Gambar diambil dari sini
Masalah ada ketika ekspektasi dan kenyataan tidak sama. Ketika harapan berbanding terbalik dengan fakta, saat itu kita menganggap ini sebagai masalah. Dalam hal ini, hanya ada dua solusi yang bisa kita lakukan. Yaitu yang pertama, mengganti ekspektasi atau harapan dengan yang masuk akal. Yang kedua adalah mengubah pola pikir bahwa kenyataan yang ada harus bisa diterima dengan tulus ikhlas sehingga ini menjadi bukan suatu masalah tetapi tantangan untuk mengubah kenyataan dengan strategi baru.
Pada dasarnya, masalah
ada pada setiap makhluk hidup. Siapapun dia, kaya, miskin, ganteng,
jelek.semua pasti punya masalah. Pola pikir yang berbeda-beda membuat
tiap orang tidak sama dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang
santai, gugup, bingung, marah dan lain sebagainya. Tujuannya sama,
ingin keluar dari permasalahan. Lari dari masalah jelas tidak
menemukan jalan keluar namun bisa menambah masalah.
Jadi, sebenarnya masalah
bukan untuk dihindari tapi dihadapi. Adanya masalah berkaitan erat
dengan hukum sebab dan akibat. Ada akibat, pasti berawal dari sebab.
Oleh karena itu perlu ditelusuri asal muasal bagaimana masalah itu
bisa hadir tanpa diundang. Sebab secara tidak sadar, sebenarnya
kitalah yang mengundang masalah itu.
Contohnya saja saat kita
dirundung suatu musibah. Musibah ini adalah masalah bagi kita. Lagi
enak-enaknya sms-an di jalan, nggak tahunya ada sepeda motor yang
menyerempet kita. Kita jatuh dan terluka hingga berdarah. Kita marah,
minta ganti rugi. Coba, kalau begini sebenarnya siapa yang salah ?
Secara tidak langsung kita menjadi pengundang utama musibah itu.
Siapa suruh sms-an di jalan ? Sudah jelas ini karena faktor kurang
hati-hati dan kelalaian saja.
Tiap pribadi berbeda-beda
dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang langsung tuntas, ada
yang menganalisa masalahnya dulu, bahkan ada yang ini belum selesai
sudah dapat masalah baru lagi. Semuanya saling berkesinambungan.
Sebenarnya, jika kita mau
introspeksi diri, menelaah sebab akibat apa yang terjadi, akar
permasalahan tidak jauh-jauh dari diri kita. Dan sebenarnya, jalan
keluar pun hanya kita yang bisa menyelesaikannya karena kita yang
tahu persis apa sebabnya. Cuma seringkali, kita terhalang oleh rasa
gugup, panik, kecewa, sedih saat masalah datang tiba-tiba. Rasa
khawatir berlebihan itulah yang menutup jalan untuk mencari apa sebab
akibatnya. Bahkan, tak jarang pula kita mencari kambing hitam sebagai
penyebab masalah itu. Cobalah untuk tenang, rileks..ambil nafas
panjang saat masalah datang. Dengan tenang, dijamin pikiran menjadi
jernih dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dan satu
lagi, dengan berpikir bisa, akan menuntun kita untuk bisa mencari
jalan keluar. Sebaliknya, jika kita berpikir tidak bisa, buntu, putus
asa sudah pasti hanya akan membuat masalah tidak terselesaikan tetapi
malah menumpuk dan bukan tidak mungkin malah akan membuat masalah
baru. Pusiiiinnnngggg kan kalau sudah begitu..
Contoh lain dalam
menghadapi masalah adalah dengan mengenali diri. Misalnya, kita
sendiri yang paling tahu berapa penghasilan kita tiap bulan. Lalu,
kita punya keinginan untuk memiliki sebuah mobil. Kita sendiri yang
bisa memutuskan apakah kita sudah mampu untuk itu. Jangan sampai hal
ini menjadi masalah di kemudian hari. Mobil apa yang akan kita ambil
perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan budget kita.
Misalnya, tentang pembayaran, apakah secara cash atau cicilan tiap
bulan. Ketika tabungan kita tidak cukup untuk cash, berarti kita
ambil langkah kedua yaitu secara angsuran. Tabungan cukup untuk uang
muka, berarti kita harus siap mengangsur tiap bulan sebesar rupiah
yang kita mampu. Intinya, jangan sampai melebihi kemampuan kita.
Kalau kita mampunya mengangsur untuk jangka waktu sepuluh tahun
dengan cicilan paling rendah, ya kita pilih yang itu. Toh, kita tidak
ingin keberatan tanggung jawab. Kalau kita nekat mengambil jangka
lebih cepat dengan cicilan yang lebih tinggi dari penghasilan kita,
berarti kita mengundang masalah. Apa kita mau, hidup tekor tiap bulan
untuk mencicil mobil sementara kebutuhan pokok kita terabaikan hingga
kita harus ngutang sana-sini demi gengsi ? Mau menanggung malu jika
suatu saat mobil ditarik kembali karena kita tidak mampu mencicil
hanya karena salah mengambil keputusan ? Itulah, berpikir sebelum
bertindak menjadi penting saat ini demi kelangsungan di masa yang
akan datang. Kita kan maunya hidup ayem tentrem dengan seminimal
mungkin masalah. Atau kalau memang masalah itu ada, kita bisa dengan
mudah mengatasinya.
Sesulit apapun masalah,
kalau mau kita anggap teman, masalah itu akan menjadi mudah
diselesaikan. So, trouble is my friend seperti kata lagunya Lenka. Ho
oh..Dan jangan takut, justru dengan adanya masalah, kita akan menjadi kuat dan teruji. Cieee..