Thursday, January 10, 2013

Menulis : Hobby Yang Mengasyikkan


Gambar dipinjam dari sini
Bicara tentang hobby memang selalu menyenangkan. Karena hal itu dikaitkan dengan suatu kebiasaan yang kita sukai dan biasanya hal itu kita lakukan secara kontinyu bahkan seringnya bisa sampai lupa waktu. Untungnya, selama ini saya punya hobby yang  tidak terlalu banyak menyita waktu. Seikhlasnya mawon saya menjalaninya.Yang pasti, hobby terakhir yang sedang saya jalani saat ini adalah menulis.

Yup, menulis kali ini merupakan metamorfosis dari perjalanan saya menulis diary di jaman dulu. Menulis, membuat saya bisa bercerita, mengungkapkan isi hati dan pikiran dan menjadi nilai plus jika tulisan saya bisa bermanfaat kepada yang membaca. Walaupun mungkin, isi tulisan saya tentang sesuatu yang biasa, sederhana atau tidak penting sama sekali, namun siapa tahu berguna bagi yang membutuhkan.

Menulis menjadi semacam kebiasaan untuk bercerita. Jujur saja, dalam bahasa lisan, mungkin saya bukan tipe yang mudah mengungkapkan isi hati dan pikiran secara gamblang. Namun secara tulisan, saya bebas mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan hati saya. Rasanya lebih bebas, tanpa ada sesuatu yang membatasi. Mau gila sekalian, tidak ada yang melarang.

Lalu, hobby menulis ini belum bisa dibilang sebagai sesuatu yang menghasilkan secara materi. Memang belum saya olah untuk nilai komersil. Selama ini masih lebih kepada nilai untuk berbagi ilmu dan pengetahuan yang sedikit saya punya. Dan belum merujuk pada profesioanlisme, masih amatir apalagi untuk skala internasional, belum..lokal saja masih kembang kempis. Kadang muncul lalu tenggelam begitu saja.

Cita-citanya, tentu saja saya ingin suatu hari ada buku yang saya tulis, yang bisa dibaca oleh banyak orang. Namun, untuk saat ini, saya masih begitu menikmati menjadi penulis suka-suka, yang mengisi kekosongan blog-blog saya. Belum apa-apa, namun saya akan sangat tergugah jika ada yang terinspirasi oleh tulisan saya. Karena saya sendiri, jujur mudah terinspirasi oleh tulisan orang-orang hebat yang sukses.

Jadi, jika Anda pun punya keinginan untuk menekuni hobby menulis, lakukan dan tekunlah dalam bidang ini. Niscaya, suatu saat akan ada hasil yang bisa diraih. Kalau bukan untuk orang lain, minimal bisa membahagiakan diri sendiri. Karena sejatinya, menulis melatih kita untuk berpikir secara relaks. Tak perlu berpikir yang terlalu berat, santai saja sesuai kemampuan kita.

Tuesday, November 13, 2012

Resep Mangut Lele


Gambar dipinjam dari sini 

Yap..waktunya memasak.. Kali ini saya akan berbagi resep untuk masakan mangut lele. Semoga maknyus dueh..capcus..cyiiinnn...

Sediain dulu bahan-bahannya :

Lele 1 kg

Bumbu-bumbu :

  • 6 siung bawang merah       
  • 4 siung bawang putih
  • 6 biji cabe merah
  • 20 butir ketumbar 
  • 1 cm jahe
  • 1 cm kunyit
  • 1 cm kencur
  • 3 siung kemiri
  • 1 lembar daun serai
  • 2 lembar daun jeruk
  • 3 cm lengkuas
  • santan dari 1/2 kelapa
  • 1 sendok gula pasir
  • garam secukupnya

       
Cara memasak :


  • Lele digoreng dulu sampai agak kering, sebelumnya dikasi air cuka dan di bumbui garam, bawang, jahe dan kunyit secukupnya.
  • Bumbu-bumbu ditumbuk halus,  kemudian ditumis dengan minyak goreng secukupnya sampai harum.
  • Masukkan santan cair dulu sedikit demi sedikit, baru terakhir santan kental.
  • Masukkan lele yang sudah digoreng, aduk-aduk kuahnya hingga bumbu meresap dan kuah mengental.
  • Sajikan. Hm..sedap deh..met mencoba..

Thursday, September 27, 2012

Trouble Is My Friend


 Gambar diambil dari sini

Masalah ada ketika ekspektasi dan kenyataan tidak sama. Ketika harapan berbanding terbalik dengan fakta, saat itu kita menganggap ini sebagai masalah. Dalam hal ini, hanya ada dua solusi yang bisa kita lakukan. Yaitu yang pertama, mengganti ekspektasi atau harapan dengan yang masuk akal. Yang kedua adalah mengubah pola pikir bahwa kenyataan yang ada harus bisa diterima dengan tulus ikhlas sehingga ini menjadi bukan suatu masalah tetapi tantangan untuk mengubah kenyataan dengan strategi baru.

Pada dasarnya, masalah ada pada setiap makhluk hidup. Siapapun dia, kaya, miskin, ganteng, jelek.semua pasti punya masalah. Pola pikir yang berbeda-beda membuat tiap orang tidak sama dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang santai, gugup, bingung, marah dan lain sebagainya. Tujuannya sama, ingin keluar dari permasalahan. Lari dari masalah jelas tidak menemukan jalan keluar namun bisa menambah masalah.

Jadi, sebenarnya masalah bukan untuk dihindari tapi dihadapi. Adanya masalah berkaitan erat dengan hukum sebab dan akibat. Ada akibat, pasti berawal dari sebab. Oleh karena itu perlu ditelusuri asal muasal bagaimana masalah itu bisa hadir tanpa diundang. Sebab secara tidak sadar, sebenarnya kitalah yang mengundang masalah itu.

Contohnya saja saat kita dirundung suatu musibah. Musibah ini adalah masalah bagi kita. Lagi enak-enaknya sms-an di jalan, nggak tahunya ada sepeda motor yang menyerempet kita. Kita jatuh dan terluka hingga berdarah. Kita marah, minta ganti rugi. Coba, kalau begini sebenarnya siapa yang salah ? Secara tidak langsung kita menjadi pengundang utama musibah itu. Siapa suruh sms-an di jalan ? Sudah jelas ini karena faktor kurang hati-hati dan kelalaian saja.

Tiap pribadi berbeda-beda dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang langsung tuntas, ada yang menganalisa masalahnya dulu, bahkan ada yang ini belum selesai sudah dapat masalah baru lagi. Semuanya saling berkesinambungan.

Sebenarnya, jika kita mau introspeksi diri, menelaah sebab akibat apa yang terjadi, akar permasalahan tidak jauh-jauh dari diri kita. Dan sebenarnya, jalan keluar pun hanya kita yang bisa menyelesaikannya karena kita yang tahu persis apa sebabnya. Cuma seringkali, kita terhalang oleh rasa gugup, panik, kecewa, sedih saat masalah datang tiba-tiba. Rasa khawatir berlebihan itulah yang menutup jalan untuk mencari apa sebab akibatnya. Bahkan, tak jarang pula kita mencari kambing hitam sebagai penyebab masalah itu. Cobalah untuk tenang, rileks..ambil nafas panjang saat masalah datang. Dengan tenang, dijamin pikiran menjadi jernih dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dan satu lagi, dengan berpikir bisa, akan menuntun kita untuk bisa mencari jalan keluar. Sebaliknya, jika kita berpikir tidak bisa, buntu, putus asa sudah pasti hanya akan membuat masalah tidak terselesaikan tetapi malah menumpuk dan bukan tidak mungkin malah akan membuat masalah baru. Pusiiiinnnngggg kan kalau sudah begitu..

Contoh lain dalam menghadapi masalah adalah dengan mengenali diri. Misalnya, kita sendiri yang paling tahu berapa penghasilan kita tiap bulan. Lalu, kita punya keinginan untuk memiliki sebuah mobil. Kita sendiri yang bisa memutuskan apakah kita sudah mampu untuk itu. Jangan sampai hal ini menjadi masalah di kemudian hari. Mobil apa yang akan kita ambil perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan budget kita. Misalnya, tentang pembayaran, apakah secara cash atau cicilan tiap bulan. Ketika tabungan kita tidak cukup untuk cash, berarti kita ambil langkah kedua yaitu secara angsuran. Tabungan cukup untuk uang muka, berarti kita harus siap mengangsur tiap bulan sebesar rupiah yang kita mampu. Intinya, jangan sampai melebihi kemampuan kita. Kalau kita mampunya mengangsur untuk jangka waktu sepuluh tahun dengan cicilan paling rendah, ya kita pilih yang itu. Toh, kita tidak ingin keberatan tanggung jawab. Kalau kita nekat mengambil jangka lebih cepat dengan cicilan yang lebih tinggi dari penghasilan kita, berarti kita mengundang masalah. Apa kita mau, hidup tekor tiap bulan untuk mencicil mobil sementara kebutuhan pokok kita terabaikan hingga kita harus ngutang sana-sini demi gengsi ? Mau menanggung malu jika suatu saat mobil ditarik kembali karena kita tidak mampu mencicil hanya karena salah mengambil keputusan ? Itulah, berpikir sebelum bertindak menjadi penting saat ini demi kelangsungan di masa yang akan datang. Kita kan maunya hidup ayem tentrem dengan seminimal mungkin masalah. Atau kalau memang masalah itu ada, kita bisa dengan mudah mengatasinya.

Sesulit apapun masalah, kalau mau kita anggap teman, masalah itu akan menjadi mudah diselesaikan. So, trouble is my friend seperti kata lagunya Lenka. Ho oh..Dan jangan takut, justru dengan adanya masalah, kita akan menjadi kuat dan teruji. Cieee..

Thursday, August 2, 2012

ML, MK & MD


ML : inget gak, aku adalah masa lalumu...

MK : lalu ? aku sudah ada di kekinian..masa lalu hanya untuk dikenang..

ML : gak ingin kembali ke masa lalu ? banyak hal yang indah untuk dikenang kan..?

MK : kenangan memang indah, tapi realita sekarang lebih penting untuk dijalani..

ML : jangan sombong, tanpa masa lalu kamu tidak akan bisa seperti sekarang..

MK : so what gitu loh..masa lalu hanyalah bayang-bayang..kalo aku terlalu larut dalam waktumu, aku bisa ketinggalan..

ML : aku ingin ada dalam kekinian bersamamu..

MK : maaf, sudah ada masa depan yang menunggu..apa yang kulakukan sekarang menjadi penentu yang akan datang..

ML : jadi aku dicampakkan begitu saja ?

MK : bukan begitu, apa yang telah lalu menjadi bekalku di masa kini dan nanti..toh, masa lalu tidak selamanya indah. aku juga pernah terluka dan gagal. ingat ? aku belajar tentang semuanya..

MD : hey..jangan kebanyakan ngobrol..cepat jemput aku ya..
 
ML adalah Masa Lalu, MK adalah Masa Kini dan MD adalah Masa Depan..
 
Salam waktu...

Friday, June 8, 2012

Dunia Maya = Dunia Massa



Gambar diambil dari sini

Beberapa hari yang lalu, saya terhenyak ketika salah satu karyawan saya yang lulusan SMP menyodorkan kepada saya gambar motor yang diinginkannya via Google dari handphonenya.

“Kamu internetan ?,” tanya saya.

“Iya, Bu..”, jawabnya.

“Boros dong..kan mahal browsing internet dari HP..”

“Iya, Bu..mahal, tapi kadang ada paket hemat dari kartu Anu..”

“Kamu facebookan juga ?”

Karyawan saya yang namanya A itu mengangguk sambil tersipu malu.

Luar biasa, perkembangan teknologi sudah demikian cepatnya merambah hingga ke segala penjuru dunia, termasuk di daerah saya tinggal sekarang yang tergolong daerah pinggiran. Gunung Kidul, dulu merupakan daerah pelosok yang lekat dengan kemiskinan, kekeringan dan merupakan daerah tertinggal. Namun kini, Gunung kidul adalah daerah yang cukup maju dan siap untuk bersaing dengan daerah lain yang sudah lebih dulu maju. Banyaknya penduduk setempat yang merantau dan sukses di daerah orang, secara tidak langsung turut mengentaskan kemiskinan di kampung halamannya. Seiring pula dengan perkembangan pola pikir dari penduduk setempat yang mudah untuk mengikuti perkembangan jaman.

Beberapa waktu lalu, pernah diberitakan di media massa jika pernikahan dini tertinggi di Indonesia terjadi di Gunung Kidul sejak adanya facebook. Media sosial seperti facebook dan perkembangan internet yang mudah diakses lewat handphone secara langsung atau tidak, memberikan dampak positif dan negatif. Benar atau tidaknya, kehadiran facebook semakin mempermudah akses dalam pertemanan menjadi pergaulan yang bebas atau tidak tergantung kepada pribadi masing-masing. Pada dasarnya, pernikahan dini sudah terjadi sejak jaman dulu. Namun ketika angka statistiknya meningkat akhir-akhir, dan berdasarkan pertanyaan dari para penghulu kepada calon nikah muda apakah mereka mempunyai akun facebook, sebagian besar menjawab ya, punya, dan terus terang menyatakan kenal pasangannya dari facebook. Jadi..apakah memang ada hubungannya antara facebook dan nikah dini, bisa jadi, iya.

Di dunia maya, segala sesuatu bisa terjadi. Semua orang bebas mengekspresikan apa yang dia maui. Mau menjadi apa dan siapa, semua berhak membangun personal branding-nya masing-masing. Segala eksistensi dan karakter begitu gamblang tersirat dan tersurat walaupun seringkali terasa begitu bias. Rancu antara nyata dan semu.

Tentunya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari arus internet yang begitu cepat adalah dengan adanya saringan atau filter dari masing-masing pribadi.

Zaman dulu, silaturahmi bisa terjalin melalui face to face, kunjung mengunjungi walaupun terbentang jarak dan waktu. Sekarang, jarak bukan lagi menjadi kendala dalam berkomunikasi. Hanya dalam hitungan menit bahkan detik, dunia terasa dalam genggaman. Luar biasa..

Layaknya dunia nyata, dalam dunia maya juga ada ajang gaul antar golongan. Hanya dengan komentar disana-sini, seseorang bisa dianggap gaul dan populer di dunia maya. Komentar positif atau negatif bisa menggambarkan bagaimana sifat seseorang secara tersirat. Plus keberuntungan atau caci maki bisa didapatkan pula di dunia maya. Saat terjadi insiden mobil Avanza nabrak beberapa orang hingga tewas, Afriani, sang pelaku mendapatkan hujatan ramai-ramai dari orang yang mungkin belum dikenalnya di dunia nyata, namun akun twitternya penuh dengan sumpah serapah dan penghakiman dunia maya. Luar biasa.

Dalam hal tertentu, dunia maya bisa mengambil alih peran begitu rupa layaknya di dunia nyata. Ada arisan, ada ngerumpi bareng-bareng, ada perkumpulan orang yang punya hobby sama, ada hiburan, ada diskusi, macam-macam semuanya ada.

Dan sekarang ini, dunia maya bisa mengganti peran sebagai media massa, dimana orang bisa bikin buku, surat kabar, hanya dengan membaca di layar monitor tanpa harus dicetak. Dunia maya juga dipilih menjadi media promosi bisnis-bisnis yang cukup efektif. Memang lebih praktis dan memudahkan. Namun, berapa banyak waktu yang terluang untuk bisa di dunia maya secara terus menerus ?

Yang pasti, dunia maya dan nyata tetap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lebih nyaman dimana, monggo..

Friday, May 18, 2012

Bijaksana Itu Apa Sih ?




Gambar dipinjam dari sini


Menurut kamus, arti dari kata bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas. Biasanya, sebelum bertindak disertai dengan pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran. Si bijak tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

Contohnya saja dalam pengelolaan keuangan. Orang yang bijaksana bisa membedakan mana yang menjadi prioritas utama dan mana yang tidak terlalu penting dilakukan. Hal pertama saat uang diterima adalah memikirkan tentang investasi atau tabungan. Kebijaksanaan disini berkaitan erat dengan kecerdasan dan penekanan hawa nafsu / keinginan.

Barapapun penghasilan yang diterima, tidak menjadi masalah jika diolah dengan bijaksana. Misalnya penghasilan seorang office boy di sebuah perusahaan Jakarta 1 juta perbulan. Karena office boy ini sudah terbiasa hidup apa adanya, tidak neko-neko dan tidak ingin apa-apa kecuali makan sebagai kebutuhan primer menyambung hidup, OB ini mampu mengelola keuangannya dengan tepat guna. Separuh gajinya ditabung, kemudian sisanya untuk makan sehari-hari dan masih sempat memberi kepada sesamanya. Bagaimana bisa ? Hidup di Jakarta gitu loh..

Intinya adalah penguasaan diri. Saat orang lain sibuk dengan penampilan diri yang bling-bling, OB ini cukup dengan baju secukupnya yang penting rapi dan bersih. Tidak perlu yang mahal dan bermerk, yang penting enak dilihat. Bahkan sering disyukuri, banyak orang yang simpati memberinya baju layak pakai. Satu nilai plus tidak perlu pusing dengan budget khusus penampilan.

Soal makan, yang penting bisa makan dengan nasi, sayur dan lauk seadanya tidak masalah. Di kostnya yang sederhana, OB ini terbiasa menanak nasi dengan rice cooker kecil setiap hari. Lebih hemat, tinggal beli sayur dan lauk tahu, tempe atau telur dan jika rejeki sedang berlebih bolehlah makan ayam goreng satu bulan sekali. Untuk makan, dan kebutuhan seperti sabun dan lain-lain satu bulan keluar dana sekitar 300 ribu. Kalau di kantor ada acara ulang tahun staff, biasanya ada acara makan-makan, OB ini bisa lebih hemat lagi pengeluaran per bulannya.

Bayar kost ala kadarnya, sudah termasuk listrik dan air mengeluarkan dana 200 ribu per bulan. Selanjutnya, secara rutin tabungannya terisi 500 rb per bulan. Kalau sudah terkumpul lumayan banyak, tiga bulan sekali mengirim uang untuk orang tua di kampung, walaupun orang tua sering menolak diberi. Bahkan kalau ada temannya yang mau pinjam uang, kadang diambilkan dari tabungannya.

Bandingkan dengan seorang pejabat tinggi negara yang katakanlah penghasilannya 20 juta lebih per bulan. Belum ditambah dengan tunjangan ini itu. Gaya hidupnya wah, mobil mewah, rumah mewah, makanan enak tiap hari, tapi tetap merasa kurang hingga rela korupsi. Dalam hal ini siapa yang mampu bertindak secara bijaksana ? Padahal dari segi pendidikan, OB ini hanya lulusan SMP, sedangkan pejabat ini gelar pendidikannya berderet. Tapi perilakunya belum tentu sebijaksana OB tadi.

Andaikan..para pejabat di negeri ini mampu berpikir dan bertindak sebijaksana OB ini, berapa pengeluaran negara yang mampu dihemat, berapa hutang negara yang mampu dibayar dan betapa tentramnya negeri ini. Semuanya berawal dari pola pikir sederhana dan bijaksana. Tanpa perlu ada korupsi.

Thursday, November 3, 2011

Apakah Anda Konsisten ?

Tidaklah mudah membangun suatu personal branding yang lekat dengan sifat konsisten. dalam kehidupan ini banyak sekali kita jumpai figur orang yang dengan mudah mengumbar janji untuk kemudian dengan mudah pula mengingkarinya tanpa realisasi yang pasti. Bagaimana sikap Anda jika bertemu orang yang tidak konsisten, atau jangan-jangan kita sendiri termasuk tipe orang seperti itu ? Hm..

Pengalaman saya, berulang kali dikecewakan oleh orang yang nggak konsisten cukup membuat geregetan juga. Contohnya saja dalam soal utang piutang atau soal pinjam meminjam barang dengan teman. Dia sendiri yang berjanji akan mengembalikan dalam tempo 1 bulan, pas saat jatuh tempo alasannya ada saja, sengaja mengulur-ulur waktu tanpa memperhatikan bagaimana perasaan yang dikecewakan. Dengan enteng, tanpa rasa bersalah, padahal uang yang dijanjikan akan dikembalikan benar-benar saya butuhkan. Sekali, dua kali saya amati, saat tidak ada itikad baik, hubungan langsung saya putus. Untuk selanjutnya, jika dia merengek-rengek minta dipinjami uang lagi, jangan harap akan diberi lagi, susah nagihnya.

Demikian pula saat berbisnis, antara suplier dan penjual harus ada rasa saling percaya dan tentunya konsistensi harus dijaga. Tagihan lancar, hubungan personal baik, sudah pasti akan tercipta aura positif yang akan memudahkan kelancaran bisnis dan saling menguntungkan. Saat salah satu pihak mulai tidak konsisten dan merugikan salah satu pihak sehingga tidak dapat bekerja sama dengan baik, maka otomatis hubungan bisnis menjadi tidak sehat lagi yang bisa berakibat pada pemutusan hubungan bisnis.

Saya sendiri berusaha sejauh saya mampu untuk menjadi pribadi yang konsisten. Saya mulai dari hal yang paling sederhana dulu yaitu berusaha on time saat memenuhi janji. Hal ini berlaku dalam hubungan pertemanan dan yang lebih penting dengan relasi bisnis. Saya sering merasa tidak enak jika orang lain harus menunggu, jadi pilihan saya adalah on time dengan harapan orang lain bisa on time juga. Kalau pun saya harus menunggu beberapa menit sih nggak masalah, tapi kalau sampai berjam-jam lebih baik saya tinggal. Waktu sangat berharga jika dibiarkan untuk menunggu orang yang tidak dapat menghargai orang lain.

Kemudian dalam kehidupan sehari-hari, saya juga berusaha untuk mengatakan apa adanya. Saat saya tidak bisa, saya akan bilang tidak bisa demikian pula sebaliknya. Lebih baik jujur di awal daripada bilang bisa kenyataannya tidak bisa malah lebih melukai perasaan orang lain. Sebisa mungkin saya berusaha membuat sinkron antara perkataan dan perbuatan. Memang tidak mudah, tapi hal ini berkaitan dengan soal disiplin, tanggung jawab dan kebiasaan.

Pada kenyataannya, menjadi orang konsisten lebih banyak diperhitungkan dalam dunia bisnis. Segala kesempatan dan peluang akan terbuka lebar saat kita mampu bekerjasama dengan baik dengan rekan bisnis kita. Segala jalan akan dipermudah untuk kelancaran bisnis. Lain halnya jika menjadi orang tidak konsisten, orang tidak mudah percaya dan segala sesuatunya akan terasa sulit. Padahal, dalam dunia usaha, maunya untuk jangka panjang dan bisa diwariskan kepada keturunan kita. Saat usaha kita bisa dipercaya karena konsistensi kita, orang akan lebih menghargai dengan baik. Dan itu berlaku bagi siapa saja.

Jadi, konsistenlah mulai dari sekarang..

Tuesday, October 11, 2011

Peluang Usaha Di Kota Kecil


Selama hampir 2 tahun buka usaha bersama suami, akhirnya resmi hampir sebulan ini kami punya karyawan baru di toko. Masih satu tapi cukup membuat kami bangga. Sebelumnya, kami sudah punya satu asisten rumah tangga yang menjaga anak kami di rumah yang bisa kami pantau setiap saat. Bagaimana tidak, ini adalah awal untuk sebuah lonjakan. Ya, kami punya target selanjutnya. Tentang mimpi-mimpi, rencana akan dibawa kemana usaha ban mobil dan onderdil Wiyono Putro ini.

Saya dan suami pernah menjadi karyawan di sebuah perusahaan selama bertahun-tahun. Kemudian kami berdua sepakat resign bareng-bareng untuk buka usaha bersama. Ini juga sebuah keputusan besar, mengingat kami masih buta tentang dunia usaha. Namun kami berdua meyakininya. Sebagai langkah awal, kami pindah ke pinggiran kota Yogya dan menetapkan daerah Gunung Kidul sebagai lokasi usaha kami.

Kalau selama ini ada pemikiran bahwa membuka usaha itu harus di kota besar, kami justru membalik mindset itu. Di pinggiran kota masih banyak peluang usaha kalau kita mau mengolah. Mbabat alas istilahnya.
Keuntungan membuka usaha di daerah kecil, lebih tepatnya di desa, salah satunya adalah belum banyak kompetitor. Kalaupun ada, masih bisa dihitung dengan jari. Belum lagi letak geografis Gunung Kidul yang sangat luas, membuat pengusaha masih punya banyak kesempatan meraih pasar sebanyak-banyaknya. Fakta membuktikan, selama ini masyarakat Gunung Kidul harus menempuh jarak puluhan kilometer ke kota Yogya untuk sekedar mengganti ban mobil. Bisa dibayangkan kan berapa biaya untuk bahan bakar kendaraannya, belum untuk jajan. Nah, peluang inilah yang kami ambil. Terbukti, masyarakat sekitar merasa diuntungkan dengan keberadaaan usaha kami. Mau pasang ban, mau balancing, mau cari ban vulkanisir, mau vulkanisirin ban atau sekedar cari onderdil mobil tidak perlu jauh-jauh lagi. Lebih hemat dan efisien. Mengirit ongkos.

Lalu, kenapa kami pilih usaha ban dan onderdil mobil juga ada alasannya. Kalau usaha ban motor dan onderdil motor disini sudah cukup banyak. Selama ini, orang malas berjualan ban mobil karena modalnya besar tapi untungnya sedikit. Memang benar, contohnya saja ban truk dengan modal katakanlah 1,2 juta untuk 1 ban, keuntungan yang diraih tidak sampai 3 persen. Mana tahan ? Tapi justru ini peluangnya. Karena banyak yang kurang berminat, kami ambil kesempatan itu karena walaupun untungnya cuma sedikit kalau omsetnya banyak kan bisa muter juga uangnya. Walaupun modal awal ya cukup banyak juga, tapi selama ada pinjaman uang kan nggak masalah ? Yang penting secara pelan tapi pasti usaha ini bisa berjalan.

Kenapa juga kami pilih Gunung Kidul ? Bukankah selama ini daerah Gunung Kidul terkenal sebagai daerah yang gersang, tandus dan kekurangan air ? Mana mungkin bisa berkembang buka usaha disana ? Hm..kalau masih banyak anggapan seperti itu, berarti Anda salah besar. Gunung Kidul sudah tidak seperti yang digambarkan tadi. Disana sudah banyak pohon-pohon yang rindang yang membuat daerah ini subur menghijau. Air juga sudah gampang didapat karena memang sudah banyak air sumur dan air PDAM. Pertumbuhan ekonominya juga sudah sangat baik, terbukti jumlah mobil semakin bertambah tiap tahunnya. Maklum, orang Gunung Kidul terkenal sebagai orang yang ulet dan pekerja keras. Kebanyakan perantau dari Gunung Kidul mampu menorehkan kesuksesan buat keluarganya.

Dan kami bersyukur, setiap bulannya usaha kami selalu ada perkembangan omset, pertambahan pelanggan dan kemajuan yang cukup signifikan. Karena itulah, kami merasa perlu mulai mengangkat karyawan untuk membantu kelancaran usaha kami. Karena rencananya, kami akan melebarkan sayap tidak hanya duduk menunggu di toko saja namun juga akan keliling sebagai upaya lebih mendekatkan diri kepada pelanggan untuk pemenuhan segala kebutuhan mereka dan juga sebagai promosi terselubung karena ternyata masih banyak yang belum tahu tentang usaha kami. Ke depannya, kami juga berencana akan membuka jasa panggilan pasang ban dan balancing ke rumah pelanggan. Bisakah ? Apa sih yang nggak bisa..semua pasti bisa kalau memang sudah niat.

Jadi, saat ini kami sedang menikmati suka duka menjadi seorang pengusaha di pinggiran kota. Jelas nggak gampang awalnya. Tapi sejauh ini kami sudah punya pandangan yang berbeda saat menjadi karyawan dulu dan saat menjadi pengusaha sekarang. Setelah punya usaha sendiri, kami terbiasa membuat keputusan sendiri, berpikir kreatif, belajar tentang product knowledge baru, menganalisa pasar, bersaing dengan kompetitor, mencari penyupli barang yang terbaik dan termurah, mengelola hutang untuk usaha, seleksi karyawan..wah..banyak sekali kegiatan yang tadinya tidak ada dalam bayangan kami saat masih menjadi karyawan. Dan yang paling penting kami tetap menjaga profesionalitas walaupun sebagai suami istri. Saat di toko, saya adalah seorang staf administrasi, merangkap bagian penjualan, sebagai staf marketing juga, mengelola keuangan dan suami saya sebagai bos sekaligus staf teknisi, staf gudang dan membantu bagian penjualan juga. Sedangkan saat di rumah, kami adalah suami istri yang bersama-sama mendidik anak semata wayang kami. Jadi kalau lagi berantem di rumah, di toko tetap profesional seolah-olah sudah baikan, sampai di rumah berantem lagi hehe..nggak ding..

Dan enaknya lagi, usaha di pedesaan membuat kami semangat tiap hari karena suasananya yang asri, jauh dari macet dan stress, adem ayem pokoknya. Segala sesuatunya selalu kami syukuri. Dan kami lebih menikmati detik demi detik waktu yang berjalan. Hari ini selalu berbeda dengan hari kemarin atau besok. Begitu bervariasi dan penuh warna hidup ini rasanya. Pokoknya bedalah..kalau nggak percaya cobalah..Buka usaha di daerah pedesaan. Pasti asyik. Menurut saya sih, kalau masih banyak orang yang menambah sesak kota tanpa pekerjaan yang jelas, lebih baik pulang ke desa, buka usaha, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Semua orang bisa kok. Soal modal bisa dicari yang penting punya niat dulu, perencanaan yang matang pasti akan ada jalan kalau mau berusaha. Ok..sekian dulu ya..lain kali disambung lagi dengan cerita bisnis yang lain. Ada yang nanya harga ban nih, mudah-mudahan jadi beli hehe..

Sunday, August 21, 2011

Bisa Karena Biasa

Yeah..pepatah yang menjadi judul tulisan ini bisa dialami siapa saja. Tak terkecuali saya. Dulu, saya tidak berani memulai pembicaraan dengan orang lain, apalagi yang belum saya kenal. Tapi seiring dengan waktu, saat saya bekerja menjadi Customer Service di sebuah distributor resmi handphone Nokia, mau tidak mau saya dituntut menjadi seseorang yang bisa berkomunikasi dengan baik. Selain itu, saya juga harus bisa menjual produk handphone. Awalnya saya bingung, gimana caranya ya ? Lha wong saat itu, handphone saja belum saya punya. Maklum, handphone masih jadi barang mewah, belum menjamur seperti sekarang. Saat itu tahun 2002, saat handphone Nokia tipe 3310 masih menjadi primadona dan harganya masih berkisar 1 jutaan. Jelas, saat itu Blackberry belum lahir, karena masih menjadi mimpi-mimpi para pekerja gadget yang menjadi isi berita majalah-majalah seluler saat itu.

Saya pun tidak menyangka jika ternyata saya punya bakat menjual dan setelah berkomunikasi dengan pelanggan, saya bisa cerewet juga lho..Apalagi kalau pelanggannya adalah tipe orang yang welcome and suka humor. Cocok !


Lalu, karena pekerjaan pula, yang kebetulan saat ini saya sudah punya usaha sendiri yaitu di bidang ban mobil dan onderdilnya, menuntut saya harus menjadi insan yang kreatif, inovatif dan proaktif. Itu harus, karena jika tidak, usaha yang saya lakukan bisa kalah dengan kompetitor lain yang lebih dalam segala hal. Bahkan pelanggan bisa lari jika toko saya tidak memberikan layanan yang memuaskan plus lain daripada yang lain.


Dulu, saat saya masih menjadi karyawan, hidup terasa mengalir begitu saja. Tanpa target yang jelas, pokoknya bekerja sesuai standart tiap bulan terima gaji. Paling-paling dimarahi atasan kalau ketahuan pekerjaannya nggak beres. Hanya itu tantangannya. Namun lama-lama, saya merasa jenuh dan perlu sesuatu yang baru. Saya ingin bisa mengatur waktu sendiri, mengatur keuangan sendiri, punya karyawan, dan yang paling penting, punya banyak waktu untuk anak saya. Itu yang susah saya dapatkan saat terikat waktu menjadi karyawan.


Maka hanya satu modal saya : nekad untuk berani memulai. Dan ternyata memang terbukti setelah menjadi pengusaha, kepribadian saya lambat laun bisa berubah. Yang tadinya minder jadi percaya diri, yang tadinya malu dan takut-takut jadi berani, yang tadinya nggak tahu jadi berusaha untuk tahu, yang tadinya tidak bisa akhirnya bisa...

Friday, August 12, 2011

Kebiasaan Aneh..



Baru-baru ini anak saya mempuyai kebiasaan aneh yang cukup mendebarkan. Mau tahu apa kebiasaannya ? Ya ampun..sebenarnya saya malu untuk mengatakan ini. Tapi apa boleh buat, siapa tahu bermanfaat bisa untuk berbagi cerita atau barangkali ada yang punya pengalaman serupa ? Kalau begitu, selamat ! Kita senasib ! Hiks..ahahahaa...


Penasaran ? Apa kebiasaannya..( sengaja mengulur waktu supaya tambah penasaran.. )


Jreng..jreng..kebiasaannya adalah...memegang telek ( maaf, kotoran binatang alias tahi ) !


Tak peduli kotoran ayam, sapi atau kambing. Pokoknya pas lewat, melihat 'benda' itu, Andro akan berlari mendekat, memegangnya kemudian tertawa-tawa. Giliran saya yang panik sambil mengejar-ngejarnya yang lari-lari kegirangan. Secepat mungkin saya akan membawanya ke kamar mandi mencuci bersih tangan dan kakinya dengan sabun. Plus wejangan tentunya bahwa apa yang dipegang itu kotor, bau dan banyak mengandung kuman yang bisa bikin sakit.


Tapi apa jawaban Andro ? Mau tahu ? Jawabannya adalah...telek itu lembut ! Alamak...dapat kosakata darimana anakku ? Bisa-bisanya punya opini demikian aduhainya tentang kotoran binatang. Perasaan saya jadi campur-campur antara mau marah, geli, bingung dan akhirnya..ikutan ketawa ngakak bersama. Wedew...pusing dah..!!!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...