Showing posts with label Lifestyle. Show all posts
Showing posts with label Lifestyle. Show all posts

Friday, November 15, 2013

Percuma



Gambar dipinjam dari sini


Besok, ujian nasional  berlangsung. Aku harap-harap cemas. Inilah akibatnya jika belajar tidak pernah kontinyu dengan dicicil setiap hari. Maunya serba instan, sks alias sistem kebut semalam. Padahal, besok ada 2 mata pelajaran yang diujikan dan bahannya..amboi..banyak sekali. Dan jujur, 30 persennya pun, aku sama sekali tak paham.
Pemberitahuan akan adanya ujian nasional ini sudah dari beberapa bulan lalu. Namun dasarnya aku ini paling suka hidup santai, nggak mau menderita sedikit saja dan sukanya menunda waktu, jadilah seperti ini. Berburu catatan saja baru kemarin, pinjam punya temanku yang paling pandai di kelas, aku fotocopy semuanya. Maklum, di kelas aku ini paling malas soal catat mencatat. Kalau ada jam kosong, senangnya luar biasa dan paling cepat ngacir dari kelas, tanpa peduli ada tugas yang ditinggalkan oleh bapak ibu guru.
Kalau saja tidak ada presensi, aku malas sekali sekolah. Maunya main-main saja, begadang sampai tengah malam dengan teman-teman. Ikut gank motor, kebut-kebutan di jalan rasanya keren sekali. Memacu adrenalinku sekaligus  menantang jiwa petualangan masa remajaku. Selalu ingin mencoba, termasuk banyak hal yang dilarang oleh orang tua, sengaja aku langgar.
Bayangkan, betapa malasnya harus bangun pagi-pagi, berangkat ke sekolah, lalu mendengarkan ceramah guru yang sangat membosankan itu. Bikin ngantuk saja. Sepertinya tak ada gunanya sekolah di jaman sekarang jika pertanyaan apa saja bisa dijawab oleh mbah Google. Iya kan..?
“Sekolah itu penting, demi masa depanmu..buat apa bayar mahal jika kamu ogah-ogahan sekolah begini ? Percuma bapakmu membanting tulang demi sekolah kamu..”
“Kalau boleh memilih, aku tidak disekolahkan juga tidak apa-apa, Pak..tidak usah repot-repot..”
“Apa kamu bilang ? Anak jaman sekarang bisanya membantah orangtua saja, kita lihat jadi apa kamu nanti, jika belum tahu apa-apa saja sudah sombong..!”
Bapak meradang. Ini perdebatan yang kesekian. Semuanya terasa begitu memuakkan. Kenapa semuanya harus diatur begini, begitu..
“Tidak semua orang punya kesempatan bisa sekolah seperti kamu. Jalan hidupmu masih panjang, jangan sampai kamu menyesal di masa tuamu..”
Pelan-pelan, aku beringsut keluar. Menuntun sepeda motorku, kemudian menyalakan motorku di ujung gang. Dan aku sudah hapal, akan terdengar teriakan bapak memanggil namaku ketika tersadar aku kabur begitu saja. Tanpa pamit. Sudah beratus-ratus kali aku mendengar ucapan bapak seperti itu. Namun dasarnya aku ini bandel dan kurang ajar, semua ucapan itu hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Guru-guru di sekolah pun sudah hapal dengan tabiatku. Dan yang mereka bisa lakukan sekarang adalah dengan pembiaran. Karena dengan nasehat apapun, tak akan bisa membuatku  menjadi anak yang manis. Bapak pun sudah berulang kali menjadi langganan panggilan guru BP jika aku berulah di sekolah. Berkelahilah, boloslah, pokoknya selalu membuat masalah.  Dan sampai saat ini, aku belum pernah jera. Lha wong dengan orang tua saja aku berani membantah, apalagi dengan orang lain ? Nggak akan mempan. Memang kepalaku ini keras sekali. Entah salah siapa aku bisa jadi begini.
Kembali ke ujian nasional besok, aku sama sekali tidak siap. Dari tadi aku hanya termangu bingung mau belajar darimana. Fotocopy catatan ini begitu banyak, tak akan mungkin kulahap dalam waktu semalam. Kulihat jam di dinding, sudah hampir jam dua belas malam. Senakal-nakalnya aku, ada ketakutan juga jika besok aku tidak lulus. Bagaimanapun, harga diriku dipertaruhkan. Nakal boleh saja, tapi sembodo. Harus begitu. Kalau aku tidak lulus, berarti akan menambah waktu tersiksaku di bangku sekolah. Jadi, malam ini aku harus menentukan nasibku sendiri.
Aha..aku ada akal. Aku mengambil beberapa kertas, kulipat-lipat dan kutulis dengan bahan yang kuanggap penting. Aku memprediksi soal apa yang akan keluar besok dan aku menyiapkan contekannya. Curang..? Ah, yang penting aku bisa lulus. Persetan tentang bagaimana caranya apakah halal atau haram. Bukankah selama ini banyak  berita di tivi kalau anak-anak sekolah diajari berbuat curang bahkan oleh gurunya sendiri demi prestise kelulusan sekolah mereka ? Apa bedanya dengan aku sekarang ? Ah, iya..bedanya, aku melakukannya sendiri, dengan kesadaran tanpa paksaan dari siapapun untuk berbuat curang.  Perkara dosa, biar aku sendiri yang tanggung. Urusanku sama Tuhan.
Jadi, kupersiapkan contekan untuk dua mata pelajaran itu. Aih..repot juga ternyata membuat contekan. Mau tak mau feeling-ku harus jalan, memprediksi mana yang besok akan keluar dalam soal ujian. Memoriku  timbul tenggelam berusaha mengingat apa yang biasa diterangkan berulang-ulang oleh guru. Biasanya itu yang menjadi soal primadona. Tapi ya percuma, wong aku tidak pernah memperhatikan kalau sedang diterangkan. Pikiranku suka mengembara kemana-mana. Termasuk berkhayal tentang cita-citaku menjadi pembalap seperti Valentino Rossi. Wuah..pasti aku akan dielu-elukan banyak orang, dikelilingi banyak wanita cantik, senangnya…. Toh, aku sudah punya nyali yang cukup besar, yang menjadi modal utama jika ingin menjadi pembalap.
Jadi ya, lagi-lagi aku memilih secara acak saja bahan  mana yang kuanggap penting menjadi soal ujian. Kalau terpaksa, aku memakai metode menghitung kancing baju,  untuk memilih bahan yang kira-kira pas untuk soal ujian. Duh, pegal juga tanganku menulis dan berpikir untuk mengingat-ingat, memilih mana yang akan keluar besok. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul tiga. Ah..proses ini harus kupercepat. Kertasnya panjang sekali, kulipat menjadi kecil sekali. Aku mulai berpikir mencari cara yang paling jitu supaya guru lengah dan tidak mengetahui contekanku itu. Ah, itu sih situasional saja. Lihat bagaimana kondisi di kelas besok pagi. Yang pasti aku  harus bersikap tenang, tidak mencurigakan saat melakukan ritual mencontek itu. Pasti bisa, lha wong aku ini si raja akting, dan punya 1001 cara untuk melakukan kecurangan secara aman terkendali.
Fiuh..akhirnya selesai juga contekanku. Olala..jam di dinding menunjukkan pukul lima. Aku takjub, berhasil melewati 5 jam berkutat dengan bahan pelajaran yang terasa menjemukan itu. Kalau bukan demi harga diri, aku enggan untuk melakukannya. Ya, sekali-kali bikin bangga orangtualah jika aku bisa lulus ujian nanti. Ini lho, pak..anakmu yang nakal ini, ternyata sembodo juga kan..bisa lulus ? Baru aku bisa bertepuk dada. Perihal caranya bisa lulus bagaimana, ssttt..ini rahasia, jangan bilang-bilang ya..
Hoahem..aku dilanda rasa kantuk yang hebat. Walaupun aku ini biasa begadang dan 3 gelas kopi sudah ludes kuminum, namun tak urung mengantuk juga. Ah..masih ada waktu satu jam untuk tidur. Lumayan daripada batal ikut ujian. Kusetel weker jam 6 pagi. Lalu aku pulas menuju pulau kapuk dengan sukses.
Samar-samar aku mendengar bunyi weker. Mataku terasa berat. Dengan mata terpejam, tanganku meraih weker itu dan mematikan alarmnya. Ah..berisik. aku ingat aku akan UN hari ini, tapi aku memberi toleransi waktu 5 menit untuk memuaskan kantukku ini. Ya, lima menit saja dan aku akan bangun tanpa bunyi weker lagi.
Aku tersentak saat aku merasa tubuhku basah. Dingin merasuk begitu cepat. Dalam keadaan mata yang belum sepenuhnya terbuka, aku melihat bapak berkacak pinggang dengan menenteng ember. Inilah cara bapak membangunkanku.
“Mau bangun jam berapa cah bagus ? Mau lulus ujian nggak kamu ? He..?”
Tergagap aku melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Oalah..alamat telat ini. Bergegas aku menuju kamar mandi. Handuk di jemuran kusambar begitu saja. Aku mandi kilat ala bebek. Cukup muka ini basah oleh air dan gosok gigi. Itu yang utama. Bukankah badanku sudah basah diguyur air saat bapak membangunkanku ? Cocok.
Seragam abu-abu kukenakan ala kadarnya. Hem putih kumasukkan celana dengan serampangan. Tak peduli kusut dan jauh dari kata rapi. Aku alergi dengan segala bentuk kerapian. Menurutku, laki-laki rapi itu identik dengan banci. Lagipula, siapa yang mau dengan susah payah mencuci dan setrika baju di rumah ini ? Sejak ibu meninggalkan rumah ini, aku mencuci bajuku sendiri tanpa pernah disetrika. Ah..kalau tidak terpaksa, mana mau aku melakukannya. Dan baju bapak ? Siapa yang mencucinya ? Ya bapak sendirilah, tapi memang bapak membiarkan aku untuk mencuci bajuku sendiri supaya tidak manja. Bah.
Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan di atas angin menuju sekolahku. Contekanku sudah bertengger manis di saku bajuku. Semalam aku sudah membentuknya sedemikian rupa dengan lem dan karet sehingga bisa digulung begitu kecil. Rencananya, contekan itu akan aku tempel di laci meja, sehingga gulungannya nanti bisa ditarik saat pengawas lengah. Siplah pokoknya. Lihai.
Sampai di sekolah, tepat saat bel sekolah berdentang. Masih untung aku nggak telat. Aku senyum-senyum iseng, menggoda teman-temanku yang pasang muka tegang. Sepertinya hanya aku yang berwajah tenang saat ini.
Semua peserta ujian sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing. Semuanya tegang, gelisah dan harap-harap cemas. Semua menoleh begitu tiga pengawas memasuki ruangan. Salah satu pengawas memimpin kelas.
“Selamat pagi anak-anak..”
“Selamat pagi pakkkk…”
Semua menjawab serentak. Aku menangkap, ada kesan gelisah di wajah para pengawas. Seperti ada sesuatu yang akan dibicarakan.
“Anak-anak..dengan berat hati bapak mengumumkan, sampai saat ini soal ujian dari pusat belum sampai ke sekolah. Padahal jadwal ujian nasional hari ini. Maka dengan terpaksa ujian nasional ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Mohon maaf atas keterlambatan ini.”
Aku melongo. Sama sekali tidak menduga dengan apa yang dikatakan bapak pengawas itu. Seketika kelas menjadi gaduh, semuanya bingung, tak tahu harus berbuat apa, wajah-wajah kecewa begitu jelas terpancar. Bahkan beberapa ada yang menangis. Perasaanku menjadi tidak karuan. Kecewa, ya akupun kecewa. Kerja kerasku semalam membuat contekan berakhir sia-sia hari ini. Pemerintahan macam apa ini, jika tidak siap dengan UN yang dicanangkannya sendiri. Ah..sebodoh-bodohnya dan senakal-nakalnya aku, aku merasa geram dengan ketidakbecusan  ini. Tahu bakalan seperti ini, aku tidur saja tadi malam tanpa repot-repot buat contekan. Huh.

Sunday, June 16, 2013

Review : Macaroon Love





Pertama kali membaca novel Macaroon Love karya Winda Kresnadefa, pembaca disuguhi dengan banyaknya kata keheranan akan nama Magali. Awalnya dulu, saat Magali masih berupa status di facebook sang penulis, saya pikir Magali itu nama tokoh laki-laki. Ternyata, saya sama terkecohnya  orang-orang di dalam novel. Beberapa diantaranya yang membuat saya senyum-senyum sendiri :


"Gali Magali ?" 

"Galih, pacarnya Ratna ?" 

"Gali sumur ?"

Dan, kalau boleh saya tambahin "Gali lubang tutup lubang ?" Haha..utang kaleee...Rhoma Irama bangettt..

Well, secara garis besar novel ini cukup menarik, menghibur dan bisa membuat saya tertawa lepas sampai menarik perhatian suami saya.

"Bagus nggak ?," tanyanya

"Bagus..," jawab saya.

Lalu, selesailah saya baca novel itu dalam satu hari. Saya bacanya sambil jaga toko sih, sambil nyambi jualan ban. Kalau lagi repot, buku saya letakkan di meja dengan pembatas buku cantik asli handmade penulisnya..*promosi nih*, lalu saya terusin lagi bacanya.

Asli, membaca novel ini, semacam candu. Selalu ingin tahu, abis ini gimana ya, trus..trus..woalah..hahahaha..banyak surprise-nya. Dan alurnya susah ditebak. Perasaan saya juga nano-nano jadinya. Ada sedih, ada lucunya, ada inspiratifnya, sisi romantisnya juga ada, dan mengaduk-aduk perasaan pokoke.

Saya bisa menangis dan tertawa saat baca novel ini. Pokoknya nancep di hati lah. Klop dan pas. Gaya bahasanya simpel, gampang dicerna dan gak terlalu ribet mikir. Layaknya bahasa sehari-hari yang kadang kita alamin sama temen atau sahabat-sahabat sendiri. Terwakili dengan hubungan yang manis antar sepupu Magali n Beau, hubungan Magali dengan ayahnya yang ternyata berumur pendek, hubungan  dengan nenek dan rekan kerjanya, dan pastinya hubungan spesialnya dengan Ammar. Semuanya memberi pelajaran hidup yang berwarna, dan serba kebetulan nan indah.  Lalu Ammar ? Benarkah ada laki-laki super duper baik seperti dia di dunia ini ? Jika ada, wow deh..saya mau pesan satu, buat cadangan..#eh

Dan seperti review-review dari teman-teman yang pernah saya baca tentang Macaroon love ini, saya sependapat dengan bertaburannya kata-kata aneh. Karena Magali sudah unik tanpa dipertegas dengan kata aneh yang bejibun itu. Secara eksplisit, semuanya sudah terekam dengan cukup baik. Lalu soal judul, ehm..Macaroon-nya cuma dibahas seuprit, di bagian ending. Mungkin karena emang Macaroon lagi trend ya, jadi mudah diinget aja. Tapi intinya, apapun itu..novel ini sangat menghibur. Begitu baca, saya langsung teriak, aha..bacaan seperti ini yang saya cari untuk melepaskan dahaga akan bacaan yang bisa menyejukkan jiwa yang kering kerontang oleh hiburan..*apa sih ini hihi..*

Good job, sukses buat mba Winda Krisnadefa..selamat bertransformasi menjadi penulis jempolan, layaknya Beau yang bertransformasi dari Bad Boy from LA jadi budak bangor Bandung..heuheheu..saya paling suka bagian ini. Terus berkarya, dan saya rekomendasikan novel ini untuk dibaca, temans. Bagusss...

Thursday, May 16, 2013

Hobby Baru


Gambar dipinjam dari sini

Akhir-akhir ini saya punya kesibukan baru. Apa tuh ? Mau tau aja apa mau tau banget apa mau tau susur ? Hihi..iseng banget ya..

Yup, kadangkala saya turut andil menyiram tanaman yang ditanam oleh ibu saya. Jujur saja, sebagai seseorang yang pernah kuliah di ilmu Biologi dan berhasil menggondol gelar sarjana, sudah layak dan sepantasnya jika saya menyukai tanaman. Tapi ya, selama ini baru sebatas suka memandang saja. Jika untuk urusan tanam menanam, ibu saya jagonya. Iya, lho..segala jenis tanaman berhasil ditanam dan hidup dengan tangan dinginnya. Kalau saya yang nanam ? Belum tentu..beberapa jenis tanaman pernah mati ditangan saya. Sedih. Mungkin saya belum paham penanganannya.

Namun sejak keluarga saya tinggal di rumah dekat makam, dan masih ada lahan yang cukup luas untuk ditanami banyak tanaman, dan bisa disulap menjadi kebun serta taman, saya mulai menyukai untuk turut andil dalam dunia persilatan eh..pertanaman. Tanaman yang sedang saya tanam adalah sejenis bumbu dapur yaitu kencur dan kunir. Ah, itu mah gampang, tinggal ditancep langsung tumbuh. Iya, memang begitu..gampang dan yang penting ada kemauan. Itu saja sebenarnya sayarat yang harus ada. Nggak usah muluk-muluk.

Lalu tanaman lain yang sudah ditanam ibu saya apa ? Banyak, mari kita rinci satu persatu. Dari jenis buah-buahan, ada pohon pisang, kelengkeng, pepaya, jeruk nipis, jeruk purut dan lain-lainnya yang ditanam di antara pohon jati yang sudah tumbuh duluan. Dari jenis sayuran ada tanaman cabe, terong, loncang, pare, katu dan lain sebagainya. Dari jenis tanaman hias ada kaktus dan anggrek. Banyak macamnya kan ? Iya, banyak sekali ada euphorbia, palem, gelombang cinta, lidah buaya, sansievera, lidah mertua, simbar menjangan, kelor, singkong tahun dan lain sebagainya. Jenis anggrek juga ada anggrek bulan, cattleya, golden shower, kalajengking dan lain sebagainya. Banyak ragamnya. Segala macam bibit ini sebagian besar beli dan sebagian lainnya ada yang dikasih orang dan ada yang minta pula hihi..

Dari beragam tanaman ini, ternyata tidak semua mendapat perlakuan yang sama. Iya, untuk kaktus jelas tidak boleh menyiram air terlalu banyak. Karena kalau kebanyakan air bisa busuk, sebab kaktus mempunyai kantong didalam tubuhnya untuk menyimpan air. Lain halnya dengan anggrek yang butuh banyak air dan tempat yang tidak terlalu panas. Bisa-bisa kering kerontang dan daunnya menjadi kuning jika lupa disiram dan terlalu kepanasan. Jenis pupuknya pun berlainan. Hanya sekarang ini, saya memakai pupuk kandang yang lebih fleksibel bisa dipakai untuk hampir semua jenis tanaman.

Ada beberapa tanaman yang memang membutuhkan banyak sinar matahari, ada yang suka di tempat teduh dan ada pula yang tumbuh subur di tempat yang lembab. Salah penempatan bisa mengakibatkan tanaman itu tumbuh ala kadarnya tidak maksimal. Saya punya tanaman kuping gajah disimpan di tempat yang agak lembab dan jarang kena sinar matahari tumbuhnya agak bantat, daunnya kecil tidak tumbuh mekar. Mungkin ini salah satu faktor penyebabnya  adalah kurang sinar matahari. Maka saya akan mencoba memindah tempatnya ke yang lebih banyak sinar matahari, mungkin akan ada perubahan yang cukup signifikan.

Nah, saya dapat menyimpulkan bahwa sebagai tanaman yang merupakan makhluk hidup, mereka pun butuh perlakuan yang berbeda-beda. Masing-masing punya jenis dan karakter yang berlainan satu sama lain. Tidak bisa disama ratakan. Maka supaya hasilnya maksimal, saya harus mengenal karakter dan kebutuhan mereka satu persatu. Wuah..riweh juga ya, tapi percayalah dengan merawat tanaman bagi saya serupa dengan terapi kejiwaan. Dimana saya akan merasa damai dan tentram bila mereka tumbuh dengan sebaik-baiknya. Dan saya pun ikut sedih jika mereka menjadi layu ketika lupa tidak disiram. Jangan sampai mereka mati karena perlakuan yang tidak semestinya. Oh, no..

Yang pasti, hobby baru ini memberi kesibukan baru bagi saya. Rasanya lebih bahagia melihat tunas-tunas yang bermunculan, atau melihat calon bunga yang akan mekar sebentar lagi. Dan tak sabar untuk menunggu bunga mereka bermunculan silih berganti. Aih..cantiknya..Betapa besar karya ciptaan Tuhan, dan tugas kita tinggal merawatnya, mengembang biakkan supaya mereka tidak punah kehilangan generasi penerus. Jiah..serasa generasi penerus bangsa kali ya..Lha iya, tumbuhan itukan produsen, pioner kehidupan di muka bumi ini. Bayangkan jika tidak ada tumbuhan ? Adakah makanan, adakah makhluk lain yang hidup, adakah udara segar ? Bayangkan..ya bayangkan sambil menatap mata saya..hahahaha..mulai kacau nih..

Ok, sekian dulu cerita tentang hobby baru saya. Apakah hobby Anda ? Yuk...berbagi cerita di mana saja.. :)

Friday, March 15, 2013

Biar Sibuk, Hobby Jalan Terus

 Gambar dipinjam dari sini


Apakah Anda termasuk orang yang sibuk atau super duper sibuk ? Pengusaha, pegawai, wanita karier, ibu rumah tangga, dan profesi lainnya, tentu mempunyai kesibukan masing-masing. Semua tugas dan tanggung jawab minta untuk dikerjakan satu persatu. Maunya kita sih, sekali jalan semuanya beres. Tapi, apa iya, bisa begitu ? Tentunya tidak semudah itu.
Nah, bicara tentang kesibukan yang seabreg itu, seringkali menjadi alasan yang paling tepat untuk tidak melakukan kegiatan yang menjadi hobby kita selain di kala libur atau waktu senggang. Kata "mana sempat", menjadi ucapan yang pas untuk melakukan hobby hanya saat si moody datang. Padahal, tujuan melakukan hobby adalah untuk refreshing supaya badan tidak capek dan stress.
Contoh konkritnya saya. Dulu, waktu masih gadis, saya ini suka sekali olahraga. Lari sore, bersepeda, renang, senam aerobic, badminton, main bola pingpong, volley, basket..semuanya  bisa lakukan. Tapi ya itu, tidak ada yang saya fokuskan, jadi hanya bisa sekedar bisa tidak sampai tingkat mahir dan jadi atlit. Ehem..
Yang paling murah meriah adalah ikut senam aerobic. Dulu, saat saya masih kerja di Magelang, saya suka mengatur waktu untuk bisa senam karena kebetulan jam kerja saya ada 2 shift, pagi dan siang. Pokoknya ada niat, langsung jalan.  Saat itu ada kelas senam jam 8 pagi dan 4 sore, tiap hari tertentu. Maka, saya mengatur waktu bagaimana saya bisa ikut senam minimal seminggu dua kali. Jadi, waktu saya masuk kerja pas shift pagi, saya ikut senam sore hari, begitu pula sebaliknya saat masuk shift siang, saya ambil kelas senam yang pagi. Rasanya waktu itu cepat sekali berjalan tapi rasanya bugar selalu.
Lalu sekarang, saat saya sudah menikah, punya anak dan punya usaha sendiri, tentunya waktu 24 jam sepertinya tidak cukup untuk sekedar senam karena kesibukan. Maklum, mulai dari bangun pagi, mandiin anak plus nyiapin sarapannya yang sangat rempong di pagi hari, antar jemput sekolah, sambil ngurus usaha, mana sempat ikut senam ? Ternyata, ada solusi tepat untuk itu.
Ternyata, di TK anak saya, ibu-ibu yang mengantar anaknya sekolah, rata-rata punya kerinduan yang sama untuk bisa ikut senam bareng-bareng. Maka, dicapailah kesepakatan bersama untuk senam bareng-bareng di sebuah sanggar senam jam 8 pagi, pas saat anak-anak masuk sekolah. Jadi, berangkat sekalian mengantar anak sekolah, begitu anak masuk, maka ibu-ibunya senam aerobic yang tak jauh dari lokasi sekolah anak. Begitu selesai senam jam setengah sepuluh, tak lama anak sudah selesai dan dijemput sekalian. Beres kan ? Sekali merengkuh dayung, 2-3 pulau terlampaui. Efektif dan efisien sekali. Belum lagi efek yang dicapai dari senam, mau gemuk, mau kurus, mau kencang atau sekedar bugar, tentunya bisa dicapai dengan ketekunan. 
Jadi, kalau niat, sesibuk apapun waktu kita, bisa kita luangkan waktu untuk melakukan hobby. Tinggal diatur saja  bagaimana caranya supaya tidak mengganggu aktivitas yang lain. Dan tentunya, harus seijin suami ya..lha wong yang menikmati hasilnya siapa lagi kalau bukan untuk menyenangkan suami. Hehe..
Aseeeekkkk.. 

Thursday, September 27, 2012

Trouble Is My Friend


 Gambar diambil dari sini

Masalah ada ketika ekspektasi dan kenyataan tidak sama. Ketika harapan berbanding terbalik dengan fakta, saat itu kita menganggap ini sebagai masalah. Dalam hal ini, hanya ada dua solusi yang bisa kita lakukan. Yaitu yang pertama, mengganti ekspektasi atau harapan dengan yang masuk akal. Yang kedua adalah mengubah pola pikir bahwa kenyataan yang ada harus bisa diterima dengan tulus ikhlas sehingga ini menjadi bukan suatu masalah tetapi tantangan untuk mengubah kenyataan dengan strategi baru.

Pada dasarnya, masalah ada pada setiap makhluk hidup. Siapapun dia, kaya, miskin, ganteng, jelek.semua pasti punya masalah. Pola pikir yang berbeda-beda membuat tiap orang tidak sama dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang santai, gugup, bingung, marah dan lain sebagainya. Tujuannya sama, ingin keluar dari permasalahan. Lari dari masalah jelas tidak menemukan jalan keluar namun bisa menambah masalah.

Jadi, sebenarnya masalah bukan untuk dihindari tapi dihadapi. Adanya masalah berkaitan erat dengan hukum sebab dan akibat. Ada akibat, pasti berawal dari sebab. Oleh karena itu perlu ditelusuri asal muasal bagaimana masalah itu bisa hadir tanpa diundang. Sebab secara tidak sadar, sebenarnya kitalah yang mengundang masalah itu.

Contohnya saja saat kita dirundung suatu musibah. Musibah ini adalah masalah bagi kita. Lagi enak-enaknya sms-an di jalan, nggak tahunya ada sepeda motor yang menyerempet kita. Kita jatuh dan terluka hingga berdarah. Kita marah, minta ganti rugi. Coba, kalau begini sebenarnya siapa yang salah ? Secara tidak langsung kita menjadi pengundang utama musibah itu. Siapa suruh sms-an di jalan ? Sudah jelas ini karena faktor kurang hati-hati dan kelalaian saja.

Tiap pribadi berbeda-beda dalam menyikapi suatu permasalahan. Ada yang langsung tuntas, ada yang menganalisa masalahnya dulu, bahkan ada yang ini belum selesai sudah dapat masalah baru lagi. Semuanya saling berkesinambungan.

Sebenarnya, jika kita mau introspeksi diri, menelaah sebab akibat apa yang terjadi, akar permasalahan tidak jauh-jauh dari diri kita. Dan sebenarnya, jalan keluar pun hanya kita yang bisa menyelesaikannya karena kita yang tahu persis apa sebabnya. Cuma seringkali, kita terhalang oleh rasa gugup, panik, kecewa, sedih saat masalah datang tiba-tiba. Rasa khawatir berlebihan itulah yang menutup jalan untuk mencari apa sebab akibatnya. Bahkan, tak jarang pula kita mencari kambing hitam sebagai penyebab masalah itu. Cobalah untuk tenang, rileks..ambil nafas panjang saat masalah datang. Dengan tenang, dijamin pikiran menjadi jernih dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dan satu lagi, dengan berpikir bisa, akan menuntun kita untuk bisa mencari jalan keluar. Sebaliknya, jika kita berpikir tidak bisa, buntu, putus asa sudah pasti hanya akan membuat masalah tidak terselesaikan tetapi malah menumpuk dan bukan tidak mungkin malah akan membuat masalah baru. Pusiiiinnnngggg kan kalau sudah begitu..

Contoh lain dalam menghadapi masalah adalah dengan mengenali diri. Misalnya, kita sendiri yang paling tahu berapa penghasilan kita tiap bulan. Lalu, kita punya keinginan untuk memiliki sebuah mobil. Kita sendiri yang bisa memutuskan apakah kita sudah mampu untuk itu. Jangan sampai hal ini menjadi masalah di kemudian hari. Mobil apa yang akan kita ambil perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan budget kita. Misalnya, tentang pembayaran, apakah secara cash atau cicilan tiap bulan. Ketika tabungan kita tidak cukup untuk cash, berarti kita ambil langkah kedua yaitu secara angsuran. Tabungan cukup untuk uang muka, berarti kita harus siap mengangsur tiap bulan sebesar rupiah yang kita mampu. Intinya, jangan sampai melebihi kemampuan kita. Kalau kita mampunya mengangsur untuk jangka waktu sepuluh tahun dengan cicilan paling rendah, ya kita pilih yang itu. Toh, kita tidak ingin keberatan tanggung jawab. Kalau kita nekat mengambil jangka lebih cepat dengan cicilan yang lebih tinggi dari penghasilan kita, berarti kita mengundang masalah. Apa kita mau, hidup tekor tiap bulan untuk mencicil mobil sementara kebutuhan pokok kita terabaikan hingga kita harus ngutang sana-sini demi gengsi ? Mau menanggung malu jika suatu saat mobil ditarik kembali karena kita tidak mampu mencicil hanya karena salah mengambil keputusan ? Itulah, berpikir sebelum bertindak menjadi penting saat ini demi kelangsungan di masa yang akan datang. Kita kan maunya hidup ayem tentrem dengan seminimal mungkin masalah. Atau kalau memang masalah itu ada, kita bisa dengan mudah mengatasinya.

Sesulit apapun masalah, kalau mau kita anggap teman, masalah itu akan menjadi mudah diselesaikan. So, trouble is my friend seperti kata lagunya Lenka. Ho oh..Dan jangan takut, justru dengan adanya masalah, kita akan menjadi kuat dan teruji. Cieee..

Friday, June 8, 2012

Dunia Maya = Dunia Massa



Gambar diambil dari sini

Beberapa hari yang lalu, saya terhenyak ketika salah satu karyawan saya yang lulusan SMP menyodorkan kepada saya gambar motor yang diinginkannya via Google dari handphonenya.

“Kamu internetan ?,” tanya saya.

“Iya, Bu..”, jawabnya.

“Boros dong..kan mahal browsing internet dari HP..”

“Iya, Bu..mahal, tapi kadang ada paket hemat dari kartu Anu..”

“Kamu facebookan juga ?”

Karyawan saya yang namanya A itu mengangguk sambil tersipu malu.

Luar biasa, perkembangan teknologi sudah demikian cepatnya merambah hingga ke segala penjuru dunia, termasuk di daerah saya tinggal sekarang yang tergolong daerah pinggiran. Gunung Kidul, dulu merupakan daerah pelosok yang lekat dengan kemiskinan, kekeringan dan merupakan daerah tertinggal. Namun kini, Gunung kidul adalah daerah yang cukup maju dan siap untuk bersaing dengan daerah lain yang sudah lebih dulu maju. Banyaknya penduduk setempat yang merantau dan sukses di daerah orang, secara tidak langsung turut mengentaskan kemiskinan di kampung halamannya. Seiring pula dengan perkembangan pola pikir dari penduduk setempat yang mudah untuk mengikuti perkembangan jaman.

Beberapa waktu lalu, pernah diberitakan di media massa jika pernikahan dini tertinggi di Indonesia terjadi di Gunung Kidul sejak adanya facebook. Media sosial seperti facebook dan perkembangan internet yang mudah diakses lewat handphone secara langsung atau tidak, memberikan dampak positif dan negatif. Benar atau tidaknya, kehadiran facebook semakin mempermudah akses dalam pertemanan menjadi pergaulan yang bebas atau tidak tergantung kepada pribadi masing-masing. Pada dasarnya, pernikahan dini sudah terjadi sejak jaman dulu. Namun ketika angka statistiknya meningkat akhir-akhir, dan berdasarkan pertanyaan dari para penghulu kepada calon nikah muda apakah mereka mempunyai akun facebook, sebagian besar menjawab ya, punya, dan terus terang menyatakan kenal pasangannya dari facebook. Jadi..apakah memang ada hubungannya antara facebook dan nikah dini, bisa jadi, iya.

Di dunia maya, segala sesuatu bisa terjadi. Semua orang bebas mengekspresikan apa yang dia maui. Mau menjadi apa dan siapa, semua berhak membangun personal branding-nya masing-masing. Segala eksistensi dan karakter begitu gamblang tersirat dan tersurat walaupun seringkali terasa begitu bias. Rancu antara nyata dan semu.

Tentunya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari arus internet yang begitu cepat adalah dengan adanya saringan atau filter dari masing-masing pribadi.

Zaman dulu, silaturahmi bisa terjalin melalui face to face, kunjung mengunjungi walaupun terbentang jarak dan waktu. Sekarang, jarak bukan lagi menjadi kendala dalam berkomunikasi. Hanya dalam hitungan menit bahkan detik, dunia terasa dalam genggaman. Luar biasa..

Layaknya dunia nyata, dalam dunia maya juga ada ajang gaul antar golongan. Hanya dengan komentar disana-sini, seseorang bisa dianggap gaul dan populer di dunia maya. Komentar positif atau negatif bisa menggambarkan bagaimana sifat seseorang secara tersirat. Plus keberuntungan atau caci maki bisa didapatkan pula di dunia maya. Saat terjadi insiden mobil Avanza nabrak beberapa orang hingga tewas, Afriani, sang pelaku mendapatkan hujatan ramai-ramai dari orang yang mungkin belum dikenalnya di dunia nyata, namun akun twitternya penuh dengan sumpah serapah dan penghakiman dunia maya. Luar biasa.

Dalam hal tertentu, dunia maya bisa mengambil alih peran begitu rupa layaknya di dunia nyata. Ada arisan, ada ngerumpi bareng-bareng, ada perkumpulan orang yang punya hobby sama, ada hiburan, ada diskusi, macam-macam semuanya ada.

Dan sekarang ini, dunia maya bisa mengganti peran sebagai media massa, dimana orang bisa bikin buku, surat kabar, hanya dengan membaca di layar monitor tanpa harus dicetak. Dunia maya juga dipilih menjadi media promosi bisnis-bisnis yang cukup efektif. Memang lebih praktis dan memudahkan. Namun, berapa banyak waktu yang terluang untuk bisa di dunia maya secara terus menerus ?

Yang pasti, dunia maya dan nyata tetap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lebih nyaman dimana, monggo..

Thursday, November 3, 2011

Apakah Anda Konsisten ?

Tidaklah mudah membangun suatu personal branding yang lekat dengan sifat konsisten. dalam kehidupan ini banyak sekali kita jumpai figur orang yang dengan mudah mengumbar janji untuk kemudian dengan mudah pula mengingkarinya tanpa realisasi yang pasti. Bagaimana sikap Anda jika bertemu orang yang tidak konsisten, atau jangan-jangan kita sendiri termasuk tipe orang seperti itu ? Hm..

Pengalaman saya, berulang kali dikecewakan oleh orang yang nggak konsisten cukup membuat geregetan juga. Contohnya saja dalam soal utang piutang atau soal pinjam meminjam barang dengan teman. Dia sendiri yang berjanji akan mengembalikan dalam tempo 1 bulan, pas saat jatuh tempo alasannya ada saja, sengaja mengulur-ulur waktu tanpa memperhatikan bagaimana perasaan yang dikecewakan. Dengan enteng, tanpa rasa bersalah, padahal uang yang dijanjikan akan dikembalikan benar-benar saya butuhkan. Sekali, dua kali saya amati, saat tidak ada itikad baik, hubungan langsung saya putus. Untuk selanjutnya, jika dia merengek-rengek minta dipinjami uang lagi, jangan harap akan diberi lagi, susah nagihnya.

Demikian pula saat berbisnis, antara suplier dan penjual harus ada rasa saling percaya dan tentunya konsistensi harus dijaga. Tagihan lancar, hubungan personal baik, sudah pasti akan tercipta aura positif yang akan memudahkan kelancaran bisnis dan saling menguntungkan. Saat salah satu pihak mulai tidak konsisten dan merugikan salah satu pihak sehingga tidak dapat bekerja sama dengan baik, maka otomatis hubungan bisnis menjadi tidak sehat lagi yang bisa berakibat pada pemutusan hubungan bisnis.

Saya sendiri berusaha sejauh saya mampu untuk menjadi pribadi yang konsisten. Saya mulai dari hal yang paling sederhana dulu yaitu berusaha on time saat memenuhi janji. Hal ini berlaku dalam hubungan pertemanan dan yang lebih penting dengan relasi bisnis. Saya sering merasa tidak enak jika orang lain harus menunggu, jadi pilihan saya adalah on time dengan harapan orang lain bisa on time juga. Kalau pun saya harus menunggu beberapa menit sih nggak masalah, tapi kalau sampai berjam-jam lebih baik saya tinggal. Waktu sangat berharga jika dibiarkan untuk menunggu orang yang tidak dapat menghargai orang lain.

Kemudian dalam kehidupan sehari-hari, saya juga berusaha untuk mengatakan apa adanya. Saat saya tidak bisa, saya akan bilang tidak bisa demikian pula sebaliknya. Lebih baik jujur di awal daripada bilang bisa kenyataannya tidak bisa malah lebih melukai perasaan orang lain. Sebisa mungkin saya berusaha membuat sinkron antara perkataan dan perbuatan. Memang tidak mudah, tapi hal ini berkaitan dengan soal disiplin, tanggung jawab dan kebiasaan.

Pada kenyataannya, menjadi orang konsisten lebih banyak diperhitungkan dalam dunia bisnis. Segala kesempatan dan peluang akan terbuka lebar saat kita mampu bekerjasama dengan baik dengan rekan bisnis kita. Segala jalan akan dipermudah untuk kelancaran bisnis. Lain halnya jika menjadi orang tidak konsisten, orang tidak mudah percaya dan segala sesuatunya akan terasa sulit. Padahal, dalam dunia usaha, maunya untuk jangka panjang dan bisa diwariskan kepada keturunan kita. Saat usaha kita bisa dipercaya karena konsistensi kita, orang akan lebih menghargai dengan baik. Dan itu berlaku bagi siapa saja.

Jadi, konsistenlah mulai dari sekarang..

Friday, August 12, 2011

Kebiasaan Aneh..



Baru-baru ini anak saya mempuyai kebiasaan aneh yang cukup mendebarkan. Mau tahu apa kebiasaannya ? Ya ampun..sebenarnya saya malu untuk mengatakan ini. Tapi apa boleh buat, siapa tahu bermanfaat bisa untuk berbagi cerita atau barangkali ada yang punya pengalaman serupa ? Kalau begitu, selamat ! Kita senasib ! Hiks..ahahahaa...


Penasaran ? Apa kebiasaannya..( sengaja mengulur waktu supaya tambah penasaran.. )


Jreng..jreng..kebiasaannya adalah...memegang telek ( maaf, kotoran binatang alias tahi ) !


Tak peduli kotoran ayam, sapi atau kambing. Pokoknya pas lewat, melihat 'benda' itu, Andro akan berlari mendekat, memegangnya kemudian tertawa-tawa. Giliran saya yang panik sambil mengejar-ngejarnya yang lari-lari kegirangan. Secepat mungkin saya akan membawanya ke kamar mandi mencuci bersih tangan dan kakinya dengan sabun. Plus wejangan tentunya bahwa apa yang dipegang itu kotor, bau dan banyak mengandung kuman yang bisa bikin sakit.


Tapi apa jawaban Andro ? Mau tahu ? Jawabannya adalah...telek itu lembut ! Alamak...dapat kosakata darimana anakku ? Bisa-bisanya punya opini demikian aduhainya tentang kotoran binatang. Perasaan saya jadi campur-campur antara mau marah, geli, bingung dan akhirnya..ikutan ketawa ngakak bersama. Wedew...pusing dah..!!!

Monday, June 27, 2011

Maling..oh..Maling..



Gambar dipinjam dari sini


Bersyukur. Terima kasih, Tuhan..karena Engkau masih berbelas kasih kepada kami. Tadi pagi, 28 Juni 2011, pukul 02.30 dini hari, gerombolan maling hampir membobol toko kami. Toko ban dan onderdil mobil sebagai sumber mata pencaharian kami hampir diobrak-abrik maling. Gembok di rooling door sudah raib tak tahu kemana rimbanya, dan di tembok samping yang menjadi pembatas rolling door sempat dijugil beberapa kali. Lampu di atas yang di luar toko juga sengaja dimatikan mister maling. Hm..beruntung aksi mereka berhasil digagalkan karena keberanian Eko, karyawan jaga di toko handphone, pulsa dan PS sebelah toko kami.


Menurut keterangan Eko, yang biasa tidur di dalam toko PS, pagi tadi pukul 02.30, mendengar suara mobil berhenti di depan toko kami. Mesin mobil sengaja tidak dimatikan. Suara mesin mobil itupun terdengar sangat halus. Kemudian terdengar langkah kaki di depan toko. Eko masih berpikiran positif, barangkali orang itu adalah temannya yang jaga malam di toko besi punya om kami, yang tak jauh jaraknya dari toko kami. Tapi lama-lama mulai terdengar suara mencurigakan seperti orang menjugil dan suara gesekan rolling door yang cukup ribut. Eko segera tersadar bahwa itu pasti maling.


Eko dihinggapi rasa takut jangan-jangan gerombolan maling membawa senjata tajam yang membahayakan dirinya sehingga Eko pun takut keluar. Niat Eko untuk menghubungi temannya Budi pun urung karena ternyata handphone Budi tertinggal di dalam toko PS Eko. Asumsi Eko, maling itu berjumlah 2 orang. Dan mobil yang dikendarai mungkin sejenis mobil kijang, tapi Eko belum terlalu yakin kerena tidak melihat sendiri. Susana semakin mencekam, tiba-tiba muncul keberanian Eko untuk membuat keributan dengan mengebrak-gebrak rolling door tokonya. Upaya ini berhasil, kerena gerombolan maling segera kabur dan Eko baru berani membuka rolling door tokonya kurang lebih saat mobil maling bergerak sejauh 200 meter dari toko kami.


Kejadian ini membuat kami harus semakin meningkatkan kewaspadaan dan telah menyadarkan kami bahwa kami masih disayang Tuhan. Terima kasih Eko, keberanianmu telah menyelamatkan toko kami. Buat mister maling, semoga Tuhan mengampuni kalian semua karena kalian tidak tahu apa yang telah kalian perbuat.

Tuesday, June 14, 2011

Bersih Kali di Kali Talang




Ini pertama kalinya saya dan keluarga kecil ikutan meramaikan acara bersih kali di kali Talang, desa Sudimoro, kelurahan Kelor, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini digelar setiap tahun, dan saat ini merupakan ke-3 kalinya yang berlangsung dari tanggal 30-31 Mei 2011. Tahun kemarin, saat saya masih terbilang baru jadi penduduk disini, sudah digelar acara serupa untuk yang ke-2 kalinya, cuma sayang waktu itu saya belum ikut terlibat.


Acaranya seru ternyata, dan cukup memberi hiburan di daerah yang notabene jauh dari keramaian dan jarang ada hiburan layaknya tinggal di kota besar. Berikut saya deskripsikan acara yang berlangsung.



Senin, 30 Mei 2011


Tepat jam 19.00 setelah mandi, saya ngoprak-oprak bapaknya Andro untuk segera mandi. Agenda malam ini ditetapkan untuk memenuhi undangan bapak ketua RT setempat untuk ikut ngombyongi acara lek-lekan malam bersih kali Talang. Berkali-kali Andro sudah tak sabar untuk ikut berperan serta.


Ayo, papa cepetan mandi, kita pergi ke kali..”


Bapaknya masih ogah-ogahan belum beranjak dari posisi nglekar di depan TV. Beberapa hari ini memang sambat nggak enak badan akibat terjangkit flu yang berawal dari Andro, nular ke saya trus ke bapaknya sekalian. Kompak dah, sampai penyakit dibagi-bagi, saling balapan untuk sisi menghalau ingus yang berkali-kali mengalir tiada henti.


Sebentar ajalah, yang penting setor muka, nggak enak kalau nggak datang..”, ujar saya.


Sambil menunggu bapaknya untuk pergi mandi, saya nyambi ngracik-ngracik bumbu dan sayuran untuk besok pagi acara makan bersama di kali. Tiap keluarga kena jatah menyediakan nasi dan lauk pauknya 2 besek. Rencananya, besek-besek ini dikumpulkan untuk kemudian dimakan bersama-sama di kali dan satu lagi untuk dibawa pulang. Seperti kado silang gitulah, saling tuker-tukeran besek. Asyik, sro..


Dari siang hari saya sudah wara-wiri ke warung beli segala macam untuk keperluan memasak. Ada 4 menu yang akan saya masak yaitu oseng-oseng tempe + kacang panjang, mie goreng, ayam goreng dan telur rebus. Karena ini pengalaman pertama saya memasak 4 menu sekaligus tanpa dibantu siapa pun, maka saya harus bisa mengatur waktu supaya masakan bisa matang tepat pada waktunya. Saya cicil dulu untuk membumbui ayam sambil direbus, besok tinggal goreng, sreng..Tempe dipotong-potong digoreng dulu. Nanti sepulang lek-lekan baru dimasak. Bumbu seperti bawang merah, bawang putih sudah dikupas dulu supaya tidak kesusu nantinya. Beres..sekarang berangkat lek-lekan dulu..


Sampai lokasi, kami disambut pagar betis..eh..para among tamu yang berdiri disepanjang jalan masuk untuk memberi salam. Suara lagu mengalun dari sound system. Salah satunya lagu Betharia Sonata yang begini syairnya..” pulangkan sajaa...aku pada ibuku..atau ayahku..”. Duh..kok lagunya sedih ya..hiks..jadi inget jadul waktu masih duduk di bangku SMA, lagu ini familiar banget di telinga.


Di sekeliling kali, terhampar tikar untuk duduk lesehan, suasana terang benderang oleh lampu yang dipasang di terpal. Seperti pesta kebun, bo..disekitar kali banyak pohon-pohon beringin besar yang dibawahnya muncul mata air itu. Konon menurut cerita, air kali yang sebenarnya mirip sendang ini tidak pernah kehabisan air. Saat musim kemarau panjang, saat sumur-sumur penduduk asat, kali ini tetap ada airnya sehingga penduduk seringkali mengambil air dari sini untuk keperluan sehari-hari. Tak jarang anak-anak kecil juga mandi di kali ini.


Kali ini berada tepat di bawah pohon beringin besar yang umurnya sudah puluhan tahun. Mungkin air ini berasal dari mata air bawah tanah yang secara tidak langsung keluar melalui akar-akar pohon ini. Sehingga dipercaya, air ini bisa mendatangkan rejeki dan kemakmuran penduduk sekitar sehingga perlu dibersihkan paling tidak setahun sekali.


Nah, di malam ini berkumpul penduduk yang terdiri dari 3 dudun yaitu Sudimoro, Mengger dan Kelor. Sebagai tuan rumah adalah dudun Sudimoro, 2 dusun lainnya sebagai tamu undangan. Disekitar tikar yang digelar, ada tempat yang lebih atas semacam pendopo, ditempatkan banyak alat-alat musik gamelan. Ada gong, kendang, dan klonengan. Yang nggamel adalah penduduk sendiri. Lagunya uyon-uyon atau uro-uro, musik kesenian tradisional khas Jawa Tengah. Musik ini biasanya disukai orang tua yang sudah sepuh, tapi jujur saat mendengar secara langsung, saya bisa menikmatinya. Atau karena saya sudah jadi orang tua jadi selera musik ikut berubah ya..? Hehe..


Tampak beberapa orang berbincang-bincang, dan beberapa gerombolan bapak-bapak membunuh waktu dengan bermain kartu diiring musik gamelan. Ada 2 kubu bapak-bapak yang bermain kartu, ibu-ibu hanya menjadi pengamat bapak-bapak yang bermain kartu sembari mengawasi anak-anak yang membentuk klub bermain sendiri diseling rumpian yang tak jarang mengundang tawa. Indahnya kebersamaan. Semuanya berbaur dalam keceriaan tanpa terkotak-kotakkan oleh suku, ras, agama ataupun status sosial. Ada pengusaha, petani, buruh bangunan, tukang batu, tukang kayu, pak polisi, ustadz, bahkan hadir pula rohaniawan katolik yaitu Pastor di paroki Kelor.


Malam semakin hangat saat minuman teh nasgitel ( panas, legi, kenthel = panas, manis, kental ) muncul bersama snack ringan pisang goreng, makroni goreng dan kue. Ngobrol seru sambil ngemil..nyam..nyam..Saya bayangkan, saat ini seperti berada di kafe terbuka dengan hiburan musik tradisional. Wuah..menyenangkan, gratis pula hihi..


Andro tampak senang berbaur dengan teman-teman kecilnya. Tingkah polahnya nggak bisa diam barang sedetik pun. Lari kesana kemari dengan penuh keceriaan. Bisa diam duduk setelah saya suruh minum teh dan makan snack dulu.


Ma, nanti ada makan malam ya?,” Andro bertanya.


Nggak tahu ya..jangan keras-keras nanyanya..”


Ada kok, tadi Andro lihat piringnya..”


Ya ampun, malulah saya, saat ibu-ibu di samping saya ikutan senyum mendengar celetukan Andro.


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Andro nggak mau diajak pulang. Matanya asyik mengamati gong yang besar. Sesekali tangannya memegang mikrofon di depan yang untungnya tidak dinyalakan. Kalau nyala, bisa gawat..Andro bisa bikin konser nyanyi sendiri. Akhirnya saya dan suami berinisiatif mengajak Andro pulang karena jam tidur sudah telat meski acara belum selesai.. Setelah dibujuk-bujuk karena besok pagi kesini lagi jam tujuh, Andro mau pulang. Tepat saat makan malam disuguhkan dengan piring secara estafet. Untung Andro tidak melihat, karena kami sudah berjalan menuju parkiran, sehingga acara pulang tidak tertunda.



Selasa, 31 Mei 2011


Alarm dari handphone berbunyi nyaring tepat pukul 03.30 pagi. Wuah..masih ngantuk, tapi saya ingat harus memasak untuk acara pagi ini. Semalam saya sudah nyicil masak oseng-oseng tempe sepulang dari lek-lekan. Saya masih berdiam belum beranjak dari kasur saat alarm berbunyi lagi. Suami ikut nglilir sebentar terusik oleh bunyi alarm dan cukup terganggu sehingga bunyi alarm harus dimatikan. Akhirnya dengan mata yang masih setengah terpejam, saya bangun, mematikan alarm dan beranjak ke dapur.


Jam empat pagi saya mulai memasak nasi, mie goreng dan menggoreng ayam. Jam setengah enam, masakan sudah siap semua dan mulai saya tempatkan di besek yang diberi alas daun pisang yang saya minta dari pohon pisang punya tetangga di depan rumah. Beres..selanjutnya mandi dan membangunkan Andro serta suami tersayang.


Jam tujuh kami berangkat ke kali membawa dua besek berkat makanan hasil memasak sendiri. Bangga lho, apalagi rasanya cukup lezat ( memuji sendiri huehehe..). Sampai di kali, sudah banyak orang berkumpul dengan peralatan bersih-bersih di tangan. Ada yang bawa gathul, sapu, arit dan lain sebagainya. Besek-besek di kumpulkan di pendopo. Semuanya larut dalam kegiatan kerja bakti bersama-sama.


Ada yang menarik saat saya melihat beberapa orang yang turun di kedalaman kali yang bisa dibilang hampir mirip sendang setengah sumur ini. Seorang bapak pemberani sampai menyelam untuk mengambil kotoran di dalam kali. Saat muncul, di tangannya banyak dedaunan dan sampah-sampah yang mengotori kali. Berkali-kali dilakukannya tanpa mempedulikan betapa kotor air kali itu dan matanya memerah. Luar biasa totalitasnya dalam bekerja. Saya kagum, lho..


Selesai bersih-bersih, sampailah pada acara puncak yaitu kembul dhahar setelah mendengarkan beberapa sambutan dari Ibu Lurah dan yang terkait, setelah sebelumnya berdoa bersama memohon kesuburan, kemakmuran, keselamatan, kemudahan rejeki dan kerukunan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Kemudian besek-besek dibagi, lalu dimakan bersama-sama sebagian ada yang dibawa pulang. Setelah kenyang, pulang bersama dengan sejuta rasa.


Itulah, sebagian cerita yang mungkin bisa memberi manfaat bagi kita semua. Inti dari event ini adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kerukunan dan pastinya untuk kebersamaan. Nilai-nilai yang mulai jarang ditemui di kota-kota besar..



Tuesday, April 13, 2010

Pekerjaan yang Menyimpang


Jadi tergoda ikut cerita tentang pengalaman kerja, nih..Bisa dibilang perjalanan karirku cukup beraneka-ragam dan satu sama lain tidak saling berkaitan. Dan yang lebih mencengangkan, pekerjaaanku sama sekali jauh dari background pendidikanku di bangku kuliah.

Sebagai Sarjana Sains dari Fakultas Biologi UGM, tentunya karier yang berhubungan adalah sebagai guru Biologi, peneliti atau ilmuwan, PNS di dinas Pertanian, Kelautan atau Peternakan atau sebagai pakar di bidang lingkungan. Tapi, apa yang terjadi pada diriku adalah pekerjaan yang sama sekali menyimpang. Awal-awalnya sih masih ada hubungan dengan disiplin ilmu kuliah, lama-lama kesana kok nggak nyambung blas..tapi yang pasti aku enjoy menjalaninya..

Asisten Praktikum

Saat masih di bangku kuliah aku nyambi menjadi asisten praktikum di laboratorium yang bertugas menerangkan teori dan metode kerja saat mau praktikum, membuat pre-test dan membantu mahasisiwa saat praktikum. Aku sempat jadi asisten di 3 laboratorium yang berbeda yaitu di laboratorium Fisiologi tumbuhan, laboratorium Struktur dan Perkembangan tumbuhan II dan di laboratorium Parasitologi.

Honor yang didapat sangat kecil tapi pengalaman yang aku dapatkan tidak ternilai harganya. Aku bisa belajar mengajar, menganalisa dan yang terpenting aku jadi memahami berbagai karakter mahasiswa dari macam-macam fakultas seperti dari Farmasi ( ini cita-citaku sebenarnya, tapi nyemplung di Biologi), Peternakan dan Kedokteran Hewan. Kegiatan ini otomatis terhenti setelah lulus kuliah karena memang diperuntukkan bagi mahasiswa.

Asisten Pengembang di Yayasan Pendidikan

Ceritanya begini, setelah lulus kuliah, aku mendapat tawaran kerja di salah satu yayasan pendidikan yang dirintis oleh mendiang Romo Mangunwijaya di Yogyakarta. Di yayasan ini aku diberi kebebasan untuk belajar apa saja yang aku ingin pelajari.

Enak banget sebenarnya, bisa belajar komputer gratis, membaca banyak buku, membantu para Pengembang kurikulum pendidikan berbasis kompetensi mas Nasar dan Mbak Ana..(Halo mas dan mbak ! Apa khabar ? ), digaji pula. Opo tumon, sudah belajar masih diberi uang saku. Semua ini tidak terlepas ucapan terima kasih saya untuk Romo Sari selaku Direktur yayasan kala itu.

“Anggap saja kamu belajar untuk meniti karier kamu selanjutnya. Di yayasan ini kamu boleh belajar apa saja, dan kamu boleh melamar pekerjaan kemana saja, tulis pengalaman kerjamu disini sebagai referensi kamu ke jenjang karier berikutnya. Cukup 3 bulan saja kamu belajar disini, setelah itu terserah kamu mau bekerja dimana, aku yakin kamu bisa menjadi wanita karier yang sukses..”

“Wah, terima kasih banyak, Romo atas kesempatan emas ini..saya akan belajar sebaik-baiknya..”

Jadilah aku karyawan tidak tetap di yayasan itu. Aku mencatat keluar masuk surat-surat, mengirim email dan membalas email dibawah pengawasan mas Tutuk yang hitam tapi baik hati. Mas Tutuk ini juga yang mengajariku tentang scan gambar, MS office, mengenal internet dan segala macam yang berhubungan dengan komputer. Disini aku juga boleh membaca buku yang banyak sekali termasuk buku Lupus juga ada..hehe..

Aku juga mencoba untuk membuat suatu metode pembelajaran yang efektif untuk anak SD bukan hanya sebatas teori saja. Maklum, yayasan ini merupakan pusat pengembangan Kurikulum berbasis kompetensi. Jadi, bukan hanya guru yang aktif, tapi siswa harus ikut aktif pula. Menemukan masalah, mencari solusi dan menyimpulkannya.

Contohnya begini. Tentang air. Secara teori air adalah zat cair yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Air juga bisa berubah bentuk sesuai dengan tempatnya. Disini siswa langsung diajak praktek dengan membawa ember, gelas, piring..kemudian siswa memindah-mindahkan air ke tempat / wadah yang berbeda-beda.

Dengan bereksplorasi langsung siswa bisa merasakan asyiknya bermain sambil belajar. Tidak hanya hafalan teori saja, tapi siswa terjun langsung melakukan percobaan dan dibebaskan dalam berkreasi. Sistem belajar seperti ini mempunyai banyak kelebihan yaitu siswa lebih aktif, kreatif, mudah untuk mengingat dan dapat menyimpulkan sendiri pelajarannya.

O,ya..sekolah binaan yayasan ini adalah SD yang mayoritas anak dari keluarga yang kurang mampu. Tak mengherankan jika anak-anak bersekolah tanpa alas kaki sandal atau sepatu dan tidak berseragam. Bahkan alat-alat untuk peraga disini memanfaatkan banyak barang bekas seperti koran-koran bekas, plastik bekas dan lain sebagainya. Kemiskinan bukan lagi alasan untuk tidak belajar. Dan yang membanggakan, dalam keterbatasan gizi dari makanan mereka, anak-anak di SD ini tergolong anak-anak yang penuh semangat dan cerdas. Tak jarang pertanyaan-pertanyaan kritis terlontar dari bibir mereka.

Hm..tak terasa tiga bulan lama bekerjaku di yayasan ini molor menjadi 4 bulan karena aku belum juga dapat pekerjaan yang lain. Setelah 4 bulan, aku memutuskan untuk keluar karena tidak enak dapat gaji buta. Ya iyalah, banyakan belajarnya kok makan gaji. Apalagi yayasan ini kan orientasinya untuk pengabdian bukan untuk mengejar bisnis semata. Lebih baik uang untuk gajiku dialokasikan untuk hal lain yang lebih fungsional. Resmilah aku jadi pengangguran.

Customer Service

Beberapa bulan kemudian aku mendapatkan tawaran pekerjaan sebagai Customer Service di sebuah distributor resmi handphone di daerah Magelang. Tawaran ini tak kusia-siakan. Jika pekerjaan pertama masih ada aroma pendidikan yang tidak jauh dengan ilmu kuliahku, kali ini aku belajar tentang menjual produk. Aku langsung kost di kota gethuk itu dan menjadi penjual handphone di bawah naungan Nokia Indonesia itu.

Senang rasanya pertama kali bisa menjual produk. Aku ingat, produk pertama yang aku jual adalah handphone type 3350 yang harganya masih 1 jutaan saat itu. Handphone ini termasuk type yang cukup laris kala itu. Di outlet tempatku bekerja ini juga dijual kartu perdana yang jumlahnya kala itu baru ada 3 operator dan GSM saja, belum banyak seperti sekarang dan CDMA kala itu masih jadi cita-cita.

Pernah ada pengalaman menggelikan ketika seorang customer dari Temanggung bertanya, “Mbak, Kartu Perdana sama Simpati bagus mana ya ?,” aku dan temanku bertatapan bingung mau menjawab apa. Aku pun menerangkan kalau kartu perdana itu ada 3 macam namanya dan menerangkan keunggulannya masing-masing, bla..bla..bla..”. Bapak itu pun mengangguk sambil tersenyum malu.

Aku bertahan hingga 3 tahun bekerja disini sempat pula dipromosikan ke lain divisi yang tidak lagi duduk di depan tapi di belakang layar mengurusi penjualan handphone untuk dialer-dialer. Kalau saat jadi Customer Service jam kerjaku shift bergiliran, kadang masuk pagi dari jam 09.00 – 16.00, kalau masuk siang dari jam 13.00 – 20.00. Maka sejak jadi staf Administrasi Depo aku punya office hour yang teratur dari jam 09.00 – 17.00. Jadwal libur juga lebih enak, hari minggu dan tanggal merah libur. Saat jadi CS libur hanya berdasarkan off saja di hari biasa dan hari minggu dan tanggal merah tidak libur. Dan yang pasti, gajiku naik setelah dipromosikan hehe..

Kasir Salon

Selepas bekerja di Nokia, aku hijrah ke kota udang mengikuti suamiku yang bekerja disana. Dan kebetulan ada lowongan pekerjaan sebagai Kasir di salah satu salon terbesar dan termahal di kota itu. Aku yang dasarnya suka sama hal yang baru dan senang bertemu banyak orang, kesempatan ini tidak kusia-siakan. Walaupun awalnya sempat mendapat banyak pertanyaan dari orang-orang terdekatku, sudah capek-capek kuliah kok kerja di salon ?

Tugasku disini adalah mengurus data dan pembayaran dari tamu salon yang kebanyakan adalah ibu-ibu Boss yang punya perusahaan di kota itu. Salon ini memang punya segmen pasar menengah keatas. Pantas saja tarifnya cukup mahal jika untuk gunting rambut saja harus merogoh kocek seratus ribu rupiah.

Kualitas cukup diperhitungkan di salon ini. Owner-nya saja seorang Bachelor lulusan dari Amerika. Salon ini sudah lama berdiri dan cukup sukses dikelola samapi tiga generasi. Stylist dan kapster-nya sudah sangat berpengalaman sehingga pelanggannya cukup banyak. Apalagi jika hari minggu dan libur aku cukup kewalahan mengurus antrian pembayaran. Bahkan pernah sampai keliru memberi kembalian sampai harus tombok ( resiko ini mah..).

Sukanya bekerja disini adalah aku bisa blow rambut tiap hari dan juga rambutku bisa di-color pakai cat rambut bermerk mahal secara gratis. Secara tidak langsung aku belajar untuk berpenampilan lebih rapi dan enak dilihat. Pokoknya happy banget deh kerja disini. Tapi jangan berpikiran macam-macam lho, salonku tempat bekerja bukan tempat salon plus-plus..bahkan pernah ada tamu laki-laki yang ditolak karena ingin dilulur oleh seorang wanita. Waduh..kalau mau luluran jangan disini, pak..emang kita cewek keren apaan ? Hihi..

Wirausaha

Setelah kenyang menjadi karyawan, aku dan suami nekad resign bareng-bareng kemudian buka usaha jualan ban dan suku cadang mobil sampai sekarang. Belum lama sih, baru 6 bulan ini. Susah juga pada awalnya dari berpenghasilan tetap trus menjadi berpenghasilan tidak tetap. Kadang ramai, kadang sepi..tidak pasti.


Hanya karena ada keinginan untuk berkembang dan memberikan masa depan yang lebih layak untuk anak, maka tekad kami sudah bulat berwirausaha di pinggiran kota Yogyakarta tepatnya di Gunung Kidul. Tempat yang sebelumnya belum pernah kami jamah, sekarang menjadi tempat penghasilan kami. Istilahnya masih mbabat alas. Tapi kami optimis pastinya.

Aku baru sadar pengalaman kerjaku yang beragam ternyata menjadi bekalku saat berwirausaha sekarang. Dengan menjadi asisten praktikum, aku belajar menganalisa, menjadi Customer Service melatih keluwesanku berkomunikasi dengan pelanggan dan bisa menjual produk, menjadi staf admin membuatku bisa membuat Laporan Penjualan dan segala hal yang berhubungan, menjadi kasir salon aku jadi bisa me-manage keuangan dan tahu seluk beluk dunia usaha plus bisa menjaga penampilan. Bermanfaat banget deh pokoknya, dari yang tadinya nggak nyambung sekarang bisa nyambung semua..pasti ini sudah direncanakan Tuhan..

Dengan berwirausaha, aku lebih bisa memantau anakku Andro, yang dulu sangat terbatas waktu karena menjadi karyawan. Memang awalnya harus menurunkan standart hidup, dari yang tadinya ada AC, sekarang cukup pakai AC (Angin Cendela ) saja..hehe..apalagi di desa masih banyak pohon, jadi masih lumayan sejuk tidak terlalu panas.

Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa jaga toko menunggu pembeli sambil ber-internet ria, mau kompasiana seharian…ayuk, facebook-an sampai bosan, mari..berkutat dengan mbah Google..wah, apa saja deh..dunia tak lagi selebar daun kelor meski tinggal di desa..sekali merengkuh dayung 2-3 pulau terlampaui dah..

Hm..panjang juga ya ceritanya, semoga bermanfaat ya..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...