bisanya punya opini demikian aduhainya tentang kotoran binatang. Perasaan saya jadi campur-campur antara mau marah, geli, bingung dan akhirnya..ikutan ketawa ngakak bersama. Wedew...pusing dah..!!!

Tuesday, June 14, 2011

Bersih Kali di Kali Talang




Ini pertama kalinya saya dan keluarga kecil ikutan meramaikan acara bersih kali di kali Talang, desa Sudimoro, kelurahan Kelor, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini digelar setiap tahun, dan saat ini merupakan ke-3 kalinya yang berlangsung dari tanggal 30-31 Mei 2011. Tahun kemarin, saat saya masih terbilang baru jadi penduduk disini, sudah digelar acara serupa untuk yang ke-2 kalinya, cuma sayang waktu itu saya belum ikut terlibat.


Acaranya seru ternyata, dan cukup memberi hiburan di daerah yang notabene jauh dari keramaian dan jarang ada hiburan layaknya tinggal di kota besar. Berikut saya deskripsikan acara yang berlangsung.



Senin, 30 Mei 2011


Tepat jam 19.00 setelah mandi, saya ngoprak-oprak bapaknya Andro untuk segera mandi. Agenda malam ini ditetapkan untuk memenuhi undangan bapak ketua RT setempat untuk ikut ngombyongi acara lek-lekan malam bersih kali Talang. Berkali-kali Andro sudah tak sabar untuk ikut berperan serta.


Ayo, papa cepetan mandi, kita pergi ke kali..”


Bapaknya masih ogah-ogahan belum beranjak dari posisi nglekar di depan TV. Beberapa hari ini memang sambat nggak enak badan akibat terjangkit flu yang berawal dari Andro, nular ke saya trus ke bapaknya sekalian. Kompak dah, sampai penyakit dibagi-bagi, saling balapan untuk sisi menghalau ingus yang berkali-kali mengalir tiada henti.


Sebentar ajalah, yang penting setor muka, nggak enak kalau nggak datang..”, ujar saya.


Sambil menunggu bapaknya untuk pergi mandi, saya nyambi ngracik-ngracik bumbu dan sayuran untuk besok pagi acara makan bersama di kali. Tiap keluarga kena jatah menyediakan nasi dan lauk pauknya 2 besek. Rencananya, besek-besek ini dikumpulkan untuk kemudian dimakan bersama-sama di kali dan satu lagi untuk dibawa pulang. Seperti kado silang gitulah, saling tuker-tukeran besek. Asyik, sro..


Dari siang hari saya sudah wara-wiri ke warung beli segala macam untuk keperluan memasak. Ada 4 menu yang akan saya masak yaitu oseng-oseng tempe + kacang panjang, mie goreng, ayam goreng dan telur rebus. Karena ini pengalaman pertama saya memasak 4 menu sekaligus tanpa dibantu siapa pun, maka saya harus bisa mengatur waktu supaya masakan bisa matang tepat pada waktunya. Saya cicil dulu untuk membumbui ayam sambil direbus, besok tinggal goreng, sreng..Tempe dipotong-potong digoreng dulu. Nanti sepulang lek-lekan baru dimasak. Bumbu seperti bawang merah, bawang putih sudah dikupas dulu supaya tidak kesusu nantinya. Beres..sekarang berangkat lek-lekan dulu..


Sampai lokasi, kami disambut pagar betis..eh..para among tamu yang berdiri disepanjang jalan masuk untuk memberi salam. Suara lagu mengalun dari sound system. Salah satunya lagu Betharia Sonata yang begini syairnya..” pulangkan sajaa...aku pada ibuku..atau ayahku..”. Duh..kok lagunya sedih ya..hiks..jadi inget jadul waktu masih duduk di bangku SMA, lagu ini familiar banget di telinga.


Di sekeliling kali, terhampar tikar untuk duduk lesehan, suasana terang benderang oleh lampu yang dipasang di terpal. Seperti pesta kebun, bo..disekitar kali banyak pohon-pohon beringin besar yang dibawahnya muncul mata air itu. Konon menurut cerita, air kali yang sebenarnya mirip sendang ini tidak pernah kehabisan air. Saat musim kemarau panjang, saat sumur-sumur penduduk asat, kali ini tetap ada airnya sehingga penduduk seringkali mengambil air dari sini untuk keperluan sehari-hari. Tak jarang anak-anak kecil juga mandi di kali ini.


Kali ini berada tepat di bawah pohon beringin besar yang umurnya sudah puluhan tahun. Mungkin air ini berasal dari mata air bawah tanah yang secara tidak langsung keluar melalui akar-akar pohon ini. Sehingga dipercaya, air ini bisa mendatangkan rejeki dan kemakmuran penduduk sekitar sehingga perlu dibersihkan paling tidak setahun sekali.


Nah, di malam ini berkumpul penduduk yang terdiri dari 3 dudun yaitu Sudimoro, Mengger dan Kelor. Sebagai tuan rumah adalah dudun Sudimoro, 2 dusun lainnya sebagai tamu undangan. Disekitar tikar yang digelar, ada tempat yang lebih atas semacam pendopo, ditempatkan banyak alat-alat musik gamelan. Ada gong, kendang, dan klonengan. Yang nggamel adalah penduduk sendiri. Lagunya uyon-uyon atau uro-uro, musik kesenian tradisional khas Jawa Tengah. Musik ini biasanya disukai orang tua yang sudah sepuh, tapi jujur saat mendengar secara langsung, saya bisa menikmatinya. Atau karena saya sudah jadi orang tua jadi selera musik ikut berubah ya..? Hehe..


Tampak beberapa orang berbincang-bincang, dan beberapa gerombolan bapak-bapak membunuh waktu dengan bermain kartu diiring musik gamelan. Ada 2 kubu bapak-bapak yang bermain kartu, ibu-ibu hanya menjadi pengamat bapak-bapak yang bermain kartu sembari mengawasi anak-anak yang membentuk klub bermain sendiri diseling rumpian yang tak jarang mengundang tawa. Indahnya kebersamaan. Semuanya berbaur dalam keceriaan tanpa terkotak-kotakkan oleh suku, ras, agama ataupun status sosial. Ada pengusaha, petani, buruh bangunan, tukang batu, tukang kayu, pak polisi, ustadz, bahkan hadir pula rohaniawan katolik yaitu Pastor di paroki Kelor.


Malam semakin hangat saat minuman teh nasgitel ( panas, legi, kenthel = panas, manis, kental ) muncul bersama snack ringan pisang goreng, makroni goreng dan kue. Ngobrol seru sambil ngemil..nyam..nyam..Saya bayangkan, saat ini seperti berada di kafe terbuka dengan hiburan musik tradisional. Wuah..menyenangkan, gratis pula hihi..


Andro tampak senang berbaur dengan teman-teman kecilnya. Tingkah polahnya nggak bisa diam barang sedetik pun. Lari kesana kemari dengan penuh keceriaan. Bisa diam duduk setelah saya suruh minum teh dan makan snack dulu.


Ma, nanti ada makan malam ya?,” Andro bertanya.


Nggak tahu ya..jangan keras-keras nanyanya..”


Ada kok, tadi Andro lihat piringnya..”


Ya ampun, malulah saya, saat ibu-ibu di samping saya ikutan senyum mendengar celetukan Andro.


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Andro nggak mau diajak pulang. Matanya asyik mengamati gong yang besar. Sesekali tangannya memegang mikrofon di depan yang untungnya tidak dinyalakan. Kalau nyala, bisa gawat..Andro bisa bikin konser nyanyi sendiri. Akhirnya saya dan suami berinisiatif mengajak Andro pulang karena jam tidur sudah telat meski acara belum selesai.. Setelah dibujuk-bujuk karena besok pagi kesini lagi jam tujuh, Andro mau pulang. Tepat saat makan malam disuguhkan dengan piring secara estafet. Untung Andro tidak melihat, karena kami sudah berjalan menuju parkiran, sehingga acara pulang tidak tertunda.



Selasa, 31 Mei 2011


Alarm dari handphone berbunyi nyaring tepat pukul 03.30 pagi. Wuah..masih ngantuk, tapi saya ingat harus memasak untuk acara pagi ini. Semalam saya sudah nyicil masak oseng-oseng tempe sepulang dari lek-lekan. Saya masih berdiam belum beranjak dari kasur saat alarm berbunyi lagi. Suami ikut nglilir sebentar terusik oleh bunyi alarm dan cukup terganggu sehingga bunyi alarm harus dimatikan. Akhirnya dengan mata yang masih setengah terpejam, saya bangun, mematikan alarm dan beranjak ke dapur.


Jam empat pagi saya mulai memasak nasi, mie goreng dan menggoreng ayam. Jam setengah enam, masakan sudah siap semua dan mulai saya tempatkan di besek yang diberi alas daun pisang yang saya minta dari pohon pisang punya tetangga di depan rumah. Beres..selanjutnya mandi dan membangunkan Andro serta suami tersayang.


Jam tujuh kami berangkat ke kali membawa dua besek berkat makanan hasil memasak sendiri. Bangga lho, apalagi rasanya cukup lezat ( memuji sendiri huehehe..). Sampai di kali, sudah banyak orang berkumpul dengan peralatan bersih-bersih di tangan. Ada yang bawa gathul, sapu, arit dan lain sebagainya. Besek-besek di kumpulkan di pendopo. Semuanya larut dalam kegiatan kerja bakti bersama-sama.


Ada yang menarik saat saya melihat beberapa orang yang turun di kedalaman kali yang bisa dibilang hampir mirip sendang setengah sumur ini. Seorang bapak pemberani sampai menyelam untuk mengambil kotoran di dalam kali. Saat muncul, di tangannya banyak dedaunan dan sampah-sampah yang mengotori kali. Berkali-kali dilakukannya tanpa mempedulikan betapa kotor air kali itu dan matanya memerah. Luar biasa totalitasnya dalam bekerja. Saya kagum, lho..


Selesai bersih-bersih, sampailah pada acara puncak yaitu kembul dhahar setelah mendengarkan beberapa sambutan dari Ibu Lurah dan yang terkait, setelah sebelumnya berdoa bersama memohon kesuburan, kemakmuran, keselamatan, kemudahan rejeki dan kerukunan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Kemudian besek-besek dibagi, lalu dimakan bersama-sama sebagian ada yang dibawa pulang. Setelah kenyang, pulang bersama dengan sejuta rasa.


Itulah, sebagian cerita yang mungkin bisa memberi manfaat bagi kita semua. Inti dari event ini adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kerukunan dan pastinya untuk kebersamaan. Nilai-nilai yang mulai jarang ditemui di kota-kota besar..



Friday, June 4, 2010

Makan Belalang


Pok ame-ame
Belalang kupu-kupu
Siang makan nasi
Kalau malam minum susu

Kutipan lagu diatas mengingatkan kita pada masa kecil yang penuh tawa dan canda. Namun yang ingin saya bahas kali ini bukan tentang lagunya tapi dari salah satu kata yang menjadi kesatuan dalam lagu itu di baris kedua. Ada belalang kupu-kupu disitu. Yup..saya memilih belalang untuk santapan makan siang kemarin.

Terus terang, kemarin adalah edisi perdana saya makan belalang. Sejak tinggal di Gunung Kidul, saya baru mengerti kenapa masyarakat disini terbiasa makan ulat dan belalang. Awalnya saya kaget dan tidak tertarik sedikitpun untuk mencoba mencicipinya. Lihat binatangnya saja sudah geli, apalagi memakannya.

Tapi banyak orang bilang disini, serasa belum lengkap sebagai warga Gunung Kidul bila belum mencoba makan belalang. Ya sudah, karena waktu itu saya lagi bertamu dan dijamu makan dengan lauk belalang goreng di penduduk setempat, maka sebagai rasa penghormatan saya kepada tuan rumah, saya mencicipi satu ekor belalang goreng.

Hm..kesan pertama kriuk-kriuk garing gimana gitu, pertama saya makan bagian tangan dan kakinya yang garing. Setelah itu bagian tubuhnya yang garing di luar karena kulitnya dan bagian empuk di dalam seperti apa ya..gurih-gurih gitu deh..mirip-mirip rasa udang.

Konon katanya, yang gurih itu yang mengandung banyak protein. Saya cukup makan satu ekor saja, belum berminat untuk nambah, masih adaptasi dulu. Mungkin kalau sudah terbiasa lama-lama satu kilo bisa saya habiskan hehe…

Belalang yang termasuk hewan Insecta dari Ordo Orthoptera Famili Acrididae ini mudah sekali dijumpai di pasar tradisional dan kadang banyak dijual di tepi-tepi jalan di Gunung Kidul. Harganya lumayan mahal, satu renteng kurang lebih isi 50 ekor dijual seharga dua puluh ribu rupiah. Bisa jadi, mahalnya harga belalang ini disebabkan karena semakin banyaknya permintaan pasar, tingkat kesulitan menangkapnya dan rasa belalang yang bisa dikategorikan sebagai makanan pengganti udang.

Petani sudah tidak khawatir lagi bila sawahnya banyak belalang yang dapat dikatakan sebagai hama pengganggu tanaman karena sekarang nilai jual belalang sudah lumayan tinggi. Tapi kalau sering dikonsumsi, dikhawatirkan di masa depan belalang menjadi serangga yang tergolong langka. Kira-kira berapa tahun lagi ya bisa punah ? Sedih juga kalau sampai punah..

O,ya ada info lagi, karena selain belalang, di Gunung Kidul juga terbiasa makan ulat dari pohon Jati. Waduh..kalau yang ini, terus terang saya belum berani untuk mencoba. Walaupun banyak orang bilang ulat mengandung banyak protein, entar dulu deh..nanti kalau saya sudah berani makan, saya kabari ya…hehe..

Tuesday, April 27, 2010

Apakah Anda Sabar ? Cek Makanan Favoritnya

Tulisan ini hanya untuk iseng-iseng saja, terinspirasi saat menikmati makanan, tiba-tiba terlintas di benak apakah makanan favorit kita selama ini mencerminkan sifat kita.

Memang ada hubungannya ya ? Segala sesuatu jika dikait-kaitkan pasti akan berhubungan sendiri.

Sekedar hiburan saja, jangan dianggap penting..

Orang sabar biasanya disayang Tuhan. Orang sabar biasanya mau berproses dan menikmati proses itu sendiri. Orang sabar biasanya mampu menata emosi dengan baik.

Berikut dibawah ini makanan favorit orang sabar :





Tengkleng

Masakan khas Solo ini adalah masakan semacam sop kambing yang isinya dominan dengan tulang yang masih ada sisa-sisa daging dan sumsum yang melekat.


Seni mem-“brakot” tulang ini tidak semua orang mampu dan mau melakukannya.


Dengan dalih mau makan aja kok repot, tinggal beli tongseng yang udah jelas ada dagingnya beres..


Padahal harga seporsi tengkleng tidak beda jauh dengan harga tongseng lho, bahkan ada yang lebih mahal…

Hm..namanya kepuasan kadang tidak bisa dihargai dengan nominal rupiah.


Nilai tantangan dan perjuangan serta proses itu sendiri menjadi penting bagi penikmat tengkleng..



Kwaci

Cemilan dari biji semangka atau biji bunga matahari yang minimalis bentuk dan ukurannya ini hanya mampu dihabiskan oleh orang yang ulet, tabah dan sabar tentunya.

Biasanya makanan ini dimakan ramai-ramai dengan teman sehingga tidak terlalu terasa lama waktu yang dibutuhkan. Sudah tentu bagi yang memasukkan kwaci sebagai kategori makanan favorit, tidak diragukan lagi jika penikmatnya adalah orang yang sabar.

Nggak percaya ? Buktikan sendiri..




Duren

Jangan girang dulu disebut sabar jika anda penggemar buah duren. Jika duren yang sudah tersaji tinggal dimakan saja, belum bisa dikategorikan sebagai orang sabar.

Bisa dikatakan sabar jika mau menjalankan ritual dari memanjat pohon, sampai membelah kulit duren yang banyak durinya baru kemudian.makan buahnya. Proses inilah yang membentuk kesabaran itu.

Berarti penjual duren termasuk orang sabar ya ? Asal tidak suka mengeluh pasti sudah masuk kategori sabar hehe..




Kacang Tanah

Yang mampu menghabiskan satu kilogram kacang tanah yang kulitnya dikupas sendiri sudah pasti orang yang sabar.

Tapi kira-kira masuk kategori rakus juga nggak ya ? Kalau makan sendiri, tidak mau berbagi padahal ada orang disekitarnya yang ngiler mau makan juga, itu namanya orang yang rakus, nggak peka terhadap keadaaan sekitar plus pelit bin ajib-ajib. Hahaha..




Sate

Kalau ada orang yang mau bersusah payah dari mengiris daging, memasukkan ke tusuk sate trus membakarnya sendiri baru makan, inilah yang disebut kesabaran yang sempurna. Tapi dengan syarat tanpa mengeluh saat kena asapnya lho..

Kalau mau menunggu antrian untuk makan sate di tempat yang laris pembeli, plus rela menunggu sate dikipas-kipas sampai matang kurang lebih satu jam tanpa ngomel-ngomel, patut diacungi jempol untuk kesabarannya.

Lha kalau sudah ada sate matang, tinggal makan trus marah-marah karena rasanya tidak karuan atau dagingnya kurang empuk, itu mah soal selera saja ya.. ( maksa banget sih hihi..)




Pisang Klutuk

Pisang yang banyak isinya ini menguji kesabaran orang yang memakannya. Saya jarang sekali menemui pisang jenis ini di jaman sekarang, kecuali pisang klutuk yang masih mentah yang diserut sebagai campuran rujak buah.

Jaman saya kecil dulu, pernah punya pohon pisang ini. Sebenarnya rasa pisang ini manis dan enak, tapi karena bijinya yang banyak sekali sebesar biji kapas, keasyikan makannya jadi terganggu. Berkali-kali harus melepeh biji-bijinya keluar dan hanya mendapatkan sedikit buah pisang tanpa biji. Harus disortir berkali-kali.

Siapa yang mampu bertahan makan pisang yang susahnya minta ampun, sementara banyak pisang yang lain tinggal lep saja ? Sekali lagi hanya orang yang sabar yang mau dengan tulus ikhlas menjalani makan pisang klutuk lengkap dengan prosesnya ini dan yang mampu mengabaikan celetukan orang “kurang kerjaan saja”.

Kira-kira, makanan susah apalagi ya, yang menguji kesabaran kita ? Mungkin teman-teman punya alternatif lain ? Monggo..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...