Wednesday, May 25, 2022

Suasana Pantai Krakal Sebelum dan Saat Pandemi

Suasana Pantai Krakal
Keindahan Pantai Krakal


Suasana Pantai Krakal sebelum dan sesudah pandemi. Beberapa puluh tahun yang lalu, saya pernah ke Pantai Krakal di Gunungkidul. Pantai yang satu deret dengan pantai Baron, Kukup dan Sundak ini tak kalah elok indahnya. 

Masing-masing pantai mempunyai ciri khas yang hampir sama. Ngangeni untuk didatangi kembali. Jadi, beberapa waktu yang lalu, saya kembali ke pantai ini. Kalau dulu saya pergi dengan seseorang di masa lampau, kali ini saya datang bersama keluarga kecil tercinta. 

Ada suami, anak, ibu dan kerabat yang kebetulan sedang liburan di tempat kami. Seru! Piknik rombongan ini hebohnya tiada tara. Mengalahkan hebohnya deburan ombak dan pasir putih yang eksotis *lebay mode on*

Perjalanan waktu mampu membuat saya terheran-heran melihat kondisi pantai ini. Pangling! Iya, banyak perubahan yang membuat saya takjub. Ada pembangunan infrastruktur yang entah untuk apa.

Kesannya memang lebih modern dan tersentuh perkembangan jaman. Beda dengan jaman saat usia masih belasan saat pertama kali menginjakkan kaki disini. Hanya ada ganggang dan hamparan karang yang menjulang.

Iyes, jaman kuliah saya mencari ganggang laut disini sebagai bahan praktikum saya. Sayang sekali, jaman saya kuliah dulu belum ada handphone berkamera, jadi saya dan teman saya tidak mengabadikan momen mencari ganggang laut dengan ber-selfie ria. 

Dan di jaman itu saya belum mampu beli kamera  sekalipun kamera pocket berisi film. Jadi ya, tidak bisa membandingkan berdasarkan foto kondisi pantai di tahun 1997 dengan tahun 2016. 

Tapi tak mengapa, inti dari piknik bukanlah untuk membandigkan keadaan masa lalu dan masa kini. Semua sama indahnya untuk  dikenang. Huft.

Semenjak saya dan keluarga tinggal di Gunungkidul, piknik ke pantai bisa dikatakan sering. Apalagi kalau ada saudara yang berkunjung di rumah sekalian minta diantar ke pantai. 

Tak terhitung dalam setahun bisa berkali-kali ke pantai. Pantai yang dikunjungipun beragam. Nah, terkait pantai Krakal, saya sudah tiga kali ke sini selama tinggal di Gunungkidul dalam rentang waktu 8 tahun. 

Kalau di kronologiskan before dan afternya, saya ke pantai Krakal saat masih asri, belum tersentuh pembangunan infrastruktur, lalu kesini lagi saat pembangunan infrastruktur dalam proses dan sesaat setelah jadi pembangunan infrastrukturnya sudah jadi.

Pertanyaannya: pembangunan infrastruktur seperti apakah yang dimaksud?

Yuk, cermati foto berikut :)

Pantai Krakal
Bangunan sebelum jadi




Pantai Krakal di Masa Pandemi

Beberapa tahun kemudian, saya dan keluarga kembali lagi ke pantai Krakal saat suasana pandemi. Apakah ada bedanya? Jelas! Kalau suasana sebelum pandemi, pantainya ramai dengan banyaknya pengunjung.

Saat pandemi baru-baru ini, suasana pantainya sepi. Hanya ada keluarga saya dan beberapa pengunjung yang dapat dihitung dengan jari. Betul-betul serasa ke pantai milik pribadi.
 
Soal bangunan seperti jembatan di atas pantai yang biasanya untuk foto-foto masih ada. Hanya saja saat itu ditutup karena mungkin sepi dengan pengunjung yang biasanya berjubel. 

Kebetulan pula suasana lautnya saat surut, jadi bagian pantai di bawah jembatan yang biasanya berair, kali ini kering kerontang. Anak-anak jadi bermain pasir dan berenang di tepian sebelah sana.

Untuk lebih jelasnya, yuk tonton video saya di Youtube ya. Syukur-syukur jika berkenan untuk like, komen dan subscribe supaya saya makin semangat membuat konten-konten yang menarik dan bermanfaat.

Salam sehat!


Sunday, January 14, 2018

Ada Minyak Bulus dan Batu Akik Di Kebun Sayur



Apa yang terlintas di benak jika kita mendengar kata "kebun sayur"? Pasti bayangannya beragam sayur ya dari bayam, kangkung, terong, kacang panjang, tomat, buncis dan lain sebagainya. Mau masak apa saja pasti sudah tersedia bahannya disana. Tapi eits..saya kecele! Pasar Inpres Kebun Sayur di kota Balikpapan, Kalimantan Timur ini ternyata sama sekali tidak menjual sayuran. Jadi apa dong?

Ternyata oh ternyata, di pasar ini segala macam pernak pernik oleh-oleh khas Kalimantan berada. Dari batu akik, gantungan kunci, kalung, aneka bros, tas, baju, batu permata, senjata khas Dayak, pakaian, minyak gosok khas Kalimantan, sampai minyak bulus semuanya ada. Iya, minyak bulus! Ada yang tahu khasiatnya? :)

Berada di Kebun Sayur ini, mengingatkan saya pada shopping atau toko buku di Jogja. Bedanya, ruko-ruko di shopping yang dijual adalah buku. Sedangkan di kebun sayur yang dijual pernak-pernik semacam oleh-oleh.

Silakan, mau cari apa? (Doc : Juliastri Sn)

Daster juga ada :) (Doc : Juliastri Sn)
Rempah wangi, akar wangi juga ada (Doc : Juliastri Sn)


Kembali ke minyak bulus. Konon, khasiatnya banyak. Kalau saya spesifik untuk perawatan muka saya yang rentan jerawatan. Karena minyak bulus bisa mengencangkan kulit wajah, mencegah penuaan dini bisa mengurangi flek dan keriput di wajah juga. Kalau soal fungsi lain dari minyak bulus untuk masalah kejantanan pada pria atau mengencangkan bagian tubuh lain wanita, entahlah..saya tidak tertarik untuk mencobanya.

Penampakan minyak bulus (Doc : Juliastri Sn)


Jadi saya mencari minyak bulus yang katanya asli dari Kalimantan itu. Saya mendapat referensi, minyak bulus yang asli itu berwarna putih keruh, ada endapan semacam lemak putih kekuningan dan baunya khas. Banyak yang tidak betah dengan bau amisnya. Saya saja mesti menahan nafas sejenak saat mengoleskan minyak bulus di wajah saya setiap malam menjelang tidur. Tapi lama-lama terbiasa dengan baunya. Mungkin karena hidung saya mudah beradaptasi dengan aroma tertentu. Ah, iya minyak bulus bisa digunakan juga untuk mengatasi kaki pecah-pecah lho. Asal rutin memakainya.

Salah satu lorong Pasar Kebun Sayur (Doc : Juliastri Sn)


Di Kebun Sayur ini banyak sekali penjual minyak bulus. Rata-rata menawarkan harga yang beragam dengan penjual yang lain. Seperti biasa, saya mencoba menawar. Ternyata disetujui. Lalu terjadilah transaksi itu. Setelah mendapat minyak bulus, saya berjalan dari lorong demi lorong pasar Kebun Sayur yang dulunya pasar Inpres itu. 

Di Kebun Sayur ini ternyata banyak juga penjual batu akik yang sempat booming itu. Warna warni batunya sangat menarik. Harga yang ditawarkan pun beragam dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. 

Dipilih..dipilih batu akiknya :) (Doc : Juliastri Sn)


Batu akik warna-warni
Selalu menyenangkan berada di pasar. Mata dimanjakan dengan berbagai barang dagangan warna-warni. Kalau ada uangnya, maunya semua diborong, terus dijual lagi dengan mengambil untung di Jogja. Haha..Otak bisnisnya jalan. Tapi bingung bagaimana dengan ongkos bagasinya jika over capacity. Tet tot. Maka niat mau kulakan diurungkan. Murni jalan-jalan saja. Sementara bisnisnya libur. Supaya bisa menikmati liburan secara khusyuk. Jarang-jarang juga bisa bepergian jauh, harus dinikmati dong, ya kan?

Masih heran dengan namanya Kebun sayur tapi yang dijual sangat jauh dari namanya. Maka saat perut kami lapar, kami menuju ke warung makan seberang pasar dan kami baru bisa menemukan sayur disana. Tentu sudah berada dalam mangkuk ya! 

Di warung makan serba ikan dan sea food ini ada sayur asem lho :) (Doc : Juliastri Sn)
Wah, lagi musim Nanas :) (Doc : Juliastri Sn)


Selamat piknik! :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...