Friday, July 1, 2011

Resep Semur Terong



Gambar diambil dari sini


Waktu kecil dulu, anak saya suka sekali sayur terong yang disemur. Padahal cara masaknya sederhana saja. Penasaran ? Baiklah akan saya bagi resepnya. Siapkan saja ongkos sepuluh ribu untuk bahan-bahannya. Hehe..


Bahan :



  • 3 buah terong ( biasanya yang ungu, tapi kalo adanya yang hijau juga gak dilarang )


  • 5 siung bawang merah


  • 3 siung bawang putih


  • 10 butir merica


  • secuil isi buah pala


  • kecap manis secukupnya


  • minyak goreng secukupnya


  • garam secukupnya


  • penyedap masakan bila perlu


Cara memasak :



  • terong dikupas, iris bundar setebal 2 cm, kemudian goreng ( sebelumnya dicuci dulu ya..), tiriskan


  • bawang merah diiris-iris, goreng


  • merica, bawang putih, isi pala dan garam ditumbuk, haluskan


  • bumbu yang sudah dihaluskan, ditumis dengan minyak goreng yang sudah panas, kemudian tambahkan air secukupnya


  • campurkan kecap secukupnya hingga air berwarna coklat yang cukup menarik


  • masukkan terong yang sudah digoreng ke dalam kuah berbumbu


  • rasakan hingga rasanya pas dan lezat


  • angkat jika sudah matang, taburi bawang merah goreng + daun bawang


Selamat mencoba..semoga berhasil ya..

Monday, June 27, 2011

Maling..oh..Maling..



Gambar dipinjam dari sini


Bersyukur. Terima kasih, Tuhan..karena Engkau masih berbelas kasih kepada kami. Tadi pagi, 28 Juni 2011, pukul 02.30 dini hari, gerombolan maling hampir membobol toko kami. Toko ban dan onderdil mobil sebagai sumber mata pencaharian kami hampir diobrak-abrik maling. Gembok di rooling door sudah raib tak tahu kemana rimbanya, dan di tembok samping yang menjadi pembatas rolling door sempat dijugil beberapa kali. Lampu di atas yang di luar toko juga sengaja dimatikan mister maling. Hm..beruntung aksi mereka berhasil digagalkan karena keberanian Eko, karyawan jaga di toko handphone, pulsa dan PS sebelah toko kami.


Menurut keterangan Eko, yang biasa tidur di dalam toko PS, pagi tadi pukul 02.30, mendengar suara mobil berhenti di depan toko kami. Mesin mobil sengaja tidak dimatikan. Suara mesin mobil itupun terdengar sangat halus. Kemudian terdengar langkah kaki di depan toko. Eko masih berpikiran positif, barangkali orang itu adalah temannya yang jaga malam di toko besi punya om kami, yang tak jauh jaraknya dari toko kami. Tapi lama-lama mulai terdengar suara mencurigakan seperti orang menjugil dan suara gesekan rolling door yang cukup ribut. Eko segera tersadar bahwa itu pasti maling.


Eko dihinggapi rasa takut jangan-jangan gerombolan maling membawa senjata tajam yang membahayakan dirinya sehingga Eko pun takut keluar. Niat Eko untuk menghubungi temannya Budi pun urung karena ternyata handphone Budi tertinggal di dalam toko PS Eko. Asumsi Eko, maling itu berjumlah 2 orang. Dan mobil yang dikendarai mungkin sejenis mobil kijang, tapi Eko belum terlalu yakin kerena tidak melihat sendiri. Susana semakin mencekam, tiba-tiba muncul keberanian Eko untuk membuat keributan dengan mengebrak-gebrak rolling door tokonya. Upaya ini berhasil, kerena gerombolan maling segera kabur dan Eko baru berani membuka rolling door tokonya kurang lebih saat mobil maling bergerak sejauh 200 meter dari toko kami.


Kejadian ini membuat kami harus semakin meningkatkan kewaspadaan dan telah menyadarkan kami bahwa kami masih disayang Tuhan. Terima kasih Eko, keberanianmu telah menyelamatkan toko kami. Buat mister maling, semoga Tuhan mengampuni kalian semua karena kalian tidak tahu apa yang telah kalian perbuat.

Tuesday, June 14, 2011

Bersih Kali di Kali Talang




Ini pertama kalinya saya dan keluarga kecil ikutan meramaikan acara bersih kali di kali Talang, desa Sudimoro, kelurahan Kelor, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini digelar setiap tahun, dan saat ini merupakan ke-3 kalinya yang berlangsung dari tanggal 30-31 Mei 2011. Tahun kemarin, saat saya masih terbilang baru jadi penduduk disini, sudah digelar acara serupa untuk yang ke-2 kalinya, cuma sayang waktu itu saya belum ikut terlibat.


Acaranya seru ternyata, dan cukup memberi hiburan di daerah yang notabene jauh dari keramaian dan jarang ada hiburan layaknya tinggal di kota besar. Berikut saya deskripsikan acara yang berlangsung.



Senin, 30 Mei 2011


Tepat jam 19.00 setelah mandi, saya ngoprak-oprak bapaknya Andro untuk segera mandi. Agenda malam ini ditetapkan untuk memenuhi undangan bapak ketua RT setempat untuk ikut ngombyongi acara lek-lekan malam bersih kali Talang. Berkali-kali Andro sudah tak sabar untuk ikut berperan serta.


Ayo, papa cepetan mandi, kita pergi ke kali..”


Bapaknya masih ogah-ogahan belum beranjak dari posisi nglekar di depan TV. Beberapa hari ini memang sambat nggak enak badan akibat terjangkit flu yang berawal dari Andro, nular ke saya trus ke bapaknya sekalian. Kompak dah, sampai penyakit dibagi-bagi, saling balapan untuk sisi menghalau ingus yang berkali-kali mengalir tiada henti.


Sebentar ajalah, yang penting setor muka, nggak enak kalau nggak datang..”, ujar saya.


Sambil menunggu bapaknya untuk pergi mandi, saya nyambi ngracik-ngracik bumbu dan sayuran untuk besok pagi acara makan bersama di kali. Tiap keluarga kena jatah menyediakan nasi dan lauk pauknya 2 besek. Rencananya, besek-besek ini dikumpulkan untuk kemudian dimakan bersama-sama di kali dan satu lagi untuk dibawa pulang. Seperti kado silang gitulah, saling tuker-tukeran besek. Asyik, sro..


Dari siang hari saya sudah wara-wiri ke warung beli segala macam untuk keperluan memasak. Ada 4 menu yang akan saya masak yaitu oseng-oseng tempe + kacang panjang, mie goreng, ayam goreng dan telur rebus. Karena ini pengalaman pertama saya memasak 4 menu sekaligus tanpa dibantu siapa pun, maka saya harus bisa mengatur waktu supaya masakan bisa matang tepat pada waktunya. Saya cicil dulu untuk membumbui ayam sambil direbus, besok tinggal goreng, sreng..Tempe dipotong-potong digoreng dulu. Nanti sepulang lek-lekan baru dimasak. Bumbu seperti bawang merah, bawang putih sudah dikupas dulu supaya tidak kesusu nantinya. Beres..sekarang berangkat lek-lekan dulu..


Sampai lokasi, kami disambut pagar betis..eh..para among tamu yang berdiri disepanjang jalan masuk untuk memberi salam. Suara lagu mengalun dari sound system. Salah satunya lagu Betharia Sonata yang begini syairnya..” pulangkan sajaa...aku pada ibuku..atau ayahku..”. Duh..kok lagunya sedih ya..hiks..jadi inget jadul waktu masih duduk di bangku SMA, lagu ini familiar banget di telinga.


Di sekeliling kali, terhampar tikar untuk duduk lesehan, suasana terang benderang oleh lampu yang dipasang di terpal. Seperti pesta kebun, bo..disekitar kali banyak pohon-pohon beringin besar yang dibawahnya muncul mata air itu. Konon menurut cerita, air kali yang sebenarnya mirip sendang ini tidak pernah kehabisan air. Saat musim kemarau panjang, saat sumur-sumur penduduk asat, kali ini tetap ada airnya sehingga penduduk seringkali mengambil air dari sini untuk keperluan sehari-hari. Tak jarang anak-anak kecil juga mandi di kali ini.


Kali ini berada tepat di bawah pohon beringin besar yang umurnya sudah puluhan tahun. Mungkin air ini berasal dari mata air bawah tanah yang secara tidak langsung keluar melalui akar-akar pohon ini. Sehingga dipercaya, air ini bisa mendatangkan rejeki dan kemakmuran penduduk sekitar sehingga perlu dibersihkan paling tidak setahun sekali.


Nah, di malam ini berkumpul penduduk yang terdiri dari 3 dudun yaitu Sudimoro, Mengger dan Kelor. Sebagai tuan rumah adalah dudun Sudimoro, 2 dusun lainnya sebagai tamu undangan. Disekitar tikar yang digelar, ada tempat yang lebih atas semacam pendopo, ditempatkan banyak alat-alat musik gamelan. Ada gong, kendang, dan klonengan. Yang nggamel adalah penduduk sendiri. Lagunya uyon-uyon atau uro-uro, musik kesenian tradisional khas Jawa Tengah. Musik ini biasanya disukai orang tua yang sudah sepuh, tapi jujur saat mendengar secara langsung, saya bisa menikmatinya. Atau karena saya sudah jadi orang tua jadi selera musik ikut berubah ya..? Hehe..


Tampak beberapa orang berbincang-bincang, dan beberapa gerombolan bapak-bapak membunuh waktu dengan bermain kartu diiring musik gamelan. Ada 2 kubu bapak-bapak yang bermain kartu, ibu-ibu hanya menjadi pengamat bapak-bapak yang bermain kartu sembari mengawasi anak-anak yang membentuk klub bermain sendiri diseling rumpian yang tak jarang mengundang tawa. Indahnya kebersamaan. Semuanya berbaur dalam keceriaan tanpa terkotak-kotakkan oleh suku, ras, agama ataupun status sosial. Ada pengusaha, petani, buruh bangunan, tukang batu, tukang kayu, pak polisi, ustadz, bahkan hadir pula rohaniawan katolik yaitu Pastor di paroki Kelor.


Malam semakin hangat saat minuman teh nasgitel ( panas, legi, kenthel = panas, manis, kental ) muncul bersama snack ringan pisang goreng, makroni goreng dan kue. Ngobrol seru sambil ngemil..nyam..nyam..Saya bayangkan, saat ini seperti berada di kafe terbuka dengan hiburan musik tradisional. Wuah..menyenangkan, gratis pula hihi..


Andro tampak senang berbaur dengan teman-teman kecilnya. Tingkah polahnya nggak bisa diam barang sedetik pun. Lari kesana kemari dengan penuh keceriaan. Bisa diam duduk setelah saya suruh minum teh dan makan snack dulu.


Ma, nanti ada makan malam ya?,” Andro bertanya.


Nggak tahu ya..jangan keras-keras nanyanya..”


Ada kok, tadi Andro lihat piringnya..”


Ya ampun, malulah saya, saat ibu-ibu di samping saya ikutan senyum mendengar celetukan Andro.


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Andro nggak mau diajak pulang. Matanya asyik mengamati gong yang besar. Sesekali tangannya memegang mikrofon di depan yang untungnya tidak dinyalakan. Kalau nyala, bisa gawat..Andro bisa bikin konser nyanyi sendiri. Akhirnya saya dan suami berinisiatif mengajak Andro pulang karena jam tidur sudah telat meski acara belum selesai.. Setelah dibujuk-bujuk karena besok pagi kesini lagi jam tujuh, Andro mau pulang. Tepat saat makan malam disuguhkan dengan piring secara estafet. Untung Andro tidak melihat, karena kami sudah berjalan menuju parkiran, sehingga acara pulang tidak tertunda.



Selasa, 31 Mei 2011


Alarm dari handphone berbunyi nyaring tepat pukul 03.30 pagi. Wuah..masih ngantuk, tapi saya ingat harus memasak untuk acara pagi ini. Semalam saya sudah nyicil masak oseng-oseng tempe sepulang dari lek-lekan. Saya masih berdiam belum beranjak dari kasur saat alarm berbunyi lagi. Suami ikut nglilir sebentar terusik oleh bunyi alarm dan cukup terganggu sehingga bunyi alarm harus dimatikan. Akhirnya dengan mata yang masih setengah terpejam, saya bangun, mematikan alarm dan beranjak ke dapur.


Jam empat pagi saya mulai memasak nasi, mie goreng dan menggoreng ayam. Jam setengah enam, masakan sudah siap semua dan mulai saya tempatkan di besek yang diberi alas daun pisang yang saya minta dari pohon pisang punya tetangga di depan rumah. Beres..selanjutnya mandi dan membangunkan Andro serta suami tersayang.


Jam tujuh kami berangkat ke kali membawa dua besek berkat makanan hasil memasak sendiri. Bangga lho, apalagi rasanya cukup lezat ( memuji sendiri huehehe..). Sampai di kali, sudah banyak orang berkumpul dengan peralatan bersih-bersih di tangan. Ada yang bawa gathul, sapu, arit dan lain sebagainya. Besek-besek di kumpulkan di pendopo. Semuanya larut dalam kegiatan kerja bakti bersama-sama.


Ada yang menarik saat saya melihat beberapa orang yang turun di kedalaman kali yang bisa dibilang hampir mirip sendang setengah sumur ini. Seorang bapak pemberani sampai menyelam untuk mengambil kotoran di dalam kali. Saat muncul, di tangannya banyak dedaunan dan sampah-sampah yang mengotori kali. Berkali-kali dilakukannya tanpa mempedulikan betapa kotor air kali itu dan matanya memerah. Luar biasa totalitasnya dalam bekerja. Saya kagum, lho..


Selesai bersih-bersih, sampailah pada acara puncak yaitu kembul dhahar setelah mendengarkan beberapa sambutan dari Ibu Lurah dan yang terkait, setelah sebelumnya berdoa bersama memohon kesuburan, kemakmuran, keselamatan, kemudahan rejeki dan kerukunan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Kemudian besek-besek dibagi, lalu dimakan bersama-sama sebagian ada yang dibawa pulang. Setelah kenyang, pulang bersama dengan sejuta rasa.


Itulah, sebagian cerita yang mungkin bisa memberi manfaat bagi kita semua. Inti dari event ini adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kerukunan dan pastinya untuk kebersamaan. Nilai-nilai yang mulai jarang ditemui di kota-kota besar..



Thursday, April 14, 2011

Anugerah Terindah Yang Kita Miliki


Hidup ini indah. Ya, sangat indah karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatu yang kita inginkan tanpa memungut bayaran alias gratis. Nggak percaya ? Coba kita cek segala anugerah dari-Nya yang kadang tidak kita sadari bahkan seringkali malah menyia-nyiakannya.

Udara yang kita hirup tiap hari : Gratis

Coba hitung, berapa kali kita menghirup udara untuk bernafas setiap hari. Tak terhitung. Bayangkan, saat kita sakit dan harus membeli tabung oksigen untuk membantu pernafasan kita. Mahal ? Jelas.. Tuhan sudah menyediakan udara segar berlimpah di alam, tapi kita malah mencemarinya dengan polusi. Sadis ya kita..

Melihat dengan mata : Gratis

Betapa indahnya kita bisa melihat orang-orang yang kita cintai, melakukan aktivitas yang sangat terbantu dengan penglihatan. Beruntung Tuhan tidak mentakdirkan kita sebagai orang yang tuna netra atau cacat mata. Berapa rupiah yang harus kita keluarkan jika mata kita cacat ? Sudah semestinya jika kita menjaga mata ini untuk melihat hal yang baik-baik saja bukan untuk hal-hal yang tidak senonoh..Dan tidak sepantasnya jika kita menghina orang yang buta. Setiap detik Tuhan bisa membalikkan kenyataan kita yang menjadi si buta itu..

Berjalan dengan kaki : Gratis

Pernahkah kita membayangkan sebagai orang yang tak berkaki, yang harus dibantu dengan kruk atau kaki palsu untuk berjalan ? Yang selalu bermimpi untuk bisa berjalan dan berlari dengan mudahnya ? Bagaimana rasanya ? Tentu sangat menyedihkan, dan kuatkah kita saat menerima hinaan sebagai yang cacat ? Bersyukur, Tuhan mentakdirkan kaki kita utuh, normal dan sehat. Lalu kenapa kaki kita digunakan untuk menendang orang lain saat kita marah ? Sepertinya Tuhan tidak menciptakan kaki kita untuk menyakiti sesama manusia ataupun makhluk lain ciptaan-Nya.

Bicara dengan mulut : Gratis

Banyak yang tidak seberuntung kita. Tuna wicara, sulit untuk berkata-kata. Harus dibantu dengan bahasa isyarat untuk sekedar membahasakan kata : makan, mama, mandi dan bahasa sederhana lainnya. Perlu perjuangan dan proses berlatih yang lama untuk sekedar bisa didengarkan. Dan diperlukan kesabaran bagi yang melatihnya. Lalu kenapa, mulut yang mudah kita gunakan berkata-kata seringkali menimbulkan sakit hati bagi yang mendengarnya ? Bahkan tak segan mulut ini seringkali digunakan untuk mencaci maki, menggosip, bahkan memfitnah orang lain. Mulutmu, harimaumu..

Mendengar dengan Telinga : Gratis

Kita bisa mendengar, mengetahui segala info terkini dari pendengaran kita. Dibantu dengan teknologi, semakin lengkaplah pemenuhan kebutuhan kita akan hiburan. Telepon genggam misalnya. Seringkali kita terlupa, asyik menggunakan telepon genggam di jalan raya saat kita berkendara..Tanpa sadar kita telah membahayakan diri kita dan orang lain.

Penggunaan alat vital : Gratis

Tuhan menciptakan alat vital untuk sistem reproduksi dan kebutuhan biologis manusia. Betapa bahagianya ketika Tuhan mempercayakan seorang anak dari alat reproduksi kita. Lalu, segala kenikmatan dari hubungan seksual itu, berapa harus kita bayar jika Tuhan memasang tarif per jam misalnya ? Waduh..pasti kita tak akan sanggup untuk membayarnya. Sudah semestinya jika kita menjaganya baik-baik, tidak tergoda dalam perzinahan ataupun pemerkosaan yang biadab. Murni kita persembahkan hanya untuk pasangan sah kita, bukan untuk dikomersilkan. Harusnya..

Berpikir dengan otak : Gratis

Manusia dikaruniai Tuhan otak yang istimewa dibandingkan makhluk ciptaan lainnya. Sudah semestinya jika kita lebih mampu menemukan inovasi-inovasi untuk kebaikan sesama. Pada kenyataannya, kepandaian sering disalah gunakan untuk membodohi orang lain dan menciptakan sesuatu yang bisa merusak. Seperti alat-alat perang, nuklir, bom, rudal, senjata biologis dan lain sebagainya. Apa itu tujuan Tuhan menciptakan otak kita untuk merusak bahkan memusnahkan sesama makhluk ciptaan Tuhan ? Bahkan tak jarang pula kita menantang Tuhan dengan segala teknologi mutakhir yang bisa diciptakan manusia. Kita merasa paling pandai melebihi Tuhan..

Itulah sebagian anugerah dari Tuhan. Adakah anugerah-anugerah yang lain ? Pastinya banyak sekali jika kita mampu bersyukur akan segala karunia Tuhan. Dari hal-hal yang sederhana sekalipun, jika kita peka, terkandung hikmat yang luar biasa dari karya Tuhan. Sudah sepatutnya jika kita menjaga dan mensyukuri segalanya. Amin.


Gambar diambil dari sini

Wednesday, February 16, 2011

Goodbye Minder...

Gambar dipinjam dari sini



Minder atau rendah diri pernah menjadi sisi kelam saya di masa lalu. Begitu kuatnya sifat jelek itu melekat dalam diri saya sampai-sampai saya kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Saya selalu merasa jelek, miskin, tidak pantas dan segala pikiran yang men-judge seolah-olah saya ini manusia yang tidak berguna. Dan parahnya, saya merasa orang lain punya pikiran yang sama tentang saya.


Rasa malu yang berlebihan saat bertemu orang lain, kagok saat bicara dan speechless saat berhadapan dengan orang lain menjadi gejala umum saat minder mendera saya. Saya merasa lebih aman meringkuk sendirian di dalam kamar saat banyak tamu di rumah saya sekalipun itu saudara sendiri. Tak peduli berapa lama saya harus mendekam sampai harus menahan pipis dan lapar daripada harus menampakkan batang hidung saya di depan orang-orang yang belum saya kenal dengan baik.


Saking malunya saya untuk menampakkan diri di hadapan tamu, salah seorang saudara jauh saya pernah mengatai bahwa saya tidak punya muka. Salah satu ungkapan protes atas terlalu-nya minder saya yang dengan pasrah harus saya telan mentah-mentah.


Saya tidak tahu persis kenapa saya bisa menderita sifat yang aneh bin ajaib ini. Setahu saya, bapak dan ibu saya termasuk orang yang suka humor dan banyak bicara. Kakak-kakak saya juga tidak ada yang minder.


Saya selalu mengalami kesulitan saat harus beradaptasi di lingkungan baru yang mengharuskan saya untuk bisa berbasa-basi dan ramah. Saya selalu ketakutan saat harus memulai suatu pembicaraan. Saya selalu merasa bahwa apa yang saya lakukan selalu salah dan tidak berguna. Saya selalu takut untuk diabaikan dan direndahkan.


Lambat laun, saya merasa tidak nyaman dengan sifat minder ini, dan ingin keluar dari belenggunya yang menyiksa. Langkah awal yang saya lakukan adalah membuka diri, bergaul dengan orang yang mau menerima saya apa adanya.


Bukannya pilih-pilih teman, terus terang saya sangat sulit untuk berteman dengan orang yang tidak mau menerima diri saya seutuhnya. Apalagi jika orang itu mudah meremehkan orang lain dan suka menghina, sempurna membuat mental saya down. Karena itu, saya akrab dengan beberapa orang yang membuat saya nyaman berteman.


Dalam kenyamanan berteman, ada beberapa hal yang bisa saya petik manfaatnya. Teman yang baik, pasti memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi kita. Apalagi jika dia orang yang optimis, gigih dan suka memotivasi orang. Membuat kepercayaaan diri saya mulai meningkat sedikit demi sedikit. Setelah itu, saya mulai menggali beberapa potensi yang ada dalam diri saya.


Awalnya, saya ragu untuk memulai, tapi berkat dorongan dari teman, saya mulai menemukan bakat-bakat saya. Dan secara perlahan, saya mulai menjadi pribadi yang cukup kuat atas kemampuan yang saya miliki.


Saya mulai bisa menerima diri sendiri, mulai mengenal diri secara baik dan yang pasti, sangat menghargai diri sendiri. Logikanya, kalau bukan diri saya sendiri yang menghargai dan menghormati, bagaimana mungkin orang lain akan berbuat serupa ? Dan saya sangat bersyukur, dengan sedikit perubahan, ternyata mengubah hidup saya menjadi 180 derajat berbeda dari yang lalu.


Rasa malu mulai memudar dalam diri saya mulai terganti dengan percaya diri. Yang tadinya malu untuk memulai senyum, menebar senyum terlebih dahulu kepada orang lain. Yang tadinya takut untuk memulai percakapan, berinisiatif lebih dulu.


Dan ajaib..semua orang menjadi begitu menyenangkan di mata saya. Segala peluang terbuka didepan mata. Segala informasi yang tadinya saya tidak tahu, begitu mudah saya dapatkan dengan sebuah senyum. Tak peduli senyum untuk orang yang belum kenal sekalipun. Hidup saya terasa semakin dimudahkan. Semakin banyak orang yang saya kenal baik, semakin banyak pula orang yang mengenal saya.


Bisa ditebak bukan, segala keuntungan yang diraih dengan menghilangkan sifat minder menjadi percaya diri ? Kepercayaan orang lain kepada kita lebih mudah kita dapatkan. Dan itu aset, karena tidak mudah membuat orang mempercayai kita begitu saja. Semuanya harus diupayakan.


Dan kalau bukan niat dari diri sendiri untuk berubah, siapa lagi yang mampu untuk melakukan perubahan itu ? Bukankah diri kita sendiri yang seharusnya mengenal apa kebutuhan kita, apa pula keinginan kita bukan orang lain ? Karena it, berdamai dengan diri sendiri sepertinya harus selalu kita pertahankan. Dan yang lebih penting, ikutii suara hati karena tidak pernah berbohong.

Friday, February 4, 2011

Hidup Ini Milik Tuhan

Kematian. Beberapa waktu ini aku banyak melewatkan waktu untuk melayat. Dari saudara, tetangga dan orang-orang yang cukup aku kenal ternyata telah dipanggil Tuhan tanpa pernah bisa diperkirakan oleh pikiran manusia.

Ya, baru kemarin aku masih berbincang dengan mereka, dari seputar obrolan ringan sampai yang cukup serius. Baru kemarin pula berita yang cukup mengejutkan aku terima akan kepergian mereka. Tak percaya secepat itu mereka pergi, tapi Tuhan punya kehendak atas kuasa-Nya.

Kematian selalu menjadi misteri bagiku. Misteri yang tak akan mampu dipecahkan dengan akal budi manusia yang terbatas. Seringkali aku pusing sendiri jika memikirkan kehidupan setelah mati. Apakah nantinya aku bisa masuk surga ataukah neraka jahanam yang akan menerimaku dengan tangan terbuka. Ah..rasa-rasanya begitu banyak dosa yang telah aku perbuat, yang membuatku ragu-ragu mampukah aku masuk surga ?

Aku tak pernah tahu, sebelum aku lahir..aku ada dimana, demikian pula pertanyaanku selanjutnya apakah aku nanti setelah mati akan berada dalam kondisi sebelum aku lahir ? Tapi dimana, gelap rasanya tak ada jawaban yang pasti.

Semakin aku bingung, semakin aku menyadari bahwa aku begitu kecil dihadapan-Nya. Aku hanya makhluk ciptaannya yang sewaktu-waktu bisa dipanggil-Nya. Tak ada yang mampu menawar, menolak ataupun memprediksi kapan waktu itu akan tiba. Hidup dan matiku hanya milik Tuhan.

Tak ada yang mempu melampaui kuasa-Nya. Bahkan menghendaki untuk menyudahi kehidupan sebelum Dia menjemput-Nya. Melawan takdir. Melangkahi kodratnya. Hidup dan mati telah Dia gariskan. Bersiap-siaplah kita menanti giliran.
NB : Rest in Peace Adjie Masaid yang telah dipanggil Tuhan hari ini, Sabtu, 05 Februari 2011

Friday, October 22, 2010

Enyahlah Khawatir !

Gambar diambil dari sini


Apakah rasa khawatir itu masih perlu ? Untuk apa ? Jika menjalar pada kecemasan yang tak berujung. Menggerogoti ketenangan dan kedamaian secara pelan tapi pasti. Membuat sorak atas ketidakberdayaanku. Mengusir jauh-jauh rasa optimis yang selama ini menemani. Mendepak pikiran positif yang selama ini bersemayam.

Aku heran, darimana datangnya si khawatir itu ? Tiba-tiba saja membawa sejuta pikiran negatif, membuat gelisah tiada tentu. Gundah gulana melengkapi si resah itu. Ah..kenapa datangnya begitu beruntun ? Seolah sudah saling berjanji untuk tumplek blek disini.

Hey..itu si bingung ngapain juga disini ? Mengantarkan si linglung pula, alamak..Aih-aih..si pikun akut jadi ikut-ikutan menjangkit. Kata jangan-jangan selalu bergema laksana alunan musik yang bernada sumbang. Takut ini itu menjadi the great barrier saat ingin melangkah.

Kacau…!!! Tak kutahu kemana rimbanya si waspada, yang selalu mudah mengambil keputusan. Yang terbiasa menyelesaikan masalah tanpa masalah ala pegadaian. Lalu si tegar yang terbiasa berdiri kokoh laksana karang sebesar apapun ombak menerjang seolah lari terbirit-birit saat khawatir menjajah relung-relung kalbu.

Ah, gara-gara khawatir !! Enyahlah !!

Wednesday, September 15, 2010

Bersahabat Dengan Ketidakpastian


Tidak mudah meninggalkan zona nyaman untuk bersahabat dengan ketidakpastian. Hm..ya, tentu saja tidak mudah. Segala keraguan, kecemasan, kekhawatiran bahkan ketakutan menjadi penghalang terbesar untuk mengambil sebuah keputusan. Sejuta bagaimana dan apakah saling berbenturan menggoyahkan iman. Apa bisa ? Sanggupkah ? Bagaimana ?

Sudah pasti, semua orang punya keinginan untuk hidup senang bila dibandingkan harus bersusah-susah. Siapa sih yang tidak mau hidup senang ? Tapi jangan lupa, tidak semua orang terlahir dalam keadaan senang. Kita tidak bisa memilih siapa orang tua yang akan melahirkan kita. Kita hanya bisa pasrah saat Tuhan berkehendak kita dilahirkan dari rahim seorang gelandangan misalnya. Menjadi tujuan kita selanjutnya, apakah kita cukup nyaman menjadi penerus tahta gelandangan atau lebih memilih untuk mengubah nasib menjadi insan yang lebih terhormat dari sekedar gelandangan saja. Dan ini tidak mudah. Tentu saja, akan banyak sekali kendala untuk menghadapinya. Dari cibiran banyak orang, sejuta cerita tentang kegagalan, segala komentar pedas yang memekakkan telinga..ah..tinggal kita mau memilih yang mana. Sebenarnya, segala pilihan ada di tangan kita.

Lalu, bagaimana ceritanya jika kita yang sudah nyaman sebagai seorang karyawan tetap, yang sudah pasti berapa penghasilannya tiap bulan, yang sudah bisa memprediksikan bulan depan mau beli apa, mau nabung berapa, mau jalan-jalan kemana..tiba-tiba merasakan kebosanan dari segala rutinitas dan menginginkan sesuatu yang “lebih” dalam hidupnya kemudian memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan nekad menjadi seorang entreupeneur ?

Ini jelas tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan keberanian yang super dan pola pikir yang out of box. Hey..hidup ini sangat indah, bukan ? Sayang jika hanya berpikir di dalam kotak saja. Ada banyak pemandangan baru di luar kotak yang belum kita ketahui. Ada banyak hal yang akan membuka hati dan pikiran kita, dan tentu saja lebih banyak resiko yang akan kita temui dimana-mana.

Sekali lagi, kita punya banyak pilihan. Tidak salah jika kita sudah puas dengan hidup nyaman kita, yang tak perlu neko-neko, yang tidak perlu pusing dengan banyak masalah dan banyak resiko. Aman dan nyaman. Mau apa bersusah-susah jika hidup bisa dibuat gampang, ya toh ? Yang pasti-pasti aja deh..gitu aja kok repot..

Memang, siapa sih yang mau hidup dalam ketidakpastian ? Yang dengan sadar dan rela mau melepas zona nyamannya untuk bersahabat dengan ketidakpastian. Nggak umum banget sih ! Kurang kerjaan aja..

Tapi tahukah Anda, jika kesuksesan itu hanya milik orang yang berani dan mau berpikir tidak umum dari kebanyakan ? Yang berani mengalahkan ketakutan dan kekhawatirannya sendiri ?

Tidak bisa dipungkiri, jika setiap orang punya definisi sukses masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Limpahan materi tidak menjamin kesuksesan jika rumah tangganya berantakan. Seorang pemulung pun bisa dianggap sukses jika dia benar-benar mencintai pekerjaannya, konsisten dan benar-benar mendapatkan kepuasan batin dan kebahagiaan dari pekerjaan yang digelutinya. Kesuksesan lebih kepada penghayatan jiwa. Tidak melulu dipandang dari betapa megah rumahnya, berapa banyak mobilnya, berapa butir berliannya, berapa milyar uangnya dan apa-apa yang bisa dipandang dari sudut pandang duniawi dan manusiawi belaka.

Kesuksesan yang utama adalah terjadinya sinergi dan harmoni dari segala aspek. Seorang pengusaha semestinya tidak hanya mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri semata. Diharapkan dia mampu menjaga keseimbangan antara berbagi dengan sesamanya, berhubungan baik dengan Tuhannya, menjalin relasi yang luas, menjaga keharmonisan keluarganya, dan ini yang jelas tidak gampang !

Demikian pula halnya saat saya dan suami sudah bertekad bulat resign kerja bareng-bareng dari pekerjaan tetap kami masing-masing. Pada awalnya, tidak mudah untuk mencari kata sepakat bersama. Tidak mudah pula ketika banyak pertentangan dan suara-suara yang menghalangi segala niat kami. Yang jelas, kami berdua punya tujuan dan cita-cita yang sama : buka usaha. Maka ketika ada kesempatan, segera kami ambil kesempatan itu tanpa berlama-lama lagi untuk berpikir dan mempertimbangkannya.

Mumpung kami masih sama-sama muda ( usia produktif ), sehat sehingga mampu berpikir dan mampu untuk selalu belajar hal-hal yang baru. Mumpung anak masih satu dan masih kecil, yang selalu menjadi spirit kami untuk maju dan berkembang.

Kami memulai dari apa yang kita punya. Tidak terlalu muluk-muluk, sederhana saja rencananya. Tidak perlu menunggu punya modal ratusan juta rupiah dulu. Tidak ! Berapa tabungan yang kami punya, itulah uang muka untuk memulai usaha. Perkara nanti bagaimana, kita pikirkan sambil jalan.

Yang kami tahu, saya dan suami akan melakukan perjalanan menuju ke depan yang sangat panjang dan tentunya akan sangat melelahkan. Di depan sana, akan banyak sekali kemungkinan yang akan kami lalui. Saat ini kami hanya mampu menduga-duga, tapi jika kami tidak segera jalan, segala dugaan itu tidak akan pernah bisa kami buktikan.

Kami tahu, kami akan melewati jalan yang lurus, berbelok, berkerikil, berbatu, mendaki, berlubang bahkan gelap sekalipun. Akan kami temui banyak pemandangan, sungai, danau, laut, gunung bahkan jurang. Untuk itu, kami siapkan peta, kompas, senter, perbekalan makanan, dan segala apa yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup.

Di luar sana, kami juga akan menemui banyak karakter manusia yang berbeda. Ada yang baik laksana malaikat bahkan ada pula yang bengis bagaikan perampok bahkan perampok sungguhan. Jadi, kami harus mampu melewati itu semua. Segala kemungkinan itu ada, dari yang manis bahkan pahit sekalipun. Kalau dari awal kami sudah berpikir yang buruk-buruk saja, seolah-olah yakin bahwa yang akan kami temui adalah perampok semua, tentu kami tidak akan pernah memulai perjalanan itu. Sudah takut duluan sih ! Jadi kesimpulannya, kami akan melewati jalan itu apapun resikonya dan berlagak tidak tahu siapa yang akan kami temui nanti.

Bagaimana kalau nanti gagal ? Jawabannya, sudah pasti kami akan merasakan kegagalan, penolakan dan melakukan banyak kesalahan. Tapi menjadi point penting bagi kami, hidup adalah perjuangan yang menguji seberapa kegigihan kami dalam menghadapi kegagalan demi kegagalan dan berusaha untuk bangkit lagi. Dengan berbuat salah, kami diberi kesempatan untuk tahu mana yang benar dan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan merasakan kegagalan, kami banyak belajar dan senantiasa mengukur diri, mengevaluasi apa-apa yang perlu dibenahi. Dengan ditolak, kami terpacu untuk mencari cara bagaimana bisa diterima.

Gagal dan berhasil adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Gagal bukanlah akhir dari segalanya, hanya belum waktunya untuk berhasil saja. Sebenarnya, ini hanyalah masalah waktu. Ya, waktu yang dinamakan proses. Bagaimana proses itu yang akan membentuk seberapa ketangguhan kita, seberapa mampu kita mengubah halangan menjadi tantangan, dan seberapa kuat kita melawan dari setiap ketidakpastian.

Dalam ketidakpastian selalu ada harapan

Dalam ketidakpastian selalu ada kreativitas untuk dikembangkan

Dalam ketidakpastian, adrenalin kita dipacu untuk menghasilkan sensasi-sensasi yang menegangkan sekaligus memberikan kepuasan

Dalam ketidakpastian, kita senantiasa berpikir untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang mendera

Dalam ketidakpastian, kita dipaksa untuk bekerja keras dan tidak ada toleransi untuk bermalas-malasan

Segala kepastian penghasilan saat menjadi karyawan dulu, tidak kami temui lagi setelah buka usaha sendiri. Ya, hari ini selalu berbeda dengan kemarin ataupun esok. Hari ini kami bisa tertawa saat toko banyak pembeli dan mendapatkan untung yang banyak, tapi besok bisa gigit jari saat tidak ada satu orang pun yang masuk ke toko kami apalagi membeli. Hal inilah yang mendorong kami untuk selalu mensyukuri dan sangat menghargai waktu.

Setiap hari adalah pengharapan. Setiap hari adalah anugerah yang tidak patut untuk disia-siakan. Membuat kami sadar untuk membuat perencanaan keuangan yang tepat. Apa yang kami dapatkan hari ini tidak untuk dihabiskan hari ini saja, selalu ada hari esok yang belum bisa kami prediksi bagaimana.

Menjadi tantangan kami untuk mengubah ketidakpastian itu menjadi sesuatu yang pasti yang bisa kami andalkan untuk masa depan. Menjadi tugas kami untuk membuat target maksimal pelanggan di toko kami setiap hari dengan mengupayakan pelayanan terbaik kami demi kepuasan pelanggan. Dan tentunya, membuat zona yang lebih nyaman dari yang sudah-sudah.

Saat ini, pandangan kami berubah tentang pengusaha sukses. Kesuksesan yang menjadi hasil akhir seringkali menyilaukan kami tanpa pernah tahu bagaimana proses itu bisa terjadi. Ya, dengan merasakan sendiri, kami jadi tahu, hanya dengan berdoa dan kerja keraslah apa yang kita impikan bisa menjadi nyata. Tak ada istilah instant, yang maunya kaya dalam sekejap. Tentunya sebanding jika mau berhasil ya bekerja keraslah !

Dan perlu diingat, tujuan awal untuk buka usaha bukan untuk mengejar materi semata, karena kita akan kecewa jika tidak berhasil menjumpainya. Tapi cintailah proses, bersahabat dengan ketidakpastian, dan punya harapan bahwa apa yang kita upayakan bisa berguna untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Uang ataupun kompensasi yang lain akan muncul dengan sendirinya tanpa pernah kita duga jika ketulusan, kejujuran menjadi landasan dalam berkarya.

Dan satu lagi, dengan menyadari kodrat kita sebagai makhluk sosial yang harus selalu siap untuk berbagi dan menolong tentunya menjadi nilai lebih untuk semuanya. Semoga kita semua bisa menjadi seperti itu. Karena saya juga masih belajar dan berjuang untuk bisa mencapai suatu keseimbangan. Merdeka !!..

Friday, August 6, 2010

Malaikat Itu Bernama Sumi


Nining risau, hari ini hari jumat, hari senam bersama di sekolah. Senam Kesegaran Jasmani dengan alunan musik SKJ ’88 yang sangat familiar itu. Musik yang enak didengar dan membuat semangat untuk bersenam ria. Nining mengamati sepatu ketsnya yang sudah usang, yang menganga karena solnya rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Nining baru menyadari tadi saat berjalan kaki menuju sekolahnya. Sebenarnya, gejala solnya akan rusak ini sudah cukup lama, tapi Nining mengabaikan dan selalu berhati-hati saat berjalan supaya tidak terlalu cepat sepatunya rusak. Ternyata, saat itu tiba hari ini, sepatunya rusak sebelah kiri dan ada kemungkinan sepatu sebelah kanan akan menyusul rusak dengan gejala yang sama.

Nining masih bimbang akankah ikut SKJ dengan kondisi sepatu rusak begini atau lebih memilih tidak ikut sama sekali. Tapi ketakutan akan dimarahi bapak atau ibu guru membuatnya gelisah harus berbuat apa.

“Ayo, Ning..SKJ dimulai sebentar lagi tuh, wis do kumpul kabeh..,” terdengar suara Sumi, teman sebangku Nining. Tinggal mereka berdua yang ada di dalam kelas ini, semua murid-murid sudah keluar dan berbaris siap untuk mengikuti senam.

“Tapi, Sumi..aku..,” Nining bingung untuk mengatakan kondisi yang sebenarnya kepada Sumi. Sumi menatap Nining lekat-lekat. Dipandangnya Nining dari atas kepala hingga ke bawah kaki. Dan, Sumi menemukan jawabannya.

“Oalah..sepatumu rusak to..sini aku pinjamin sepatuku, pakai saja..aku wis biasa nyeker, tur rumahku kan dekat sedangkan kamu masih harus berjalan kaki pulang yang sangat jauh jaraknya..,” Sumi segera melepas sepatu berikut kaos kakinya. Setahu Nining, sepatu Sumi ini masih baru walau bukan sepatu mahal, kemarin Sumi baru mengenakannya. Refleks Nining menggeleng.

“Tidak usah, Sumi..aku tidak ikut senam saja..,” Nining menolak sepatu Sumi.

“Ora popo, Ning..kamu bisa ikut SKJ pakai sepatu ini, aku sudah terbiasa nyeker kok..ayuk..musiknya sudah mulai tuh..cepat pakai sepatunya…,” Sumi segera berlari keluar kelas tanpa alas kaki meninggalkan Nining yang terbengong dan langsung ikut senam.

Nining geleng-geleng kepala dan segera memakai sepatu pinjaman dari Sumi. Rasa tidak enak menjalar ke tubuhnya. Bagaimana mungkin Sumi begitu baik hati meminjamkan sepatunya sedangkan dia sendiri rela tidak beralas kaki ? Ah..seharusnya aku tadi tidak usah malu nyeker dan tidak merepotkan Sumi seperti ini, rutuk Nining pada dirinya sendiri.

Nining segera menempatkan diri ke sebelah Sumi yang sudah melambaikan tangannya memberi tempat untuk Nining. Sumi tertawa-tawa dan tidak mempedulikan tatapan teman-teman yang lain melihatnya tanpa alas kaki. Sumi tetap semangat mengikuti gerakan senam tanpa sepatu sebagai alasnya. Sumi malah tampak menikmati kebebasan kakinya yang nyeker.

Nining merasa kagum melihat sikap Sumi yang tampil berani, tidak seperti dirinya yang mudah malu, minder dan peragu itu. Nining ingin seperti Sumi yang tidak terlalu memperdulikan apa yang menjadi pikiran orang-orang tentangnya. Selama dia bisa menikmatinya dan bahagia, Sumi akan melakukannya tanpa berpikir panjang sekalipun dia harus mengorbankan dirinya sendiri seperti yang dilakukannya terhadap Nining kali ini. Sebuah kebaikan yang tulus tak bersyarat. Nining bertekad akan membalas kebaikan Sumi suatu hari nanti. Entah bagaimana caranya…
Gambar dipinjam dari sini

Sunday, July 4, 2010

Hobby Masa Kecil


Masa kecil adalah masa yang paling indah bagi saya. Masa dimana kebebasan menjadi irama hidup saya. Bersama teman-teman, saya bebas berlarian di pematang sawah, bebas mencari keong tutup di sawah, bebas ikut kakak laki-laki saya bermain layangan atau kelereng, bebas ikut memancing di kali, bebas bermain petak umpet, bebas bermain jamuran, bermain congklak, bermain yeye, bermain bola bekel, bermain bola kasti..wuah..banyak sekali kebebasan yang saya miliki.

Desa dimana saya tinggal dulu begitu ramah menyambut kami yang masih kanak-kanak. Kebersamaan begitu kental terasa. Tak ada si kaya atau si miskin, tak ada si cantik atau si jelek, semuanya lebur dalam permainan tradisional untuk meraih kebahagiaan bersama.

Mungkin hanya duduk-duduk bersama di teras saat bulan purnama, atau berlarian bersama saat hujan mengguyur dengan deras, atau berenang bersama di sungai, bahkan saling bekerja sama mencuri batang tebu saat mandor tidak ada..( kalau yang ini termasuk bentuk kejahatan bersama..jangan ditiru ! )

Semua mengalir begitu saja tanpa beban, yang ada hanya tawa dan canda, yang ada hanya gembira dan ceria. Murah meriah tanpa biaya. Alam menjadi sahabat terindah. Masih ada lapangan nan luas saat ingin sekedar bermain bola, ada pohon yang bisa dipanjat saat ingin bersantai diatas pohon, ada ikan yang bisa dipancing di sungai yang masih jernih, ada dan semuanya masih ada tanpa dipungut bayaran untuk menggunakannya.

Tapi sekarang ?

Kemana lapangan sepak bola itu ? Oh..sudah berubah menjadi perumahan elite sekarang.

Kemana pohon-pohon nan rindang itu ? Oh..sudah banyak yang ditebang dan menjadi ruas-ruas jalan.

Lalu kemana ikan-ikan di sungai itu ? Oh..sudah banyak yang mati karena sungainya sudah menjadi tempat pembuangan limbah dan sampah..

Menyedihkan. Ya..semuanya sangat menyedihkan. Alam begitu mudahnya diperkosa untuk kenikmatan semata. Tak ada lagi lahan untuk sekedar bernostalgia seperti dahulu kala, untuk sekedar mengingat kemakmuran yang pernah ada. Semuanya telah dirampas dan menjadi sia-sia.

Dan, kita tinggal menerima akibatnya. Banjir yang tak pernah kita minta, datang tiba-tiba. Gempa yang tiada pernah kita duga, datang tiba-tiba saat kita terlena, longsor, badai, apalagi ? Bukankah semuanya itu pantas kita terima akibat perlakuan kejam kita pada alam ? Pada bumi yang semakin tua, yang tak sanggup lagi mengatur jadwal musim dan cuaca ?

Bagaimana nasib anak-anak dan cucu kita nanti ? Cukupkah mereka bermain dalam kotak kaca dengan sekedar menekan-nekan tombol saja yang bisa dimainkan sendiri tanpa bersama teman ? Puaskah kita hanya menjejali mereka dengan cerita-cerita masa kecil kita yang indah tanpa pernah mereka bisa merasakannya ? Atau tegakah kita jika mereka yang menjadi korban dari semua bencana yang kita timbulkan ? Ah..betapa kejamnya kita…
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...