Showing posts with label bisnis. Show all posts
Showing posts with label bisnis. Show all posts

Monday, October 26, 2015

Dari Hobi Jadi Profesi


Hobby dan profesi kakak saya adalah melukis dan pelukis
Hobby saya selfie di depan lukisannya ;p



Holla..bicara tentang hobi, siapa yang tidak excited coba..pasti selalu ada binar-binar di mata ketika melakukannya dengan passion. Yup..hobi adalah sesuatu hal yang kita senang melakukannya. Apa hobimu ? Kalo saya..eng..apa ya..banyak sih, dari menyanyi, menulis, membaca tapi yang ditekuni gak ada..hehe..jarang-jarang melakukannya, sesempatnya cuma kalo pas ada waktu luang aja..(kapan luangnya?).


Sebenarnya sih, hobi itu idealnya dilakukan secara rutin supaya kita senang, syukur-syukur bisa menghasilkan. Hari gini, siapa yang menolak rejeki dari hobi..? 

Trus, hobi itu ada trendnya gak ya..ada lah..saat ini hobi yang sedang in misalnya Yoga, ngeblog, travelling, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, apapun hobi kita asal ditekuni, lama-lama kan jadi ahli tuh, nah kalo sudah ahli tentu jadi bahan rujukan siapapun yang membutuhkan. Trus bisa dapat bayaran deh..tentunya kalo kita konsisten dan eksis ya..

Nah..hobi  apa saja yang bisa jadi profesi..ini dia..

1. Fotografi

Berawal dari suka memotret, foto-fotonya bagus, trus ikut lomba-lomba, ikut pameran lama-lama dikenal akhirnya dianggap sebagai fotografer profesional. Hebat kan..? Kalau jaman dulu, jadi tukang foto tuh kesannya biasa aja, cuma motret pas foto untuk keperluan ijazah atau KTP, trus motret hajatan. Udah. Tapi seiring perkembangan jaman, fotografi semakin digandrungi dan sangat bervariasi. Mulai dari prewedding photography, food photography, street photography, travelling photography, dan lain-lain..banyak alirannya deh..Sekarang yang jadi trend tuh, food photography. Memotret makanan dari berbagai wisata kuliner trus di share ke socmed, instagram misalnya..Feenya lumayan tuh..bisa sampe juta-juta, apalagi kalo cukup berpengaruh membuat orang ngiler terus beli..

2. Menulis

Jaman dulu, angkatannya Chairil Anwar, Sutan Takdir Alisyahbana, dan pujangga-pujangga di era tahun 60-an..menjadi seorang penulis belum bisa diandalkan sebagai penopang hidup. Selain honor kecil, belum banyak kontribusi yang bisa diberikan kepada seorang penulis. Baru mulai era Andrea Hirata, Dee Lestari, dan lain-lain, profesi penulis mulai dipandang dua mata, tidak sebelah mata lagi.. :). Ditambah dengan munculnya social media, blog, profesi-profesi baru yang berkaitan dengan dunia penulisan seperti blogger, buzzer, content writer, freelance writer, dan lain sebagainya mulai tumbuh subur meramaikan dunia persilatan..#eh. Siapapun asal bisa menulis dengan bagus dan unik serta bersikap profesional, bisa dibayar mahal untuk satu kali posting job review. Pokoknya, peluang di dunia ini cukup menjanjikan.

3. Travelling

Yang hobi jalan-jalan keliling dunia, hobi naik gunung, hobi menyelam di laut, apapun itu..jika melakukannya dengan passion, suatu saat pasti menjadi inspirasi bagi orang lain. Sejuta pengalaman yang didapatkan bisa dituliskan lewat blog atau menjadi narasumber di acara-acara televisi. Nah..jaman sekarang apa sih yang tidak mungkin..ya kan..Apalagi kalau punya kiat khusus jalan-jalan murah keliling dunia dengan backpacker-an. Kisahnya ditulis jadi buku, laris manis deh pasti..

4. Memasak

Jaman sekarang, profesi chef itu keren. Tak harus wanita yang pinter masak, pria keren pun banyak yang jadi chef, menambah bening dunia pertelivisian kita. Jaman dulu mungkin seorang laki-laki jago masak akan ditertawakan. Tapi sekarang, siapapun asal bisa masak enak dan layak dijual, jadi deh bisnis. Dunia kuliner makin memanjakan lidah-lidah kita.

5. Melukis

Tidak semua orang punya bakat melukis. Tak heran jika harga lukisan berkelas itu mahal. Bisa berjuta-juta. Nah, jika seseorang punya bakat melukis, lukisannya bagus dan punya daya jual tinggi..kaya rayalah dia. Walau proses pencapaiannya tentu tidak mudah. Karena tidak semua orang suka lukisan dan rela merogoh kocek yang dalam demi sebuah lukisan. Kecuali orang yang mengerti tentang dunia seni itu sendiri. Jadi ya, menjadi seorang pelukis harus tahan proses, fokus, mampu mencari market dan bisa pameran tunggal. Selanjutnya..kesuksesan akan datang seiring dengan berjalannya waktu.

Nah, itu sebagian hobi yang bila ditekuni bisa jadi profesi. Pasti masih banyak hobi-hobi lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Enak kan, ya..ngejalaninnya senang, bisa menghasilkan lagi. Ah..indahnya dunia..

Oke...sekarang apa hobi kamu..? Bisakah jadi profesi..? Yuk, marriiii... :)

Thursday, November 3, 2011

Apakah Anda Konsisten ?

Tidaklah mudah membangun suatu personal branding yang lekat dengan sifat konsisten. dalam kehidupan ini banyak sekali kita jumpai figur orang yang dengan mudah mengumbar janji untuk kemudian dengan mudah pula mengingkarinya tanpa realisasi yang pasti. Bagaimana sikap Anda jika bertemu orang yang tidak konsisten, atau jangan-jangan kita sendiri termasuk tipe orang seperti itu ? Hm..

Pengalaman saya, berulang kali dikecewakan oleh orang yang nggak konsisten cukup membuat geregetan juga. Contohnya saja dalam soal utang piutang atau soal pinjam meminjam barang dengan teman. Dia sendiri yang berjanji akan mengembalikan dalam tempo 1 bulan, pas saat jatuh tempo alasannya ada saja, sengaja mengulur-ulur waktu tanpa memperhatikan bagaimana perasaan yang dikecewakan. Dengan enteng, tanpa rasa bersalah, padahal uang yang dijanjikan akan dikembalikan benar-benar saya butuhkan. Sekali, dua kali saya amati, saat tidak ada itikad baik, hubungan langsung saya putus. Untuk selanjutnya, jika dia merengek-rengek minta dipinjami uang lagi, jangan harap akan diberi lagi, susah nagihnya.

Demikian pula saat berbisnis, antara suplier dan penjual harus ada rasa saling percaya dan tentunya konsistensi harus dijaga. Tagihan lancar, hubungan personal baik, sudah pasti akan tercipta aura positif yang akan memudahkan kelancaran bisnis dan saling menguntungkan. Saat salah satu pihak mulai tidak konsisten dan merugikan salah satu pihak sehingga tidak dapat bekerja sama dengan baik, maka otomatis hubungan bisnis menjadi tidak sehat lagi yang bisa berakibat pada pemutusan hubungan bisnis.

Saya sendiri berusaha sejauh saya mampu untuk menjadi pribadi yang konsisten. Saya mulai dari hal yang paling sederhana dulu yaitu berusaha on time saat memenuhi janji. Hal ini berlaku dalam hubungan pertemanan dan yang lebih penting dengan relasi bisnis. Saya sering merasa tidak enak jika orang lain harus menunggu, jadi pilihan saya adalah on time dengan harapan orang lain bisa on time juga. Kalau pun saya harus menunggu beberapa menit sih nggak masalah, tapi kalau sampai berjam-jam lebih baik saya tinggal. Waktu sangat berharga jika dibiarkan untuk menunggu orang yang tidak dapat menghargai orang lain.

Kemudian dalam kehidupan sehari-hari, saya juga berusaha untuk mengatakan apa adanya. Saat saya tidak bisa, saya akan bilang tidak bisa demikian pula sebaliknya. Lebih baik jujur di awal daripada bilang bisa kenyataannya tidak bisa malah lebih melukai perasaan orang lain. Sebisa mungkin saya berusaha membuat sinkron antara perkataan dan perbuatan. Memang tidak mudah, tapi hal ini berkaitan dengan soal disiplin, tanggung jawab dan kebiasaan.

Pada kenyataannya, menjadi orang konsisten lebih banyak diperhitungkan dalam dunia bisnis. Segala kesempatan dan peluang akan terbuka lebar saat kita mampu bekerjasama dengan baik dengan rekan bisnis kita. Segala jalan akan dipermudah untuk kelancaran bisnis. Lain halnya jika menjadi orang tidak konsisten, orang tidak mudah percaya dan segala sesuatunya akan terasa sulit. Padahal, dalam dunia usaha, maunya untuk jangka panjang dan bisa diwariskan kepada keturunan kita. Saat usaha kita bisa dipercaya karena konsistensi kita, orang akan lebih menghargai dengan baik. Dan itu berlaku bagi siapa saja.

Jadi, konsistenlah mulai dari sekarang..

Tuesday, October 11, 2011

Peluang Usaha Di Kota Kecil


Selama hampir 2 tahun buka usaha bersama suami, akhirnya resmi hampir sebulan ini kami punya karyawan baru di toko. Masih satu tapi cukup membuat kami bangga. Sebelumnya, kami sudah punya satu asisten rumah tangga yang menjaga anak kami di rumah yang bisa kami pantau setiap saat. Bagaimana tidak, ini adalah awal untuk sebuah lonjakan. Ya, kami punya target selanjutnya. Tentang mimpi-mimpi, rencana akan dibawa kemana usaha ban mobil dan onderdil Wiyono Putro ini.

Saya dan suami pernah menjadi karyawan di sebuah perusahaan selama bertahun-tahun. Kemudian kami berdua sepakat resign bareng-bareng untuk buka usaha bersama. Ini juga sebuah keputusan besar, mengingat kami masih buta tentang dunia usaha. Namun kami berdua meyakininya. Sebagai langkah awal, kami pindah ke pinggiran kota Yogya dan menetapkan daerah Gunung Kidul sebagai lokasi usaha kami.

Kalau selama ini ada pemikiran bahwa membuka usaha itu harus di kota besar, kami justru membalik mindset itu. Di pinggiran kota masih banyak peluang usaha kalau kita mau mengolah. Mbabat alas istilahnya.
Keuntungan membuka usaha di daerah kecil, lebih tepatnya di desa, salah satunya adalah belum banyak kompetitor. Kalaupun ada, masih bisa dihitung dengan jari. Belum lagi letak geografis Gunung Kidul yang sangat luas, membuat pengusaha masih punya banyak kesempatan meraih pasar sebanyak-banyaknya. Fakta membuktikan, selama ini masyarakat Gunung Kidul harus menempuh jarak puluhan kilometer ke kota Yogya untuk sekedar mengganti ban mobil. Bisa dibayangkan kan berapa biaya untuk bahan bakar kendaraannya, belum untuk jajan. Nah, peluang inilah yang kami ambil. Terbukti, masyarakat sekitar merasa diuntungkan dengan keberadaaan usaha kami. Mau pasang ban, mau balancing, mau cari ban vulkanisir, mau vulkanisirin ban atau sekedar cari onderdil mobil tidak perlu jauh-jauh lagi. Lebih hemat dan efisien. Mengirit ongkos.

Lalu, kenapa kami pilih usaha ban dan onderdil mobil juga ada alasannya. Kalau usaha ban motor dan onderdil motor disini sudah cukup banyak. Selama ini, orang malas berjualan ban mobil karena modalnya besar tapi untungnya sedikit. Memang benar, contohnya saja ban truk dengan modal katakanlah 1,2 juta untuk 1 ban, keuntungan yang diraih tidak sampai 3 persen. Mana tahan ? Tapi justru ini peluangnya. Karena banyak yang kurang berminat, kami ambil kesempatan itu karena walaupun untungnya cuma sedikit kalau omsetnya banyak kan bisa muter juga uangnya. Walaupun modal awal ya cukup banyak juga, tapi selama ada pinjaman uang kan nggak masalah ? Yang penting secara pelan tapi pasti usaha ini bisa berjalan.

Kenapa juga kami pilih Gunung Kidul ? Bukankah selama ini daerah Gunung Kidul terkenal sebagai daerah yang gersang, tandus dan kekurangan air ? Mana mungkin bisa berkembang buka usaha disana ? Hm..kalau masih banyak anggapan seperti itu, berarti Anda salah besar. Gunung Kidul sudah tidak seperti yang digambarkan tadi. Disana sudah banyak pohon-pohon yang rindang yang membuat daerah ini subur menghijau. Air juga sudah gampang didapat karena memang sudah banyak air sumur dan air PDAM. Pertumbuhan ekonominya juga sudah sangat baik, terbukti jumlah mobil semakin bertambah tiap tahunnya. Maklum, orang Gunung Kidul terkenal sebagai orang yang ulet dan pekerja keras. Kebanyakan perantau dari Gunung Kidul mampu menorehkan kesuksesan buat keluarganya.

Dan kami bersyukur, setiap bulannya usaha kami selalu ada perkembangan omset, pertambahan pelanggan dan kemajuan yang cukup signifikan. Karena itulah, kami merasa perlu mulai mengangkat karyawan untuk membantu kelancaran usaha kami. Karena rencananya, kami akan melebarkan sayap tidak hanya duduk menunggu di toko saja namun juga akan keliling sebagai upaya lebih mendekatkan diri kepada pelanggan untuk pemenuhan segala kebutuhan mereka dan juga sebagai promosi terselubung karena ternyata masih banyak yang belum tahu tentang usaha kami. Ke depannya, kami juga berencana akan membuka jasa panggilan pasang ban dan balancing ke rumah pelanggan. Bisakah ? Apa sih yang nggak bisa..semua pasti bisa kalau memang sudah niat.

Jadi, saat ini kami sedang menikmati suka duka menjadi seorang pengusaha di pinggiran kota. Jelas nggak gampang awalnya. Tapi sejauh ini kami sudah punya pandangan yang berbeda saat menjadi karyawan dulu dan saat menjadi pengusaha sekarang. Setelah punya usaha sendiri, kami terbiasa membuat keputusan sendiri, berpikir kreatif, belajar tentang product knowledge baru, menganalisa pasar, bersaing dengan kompetitor, mencari penyupli barang yang terbaik dan termurah, mengelola hutang untuk usaha, seleksi karyawan..wah..banyak sekali kegiatan yang tadinya tidak ada dalam bayangan kami saat masih menjadi karyawan. Dan yang paling penting kami tetap menjaga profesionalitas walaupun sebagai suami istri. Saat di toko, saya adalah seorang staf administrasi, merangkap bagian penjualan, sebagai staf marketing juga, mengelola keuangan dan suami saya sebagai bos sekaligus staf teknisi, staf gudang dan membantu bagian penjualan juga. Sedangkan saat di rumah, kami adalah suami istri yang bersama-sama mendidik anak semata wayang kami. Jadi kalau lagi berantem di rumah, di toko tetap profesional seolah-olah sudah baikan, sampai di rumah berantem lagi hehe..nggak ding..

Dan enaknya lagi, usaha di pedesaan membuat kami semangat tiap hari karena suasananya yang asri, jauh dari macet dan stress, adem ayem pokoknya. Segala sesuatunya selalu kami syukuri. Dan kami lebih menikmati detik demi detik waktu yang berjalan. Hari ini selalu berbeda dengan hari kemarin atau besok. Begitu bervariasi dan penuh warna hidup ini rasanya. Pokoknya bedalah..kalau nggak percaya cobalah..Buka usaha di daerah pedesaan. Pasti asyik. Menurut saya sih, kalau masih banyak orang yang menambah sesak kota tanpa pekerjaan yang jelas, lebih baik pulang ke desa, buka usaha, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Semua orang bisa kok. Soal modal bisa dicari yang penting punya niat dulu, perencanaan yang matang pasti akan ada jalan kalau mau berusaha. Ok..sekian dulu ya..lain kali disambung lagi dengan cerita bisnis yang lain. Ada yang nanya harga ban nih, mudah-mudahan jadi beli hehe..

Wednesday, September 15, 2010

Bersahabat Dengan Ketidakpastian


Tidak mudah meninggalkan zona nyaman untuk bersahabat dengan ketidakpastian. Hm..ya, tentu saja tidak mudah. Segala keraguan, kecemasan, kekhawatiran bahkan ketakutan menjadi penghalang terbesar untuk mengambil sebuah keputusan. Sejuta bagaimana dan apakah saling berbenturan menggoyahkan iman. Apa bisa ? Sanggupkah ? Bagaimana ?

Sudah pasti, semua orang punya keinginan untuk hidup senang bila dibandingkan harus bersusah-susah. Siapa sih yang tidak mau hidup senang ? Tapi jangan lupa, tidak semua orang terlahir dalam keadaan senang. Kita tidak bisa memilih siapa orang tua yang akan melahirkan kita. Kita hanya bisa pasrah saat Tuhan berkehendak kita dilahirkan dari rahim seorang gelandangan misalnya. Menjadi tujuan kita selanjutnya, apakah kita cukup nyaman menjadi penerus tahta gelandangan atau lebih memilih untuk mengubah nasib menjadi insan yang lebih terhormat dari sekedar gelandangan saja. Dan ini tidak mudah. Tentu saja, akan banyak sekali kendala untuk menghadapinya. Dari cibiran banyak orang, sejuta cerita tentang kegagalan, segala komentar pedas yang memekakkan telinga..ah..tinggal kita mau memilih yang mana. Sebenarnya, segala pilihan ada di tangan kita.

Lalu, bagaimana ceritanya jika kita yang sudah nyaman sebagai seorang karyawan tetap, yang sudah pasti berapa penghasilannya tiap bulan, yang sudah bisa memprediksikan bulan depan mau beli apa, mau nabung berapa, mau jalan-jalan kemana..tiba-tiba merasakan kebosanan dari segala rutinitas dan menginginkan sesuatu yang “lebih” dalam hidupnya kemudian memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan nekad menjadi seorang entreupeneur ?

Ini jelas tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan keberanian yang super dan pola pikir yang out of box. Hey..hidup ini sangat indah, bukan ? Sayang jika hanya berpikir di dalam kotak saja. Ada banyak pemandangan baru di luar kotak yang belum kita ketahui. Ada banyak hal yang akan membuka hati dan pikiran kita, dan tentu saja lebih banyak resiko yang akan kita temui dimana-mana.

Sekali lagi, kita punya banyak pilihan. Tidak salah jika kita sudah puas dengan hidup nyaman kita, yang tak perlu neko-neko, yang tidak perlu pusing dengan banyak masalah dan banyak resiko. Aman dan nyaman. Mau apa bersusah-susah jika hidup bisa dibuat gampang, ya toh ? Yang pasti-pasti aja deh..gitu aja kok repot..

Memang, siapa sih yang mau hidup dalam ketidakpastian ? Yang dengan sadar dan rela mau melepas zona nyamannya untuk bersahabat dengan ketidakpastian. Nggak umum banget sih ! Kurang kerjaan aja..

Tapi tahukah Anda, jika kesuksesan itu hanya milik orang yang berani dan mau berpikir tidak umum dari kebanyakan ? Yang berani mengalahkan ketakutan dan kekhawatirannya sendiri ?

Tidak bisa dipungkiri, jika setiap orang punya definisi sukses masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Limpahan materi tidak menjamin kesuksesan jika rumah tangganya berantakan. Seorang pemulung pun bisa dianggap sukses jika dia benar-benar mencintai pekerjaannya, konsisten dan benar-benar mendapatkan kepuasan batin dan kebahagiaan dari pekerjaan yang digelutinya. Kesuksesan lebih kepada penghayatan jiwa. Tidak melulu dipandang dari betapa megah rumahnya, berapa banyak mobilnya, berapa butir berliannya, berapa milyar uangnya dan apa-apa yang bisa dipandang dari sudut pandang duniawi dan manusiawi belaka.

Kesuksesan yang utama adalah terjadinya sinergi dan harmoni dari segala aspek. Seorang pengusaha semestinya tidak hanya mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri semata. Diharapkan dia mampu menjaga keseimbangan antara berbagi dengan sesamanya, berhubungan baik dengan Tuhannya, menjalin relasi yang luas, menjaga keharmonisan keluarganya, dan ini yang jelas tidak gampang !

Demikian pula halnya saat saya dan suami sudah bertekad bulat resign kerja bareng-bareng dari pekerjaan tetap kami masing-masing. Pada awalnya, tidak mudah untuk mencari kata sepakat bersama. Tidak mudah pula ketika banyak pertentangan dan suara-suara yang menghalangi segala niat kami. Yang jelas, kami berdua punya tujuan dan cita-cita yang sama : buka usaha. Maka ketika ada kesempatan, segera kami ambil kesempatan itu tanpa berlama-lama lagi untuk berpikir dan mempertimbangkannya.

Mumpung kami masih sama-sama muda ( usia produktif ), sehat sehingga mampu berpikir dan mampu untuk selalu belajar hal-hal yang baru. Mumpung anak masih satu dan masih kecil, yang selalu menjadi spirit kami untuk maju dan berkembang.

Kami memulai dari apa yang kita punya. Tidak terlalu muluk-muluk, sederhana saja rencananya. Tidak perlu menunggu punya modal ratusan juta rupiah dulu. Tidak ! Berapa tabungan yang kami punya, itulah uang muka untuk memulai usaha. Perkara nanti bagaimana, kita pikirkan sambil jalan.

Yang kami tahu, saya dan suami akan melakukan perjalanan menuju ke depan yang sangat panjang dan tentunya akan sangat melelahkan. Di depan sana, akan banyak sekali kemungkinan yang akan kami lalui. Saat ini kami hanya mampu menduga-duga, tapi jika kami tidak segera jalan, segala dugaan itu tidak akan pernah bisa kami buktikan.

Kami tahu, kami akan melewati jalan yang lurus, berbelok, berkerikil, berbatu, mendaki, berlubang bahkan gelap sekalipun. Akan kami temui banyak pemandangan, sungai, danau, laut, gunung bahkan jurang. Untuk itu, kami siapkan peta, kompas, senter, perbekalan makanan, dan segala apa yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup.

Di luar sana, kami juga akan menemui banyak karakter manusia yang berbeda. Ada yang baik laksana malaikat bahkan ada pula yang bengis bagaikan perampok bahkan perampok sungguhan. Jadi, kami harus mampu melewati itu semua. Segala kemungkinan itu ada, dari yang manis bahkan pahit sekalipun. Kalau dari awal kami sudah berpikir yang buruk-buruk saja, seolah-olah yakin bahwa yang akan kami temui adalah perampok semua, tentu kami tidak akan pernah memulai perjalanan itu. Sudah takut duluan sih ! Jadi kesimpulannya, kami akan melewati jalan itu apapun resikonya dan berlagak tidak tahu siapa yang akan kami temui nanti.

Bagaimana kalau nanti gagal ? Jawabannya, sudah pasti kami akan merasakan kegagalan, penolakan dan melakukan banyak kesalahan. Tapi menjadi point penting bagi kami, hidup adalah perjuangan yang menguji seberapa kegigihan kami dalam menghadapi kegagalan demi kegagalan dan berusaha untuk bangkit lagi. Dengan berbuat salah, kami diberi kesempatan untuk tahu mana yang benar dan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan merasakan kegagalan, kami banyak belajar dan senantiasa mengukur diri, mengevaluasi apa-apa yang perlu dibenahi. Dengan ditolak, kami terpacu untuk mencari cara bagaimana bisa diterima.

Gagal dan berhasil adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Gagal bukanlah akhir dari segalanya, hanya belum waktunya untuk berhasil saja. Sebenarnya, ini hanyalah masalah waktu. Ya, waktu yang dinamakan proses. Bagaimana proses itu yang akan membentuk seberapa ketangguhan kita, seberapa mampu kita mengubah halangan menjadi tantangan, dan seberapa kuat kita melawan dari setiap ketidakpastian.

Dalam ketidakpastian selalu ada harapan

Dalam ketidakpastian selalu ada kreativitas untuk dikembangkan

Dalam ketidakpastian, adrenalin kita dipacu untuk menghasilkan sensasi-sensasi yang menegangkan sekaligus memberikan kepuasan

Dalam ketidakpastian, kita senantiasa berpikir untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang mendera

Dalam ketidakpastian, kita dipaksa untuk bekerja keras dan tidak ada toleransi untuk bermalas-malasan

Segala kepastian penghasilan saat menjadi karyawan dulu, tidak kami temui lagi setelah buka usaha sendiri. Ya, hari ini selalu berbeda dengan kemarin ataupun esok. Hari ini kami bisa tertawa saat toko banyak pembeli dan mendapatkan untung yang banyak, tapi besok bisa gigit jari saat tidak ada satu orang pun yang masuk ke toko kami apalagi membeli. Hal inilah yang mendorong kami untuk selalu mensyukuri dan sangat menghargai waktu.

Setiap hari adalah pengharapan. Setiap hari adalah anugerah yang tidak patut untuk disia-siakan. Membuat kami sadar untuk membuat perencanaan keuangan yang tepat. Apa yang kami dapatkan hari ini tidak untuk dihabiskan hari ini saja, selalu ada hari esok yang belum bisa kami prediksi bagaimana.

Menjadi tantangan kami untuk mengubah ketidakpastian itu menjadi sesuatu yang pasti yang bisa kami andalkan untuk masa depan. Menjadi tugas kami untuk membuat target maksimal pelanggan di toko kami setiap hari dengan mengupayakan pelayanan terbaik kami demi kepuasan pelanggan. Dan tentunya, membuat zona yang lebih nyaman dari yang sudah-sudah.

Saat ini, pandangan kami berubah tentang pengusaha sukses. Kesuksesan yang menjadi hasil akhir seringkali menyilaukan kami tanpa pernah tahu bagaimana proses itu bisa terjadi. Ya, dengan merasakan sendiri, kami jadi tahu, hanya dengan berdoa dan kerja keraslah apa yang kita impikan bisa menjadi nyata. Tak ada istilah instant, yang maunya kaya dalam sekejap. Tentunya sebanding jika mau berhasil ya bekerja keraslah !

Dan perlu diingat, tujuan awal untuk buka usaha bukan untuk mengejar materi semata, karena kita akan kecewa jika tidak berhasil menjumpainya. Tapi cintailah proses, bersahabat dengan ketidakpastian, dan punya harapan bahwa apa yang kita upayakan bisa berguna untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Uang ataupun kompensasi yang lain akan muncul dengan sendirinya tanpa pernah kita duga jika ketulusan, kejujuran menjadi landasan dalam berkarya.

Dan satu lagi, dengan menyadari kodrat kita sebagai makhluk sosial yang harus selalu siap untuk berbagi dan menolong tentunya menjadi nilai lebih untuk semuanya. Semoga kita semua bisa menjadi seperti itu. Karena saya juga masih belajar dan berjuang untuk bisa mencapai suatu keseimbangan. Merdeka !!..

Monday, May 24, 2010

Punya Hutang ! Why Not ?

Tak terbayangkan sebelumnya, kehidupan saya sekarang adalah kehidupan yang dililit dengan hutang. Jumlah hutangnya pun tak tanggung-tanggung sampai mencapai digit sembilan. Aih..ngeri amat, ya..padahal jaman dulu, punya hutang sepuluh ribu rupiah kepada teman saja, rasanya sudah khawatir dan resah gelisah tak menentu, ingin cepat-cepat segera melunasinya.
Hm..gimana kronologisnya tuh bisa sampai punya hutang begitu banyak ? Begini ceritanya…

Sejak nekad berkecimpung sebagai entrepreneur, tentunya banyak aspek yang harus saya pelajari. Banyak hal yang ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan sebelumnya. Saat jadi karyawan dulu, keinginan untuk buka usaha sendiri rasanya sangat menggebu-gebu dan senantiasa mendorong saya untuk cepat-cepat menanggalkan status saya sebagai karyawan. Melalui pembelajaran tentang wirausaha secara otodidak dan menggali cara hidup para usahawan sukses, saya dan suami akhirnya resign dari pekerjaan tetap kami yang dibilang sudah lumayan mapan itu.

Gila, nekad amat, apa kami punya uang banyak yang cukup untuk modal membuka usaha ban dan onderdil mobil itu ? Jawabannya adalah tidak. Kami hanya punya tabungan dua puluh juta rupiah, sedangkan untuk membuka suatu usaha yang kami geluti sekarang ini minimal harus ada dana dua ratus juta, itupun baru termasuk usaha yang masih dalam skala kecil, belum bisa lengkap. Tapi ternyata, ada jalan untuk semua itu..

Pada awal perjalanan sebagai entrepreneur, kami disupport oleh Om kami yang telah berhasil membuka usaha toko besi dari mulai kecil sampai besar seperti sekarang. Perjalanan usaha selama 16 tahun telah membuahkan sepuluh armada truck, 25 karyawan, toko yang diperbesar , rumah pribadi dan kendaraan pribadi yang amat memadai. Apa rahasianya ? Jawabannya adalah berani hutang !

Ya, hutang kepada bank dengan jaminan sertifikat rumah atau tanah adalah jawabannya. Menjadi seorang entrepreneur jangan pernah takut pada kegagalan. Terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian. Om kami ini ternyata berbakat juga menjadi seorang motivator handal yang kalau saya perhatikan nggak kalah jauh dengan motivator terkenal Indonesia Mr. Mario Teguh. Dari pengalaman jatuh bangun beliau selama merintis usaha inilah, kami belajar. Pengalaman tertipu, ditolak bank, mengalami kerugian, dihimpit oleh kompetitor dan beragam pengalaman pahit telah dikecap oleh Om kami. Dan sekarang ternyata tinggal manis yang bisa dipetik sebagai hasil.

Kembali ke soal hutang, hutang yang kami jalani tentu saja bukan hutang sembarang hutang. Tentunya ada perhitungan yang tepat untuk itu. Melalui evaluasi omset dari usaha kami selama beberapa bulan, maka bisa diperkirakan berapa perputaran uang yang terjadi selama ini. Ada pembagian yang jelas berapa rupiah untuk mencicil hutang, berapa rupiah untuk kulakan lagi, berapa rupiah untuk operasional kerja dan berapa rupiah untuk hal-hal lain yang tidak terduga. Sudah barang tentu semua ini dijalankan dengan pengaturan keuangan yang ketat.

Cita-cita untuk bisa berhasil membuat kami harus rela menurunkan standart hidup selama ini. Lha, iya..demi kemajuan usaha yang dirintis kami harus mampu untuk makan seadanya, sisa setelah membayar hutang dan operasional setiap bulannya. Bahkan kalau harus puasa pun, kami harus ikhlas menjalani.

Ketepatan membayar hutang kepada bank harus diprioritaskan. Karena jika sekali saja kami tidak bisa membayar cicilan maka nama kami akan masuk ke dalam daftar black list yang akan sampai ke Bank Indonesia. Yang artinya, setelah kami di-black-list, otomatis kami tidak bisa akses ke bank manapun untuk pinjam uang. Ngeri kan ? Nah, karena itu disiplin dalam mengatur uang menjadi prioritas utama yang tidak bisa diganggu gugat.

Selain itu, dalam perjalanan usaha kami, ternyata istilah Jawa “tuna sathak bathi sanak” cukup berlaku. Yang artinya, rugi sedikit asal untung dapat saudara. Lha iya, relasi itu sangat perlu dalam dunia bisnis. Keuntungan bukan semata untuk dikejar, tetapi relasi yang baik, pelanggan yang loyal lebih penting dari sekedar untung yang banyak. Logikanya begini, lebih baik untung sedikit tapi frekuensinya banyak daripada untung besar tapi jarang-jarang ada pembeli. Mendingan sering laku walau untung sedikit karena perputaran uangnya lebih cepat, bisa kulakan lagi, dan kemungkinan untuk bisa berkembang lebih cepat. Istilahnya tidak ada barang yang diam, sehingga hutang bisa dibayar dan bisa hutang lagi untuk perluasan usaha hehe..

Ngomong-ngomong soal menjalin relasi, ini yang perlu diperhatikan. Service, kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama dalam sebuah usaha. Gimana bisa mencapai sasaran jika kebutuhan pelanggan tidak terpenuhi dengan baik. Karena itu segala keluhan, kritik dan saran pelanggan menjadi masukan yang sangat berarti untuk sebuah usaha. Jangan heran, pelanggan yang puas akan menjadi media promosi tanpa kita minta. Lah iya, karena kepuasannya dia akan cerita kepada saudara-saudaranya, teman-temannya, kenalannya tentang tempat usaha kita. Nggak nyangka kan, tiba-tiba toko kita jadi banyak langganan dari langganan kita ?

Demikian juga sebaliknya jika pelanggan mendapat service yang tidak memuaskan, maka dengan cepat pula peristiwa ini menjadi berita yang dikonsumsi banyak orang dari mulut ke mulut. Wow..dahsyat, ya ? Karena itu, utamakan kualitas dan pelayanan.

Terus, dengan punya hutang, ada kekuatan tersembunyi yang mendorong kita mencari cara yang benar untuk bisa melunasinya. Semangat untuk bisa memasarkan usaha dengan baik, semangat untuk berjualan dengan sehat, semangat untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif, semangat untuk tampil beda. Ini dia, dengan beda, usaha kita punya ciri khas yang mudah diingat oleh pelanggan yang membuat dia ingin kembali dan kembali lagi ke toko kita. Ada sesuatu yang membuat ketagihan, entah karena harganya yang murah, layanan yang ramah, adanya bonus atau potongan harga, kenyamanan dalam berbelanja karena aura positif yang terpancar dan hal-hal lain yang menjadi nilai plus di mata pelanggan.

Wah..seperti saya ini paling ahli saja di dunia usaha, ya..? Bukan, saya bukan ahlinya. Punya usaha juga baru seumur jagung, sukses juga belum diraih. Tapi saya optimis dan siap berkembang. Saya punya mimpi dan akan segera merealisasikan mimpi itu. Saya harus berani menghadapi segala tantangan yang ada. Karena itu saya ingin berbagi pengalaman ini dengan Anda semua yang berbahagia.

Hutang, jika dijalankan untuk sesuatu yang baik dan benar akan menjadi berkah bagi sesama. Tentunya dengan konsekuensi untuk bisa membayar, bukan untuk menghindar dari penagih hutang.

Salam, semoga bermanfaat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...