Gambar dipinjam dari sini
Besok,
ujian nasional berlangsung. Aku
harap-harap cemas. Inilah akibatnya jika belajar tidak pernah kontinyu dengan
dicicil setiap hari. Maunya serba instan, sks alias sistem kebut semalam.
Padahal, besok ada 2 mata pelajaran yang diujikan dan bahannya..amboi..banyak
sekali. Dan jujur, 30 persennya pun, aku sama sekali tak paham.
Pemberitahuan
akan adanya ujian nasional ini sudah dari beberapa bulan lalu. Namun dasarnya
aku ini paling suka hidup santai, nggak mau menderita sedikit saja dan sukanya
menunda waktu, jadilah seperti ini. Berburu catatan saja baru kemarin, pinjam punya
temanku yang paling pandai di kelas, aku fotocopy semuanya. Maklum, di kelas
aku ini paling malas soal catat mencatat. Kalau ada jam kosong, senangnya luar
biasa dan paling cepat ngacir dari
kelas, tanpa peduli ada tugas yang ditinggalkan oleh bapak ibu guru.
Kalau
saja tidak ada presensi, aku malas sekali sekolah. Maunya main-main saja,
begadang sampai tengah malam dengan teman-teman. Ikut gank motor, kebut-kebutan
di jalan rasanya keren sekali. Memacu adrenalinku sekaligus menantang jiwa petualangan masa remajaku.
Selalu ingin mencoba, termasuk banyak hal yang dilarang oleh orang tua, sengaja
aku langgar.
Bayangkan,
betapa malasnya harus bangun pagi-pagi, berangkat ke sekolah, lalu mendengarkan
ceramah guru yang sangat membosankan itu. Bikin ngantuk saja. Sepertinya tak
ada gunanya sekolah di jaman sekarang jika pertanyaan apa saja bisa dijawab
oleh mbah Google. Iya kan..?
“Sekolah
itu penting, demi masa depanmu..buat apa bayar mahal jika kamu ogah-ogahan sekolah
begini ? Percuma bapakmu membanting tulang demi sekolah kamu..”
“Kalau
boleh memilih, aku tidak disekolahkan juga tidak apa-apa, Pak..tidak usah repot-repot..”
“Apa
kamu bilang ? Anak jaman sekarang bisanya membantah orangtua saja, kita lihat
jadi apa kamu nanti, jika belum tahu apa-apa saja sudah sombong..!”
Bapak
meradang. Ini perdebatan yang kesekian. Semuanya terasa begitu memuakkan.
Kenapa semuanya harus diatur begini, begitu..
“Tidak
semua orang punya kesempatan bisa sekolah seperti kamu. Jalan hidupmu masih
panjang, jangan sampai kamu menyesal di masa tuamu..”
Pelan-pelan,
aku beringsut keluar. Menuntun sepeda motorku, kemudian menyalakan motorku di
ujung gang. Dan aku sudah hapal, akan terdengar teriakan bapak memanggil namaku
ketika tersadar aku kabur begitu saja. Tanpa pamit. Sudah beratus-ratus kali
aku mendengar ucapan bapak seperti itu. Namun dasarnya aku ini bandel dan
kurang ajar, semua ucapan itu hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Guru-guru di sekolah pun sudah hapal dengan tabiatku. Dan yang mereka bisa
lakukan sekarang adalah dengan pembiaran. Karena dengan nasehat apapun, tak
akan bisa membuatku menjadi anak yang
manis. Bapak pun sudah berulang kali menjadi langganan panggilan guru BP jika
aku berulah di sekolah. Berkelahilah, boloslah, pokoknya selalu membuat
masalah. Dan sampai saat ini, aku belum
pernah jera. Lha wong dengan orang
tua saja aku berani membantah, apalagi dengan orang lain ? Nggak akan mempan.
Memang kepalaku ini keras sekali. Entah salah siapa aku bisa jadi begini.
Kembali
ke ujian nasional besok, aku sama sekali tidak siap. Dari tadi aku hanya
termangu bingung mau belajar darimana. Fotocopy catatan ini begitu banyak, tak
akan mungkin kulahap dalam waktu semalam. Kulihat jam di dinding, sudah hampir
jam dua belas malam. Senakal-nakalnya aku, ada ketakutan juga jika besok aku
tidak lulus. Bagaimanapun, harga diriku dipertaruhkan. Nakal boleh saja, tapi sembodo. Harus begitu. Kalau aku tidak
lulus, berarti akan menambah waktu tersiksaku di bangku sekolah. Jadi, malam
ini aku harus menentukan nasibku sendiri.
Aha..aku
ada akal. Aku mengambil beberapa kertas, kulipat-lipat dan kutulis dengan bahan
yang kuanggap penting. Aku memprediksi soal apa yang akan keluar besok dan aku
menyiapkan contekannya. Curang..? Ah, yang penting aku bisa lulus. Persetan
tentang bagaimana caranya apakah halal atau haram. Bukankah selama ini
banyak berita di tivi kalau anak-anak
sekolah diajari berbuat curang bahkan oleh gurunya sendiri demi prestise
kelulusan sekolah mereka ? Apa bedanya dengan aku sekarang ? Ah, iya..bedanya,
aku melakukannya sendiri, dengan kesadaran tanpa paksaan dari siapapun untuk berbuat
curang. Perkara dosa, biar aku sendiri
yang tanggung. Urusanku sama Tuhan.
Jadi,
kupersiapkan contekan untuk dua mata pelajaran itu. Aih..repot juga ternyata
membuat contekan. Mau tak mau feeling-ku
harus jalan, memprediksi mana yang besok akan keluar dalam soal ujian.
Memoriku timbul tenggelam berusaha
mengingat apa yang biasa diterangkan berulang-ulang oleh guru. Biasanya itu
yang menjadi soal primadona. Tapi ya percuma, wong aku tidak pernah
memperhatikan kalau sedang diterangkan. Pikiranku suka mengembara kemana-mana. Termasuk
berkhayal tentang cita-citaku menjadi pembalap seperti Valentino Rossi.
Wuah..pasti aku akan dielu-elukan banyak orang, dikelilingi banyak wanita
cantik, senangnya…. Toh, aku sudah punya nyali yang cukup besar, yang menjadi
modal utama jika ingin menjadi pembalap.
Jadi
ya, lagi-lagi aku memilih secara acak saja bahan mana yang kuanggap penting menjadi soal ujian.
Kalau terpaksa, aku memakai metode menghitung kancing baju, untuk memilih bahan yang kira-kira pas untuk
soal ujian. Duh, pegal juga tanganku menulis dan berpikir untuk
mengingat-ingat, memilih mana yang akan keluar besok. Kulihat jam sudah
menunjukkan pukul tiga. Ah..proses ini harus kupercepat. Kertasnya panjang
sekali, kulipat menjadi kecil sekali. Aku mulai berpikir mencari cara yang
paling jitu supaya guru lengah dan tidak mengetahui contekanku itu. Ah, itu sih
situasional saja. Lihat bagaimana kondisi di kelas besok pagi. Yang pasti
aku harus bersikap tenang, tidak
mencurigakan saat melakukan ritual mencontek itu. Pasti bisa, lha wong aku ini si raja akting, dan
punya 1001 cara untuk melakukan kecurangan secara aman terkendali.
Fiuh..akhirnya
selesai juga contekanku. Olala..jam di dinding menunjukkan pukul lima. Aku
takjub, berhasil melewati 5 jam berkutat dengan bahan pelajaran yang terasa
menjemukan itu. Kalau bukan demi harga diri, aku enggan untuk melakukannya. Ya,
sekali-kali bikin bangga orangtualah jika aku bisa lulus ujian nanti. Ini lho,
pak..anakmu yang nakal ini, ternyata sembodo
juga kan..bisa lulus ? Baru aku bisa bertepuk dada. Perihal caranya bisa lulus
bagaimana, ssttt..ini rahasia, jangan bilang-bilang ya..
Hoahem..aku
dilanda rasa kantuk yang hebat. Walaupun aku ini biasa begadang dan 3 gelas
kopi sudah ludes kuminum, namun tak urung mengantuk juga. Ah..masih ada waktu
satu jam untuk tidur. Lumayan daripada batal ikut ujian. Kusetel weker jam 6
pagi. Lalu aku pulas menuju pulau kapuk dengan sukses.
Samar-samar
aku mendengar bunyi weker. Mataku terasa berat. Dengan mata terpejam, tanganku
meraih weker itu dan mematikan alarmnya. Ah..berisik. aku ingat aku akan UN
hari ini, tapi aku memberi toleransi waktu 5 menit untuk memuaskan kantukku
ini. Ya, lima menit saja dan aku akan bangun tanpa bunyi weker lagi.
Aku
tersentak saat aku merasa tubuhku basah. Dingin merasuk begitu cepat. Dalam
keadaan mata yang belum sepenuhnya terbuka, aku melihat bapak berkacak pinggang
dengan menenteng ember. Inilah cara bapak membangunkanku.
“Mau
bangun jam berapa cah bagus ? Mau lulus ujian nggak kamu ? He..?”
Tergagap
aku melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Oalah..alamat telat ini.
Bergegas aku menuju kamar mandi. Handuk di jemuran kusambar begitu saja. Aku
mandi kilat ala bebek. Cukup muka ini basah oleh air dan gosok gigi. Itu yang
utama. Bukankah badanku sudah basah diguyur air saat bapak membangunkanku ?
Cocok.
Seragam
abu-abu kukenakan ala kadarnya. Hem putih kumasukkan celana dengan serampangan.
Tak peduli kusut dan jauh dari kata rapi. Aku alergi dengan segala bentuk
kerapian. Menurutku, laki-laki rapi itu identik dengan banci. Lagipula, siapa
yang mau dengan susah payah mencuci dan setrika baju di rumah ini ? Sejak ibu
meninggalkan rumah ini, aku mencuci bajuku sendiri tanpa pernah disetrika.
Ah..kalau tidak terpaksa, mana mau aku melakukannya. Dan baju bapak ? Siapa
yang mencucinya ? Ya bapak sendirilah, tapi memang bapak membiarkan aku untuk
mencuci bajuku sendiri supaya tidak manja. Bah.
Kupacu
sepeda motorku dengan kecepatan di atas angin menuju sekolahku. Contekanku
sudah bertengger manis di saku bajuku. Semalam aku sudah membentuknya
sedemikian rupa dengan lem dan karet sehingga bisa digulung begitu kecil.
Rencananya, contekan itu akan aku tempel di laci meja, sehingga gulungannya
nanti bisa ditarik saat pengawas lengah. Siplah pokoknya. Lihai.
Sampai
di sekolah, tepat saat bel sekolah berdentang. Masih untung aku nggak telat.
Aku senyum-senyum iseng, menggoda teman-temanku yang pasang muka tegang.
Sepertinya hanya aku yang berwajah tenang saat ini.
Semua
peserta ujian sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing. Semuanya tegang,
gelisah dan harap-harap cemas. Semua menoleh begitu tiga pengawas memasuki
ruangan. Salah satu pengawas memimpin kelas.
“Selamat
pagi anak-anak..”
“Selamat
pagi pakkkk…”
Semua
menjawab serentak. Aku menangkap, ada kesan gelisah di wajah para pengawas.
Seperti ada sesuatu yang akan dibicarakan.
“Anak-anak..dengan
berat hati bapak mengumumkan, sampai saat ini soal ujian dari pusat belum
sampai ke sekolah. Padahal jadwal ujian nasional hari ini. Maka dengan terpaksa
ujian nasional ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Mohon maaf atas
keterlambatan ini.”
Aku
melongo. Sama sekali tidak menduga dengan apa yang dikatakan bapak pengawas
itu. Seketika kelas menjadi gaduh, semuanya bingung, tak tahu harus berbuat
apa, wajah-wajah kecewa begitu jelas terpancar. Bahkan beberapa ada yang
menangis. Perasaanku menjadi tidak karuan. Kecewa, ya akupun kecewa. Kerja
kerasku semalam membuat contekan berakhir sia-sia hari ini. Pemerintahan macam
apa ini, jika tidak siap dengan UN yang dicanangkannya sendiri.
Ah..sebodoh-bodohnya dan senakal-nakalnya aku, aku merasa geram dengan
ketidakbecusan ini. Tahu bakalan seperti
ini, aku tidur saja tadi malam tanpa repot-repot buat contekan. Huh.
hahahaha...ini terinspirasi kisah sejatikah mak :D...salam kenal yaaa....
ReplyDeletehahaha..berdasarkan riset mak Indah.. :D
ReplyDeletesalam kenal kembali.. :D
Kerenn
ReplyDelete