Kalau selama ini ada pemikiran bahwa membuka usaha itu harus di kota besar, kami justru membalik mindset itu. Di pinggiran kota masih banyak peluang usaha kalau kita mau mengolah. Mbabat alas istilahnya.
Tuesday, October 11, 2011
Peluang Usaha Di Kota Kecil
Kalau selama ini ada pemikiran bahwa membuka usaha itu harus di kota besar, kami justru membalik mindset itu. Di pinggiran kota masih banyak peluang usaha kalau kita mau mengolah. Mbabat alas istilahnya.
Sunday, August 21, 2011
Bisa Karena Biasa
Saya pun tidak menyangka jika ternyata saya punya bakat menjual dan setelah berkomunikasi dengan pelanggan, saya bisa cerewet juga lho..Apalagi kalau pelanggannya adalah tipe orang yang welcome and suka humor. Cocok !
Lalu, karena pekerjaan pula, yang kebetulan saat ini saya sudah punya usaha sendiri yaitu di bidang ban mobil dan onderdilnya, menuntut saya harus menjadi insan yang kreatif, inovatif dan proaktif. Itu harus, karena jika tidak, usaha yang saya lakukan bisa kalah dengan kompetitor lain yang lebih dalam segala hal. Bahkan pelanggan bisa lari jika toko saya tidak memberikan layanan yang memuaskan plus lain daripada yang lain.
Dulu, saat saya masih menjadi karyawan, hidup terasa mengalir begitu saja. Tanpa target yang jelas, pokoknya bekerja sesuai standart tiap bulan terima gaji. Paling-paling dimarahi atasan kalau ketahuan pekerjaannya nggak beres. Hanya itu tantangannya. Namun lama-lama, saya merasa jenuh dan perlu sesuatu yang baru. Saya ingin bisa mengatur waktu sendiri, mengatur keuangan sendiri, punya karyawan, dan yang paling penting, punya banyak waktu untuk anak saya. Itu yang susah saya dapatkan saat terikat waktu menjadi karyawan.
Maka hanya satu modal saya : nekad untuk berani memulai. Dan ternyata memang terbukti setelah menjadi pengusaha, kepribadian saya lambat laun bisa berubah. Yang tadinya minder jadi percaya diri, yang tadinya malu dan takut-takut jadi berani, yang tadinya nggak tahu jadi berusaha untuk tahu, yang tadinya tidak bisa akhirnya bisa...
Friday, August 12, 2011
Kebiasaan Aneh..
Friday, July 1, 2011
Resep Semur Terong
Bahan :
- 3 buah terong ( biasanya yang ungu, tapi kalo adanya yang hijau juga gak dilarang )
- 5 siung bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 10 butir merica
- secuil isi buah pala
- kecap manis secukupnya
- minyak goreng secukupnya
- garam secukupnya
- penyedap masakan bila perlu
Cara memasak :
- terong dikupas, iris bundar setebal 2 cm, kemudian goreng ( sebelumnya dicuci dulu ya..), tiriskan
- bawang merah diiris-iris, goreng
- merica, bawang putih, isi pala dan garam ditumbuk, haluskan
- bumbu yang sudah dihaluskan, ditumis dengan minyak goreng yang sudah panas, kemudian tambahkan air secukupnya
- campurkan kecap secukupnya hingga air berwarna coklat yang cukup menarik
- masukkan terong yang sudah digoreng ke dalam kuah berbumbu
- rasakan hingga rasanya pas dan lezat
- angkat jika sudah matang, taburi bawang merah goreng + daun bawang
Selamat mencoba..semoga berhasil ya..
Monday, June 27, 2011
Maling..oh..Maling..
Menurut keterangan Eko, yang biasa tidur di dalam toko PS, pagi tadi pukul 02.30, mendengar suara mobil berhenti di depan toko kami. Mesin mobil sengaja tidak dimatikan. Suara mesin mobil itupun terdengar sangat halus. Kemudian terdengar langkah kaki di depan toko. Eko masih berpikiran positif, barangkali orang itu adalah temannya yang jaga malam di toko besi punya om kami, yang tak jauh jaraknya dari toko kami. Tapi lama-lama mulai terdengar suara mencurigakan seperti orang menjugil dan suara gesekan rolling door yang cukup ribut. Eko segera tersadar bahwa itu pasti maling.
Eko dihinggapi rasa takut jangan-jangan gerombolan maling membawa senjata tajam yang membahayakan dirinya sehingga Eko pun takut keluar. Niat Eko untuk menghubungi temannya Budi pun urung karena ternyata handphone Budi tertinggal di dalam toko PS Eko. Asumsi Eko, maling itu berjumlah 2 orang. Dan mobil yang dikendarai mungkin sejenis mobil kijang, tapi Eko belum terlalu yakin kerena tidak melihat sendiri. Susana semakin mencekam, tiba-tiba muncul keberanian Eko untuk membuat keributan dengan mengebrak-gebrak rolling door tokonya. Upaya ini berhasil, kerena gerombolan maling segera kabur dan Eko baru berani membuka rolling door tokonya kurang lebih saat mobil maling bergerak sejauh 200 meter dari toko kami.
Kejadian ini membuat kami harus semakin meningkatkan kewaspadaan dan telah menyadarkan kami bahwa kami masih disayang Tuhan. Terima kasih Eko, keberanianmu telah menyelamatkan toko kami. Buat mister maling, semoga Tuhan mengampuni kalian semua karena kalian tidak tahu apa yang telah kalian perbuat.
Tuesday, June 14, 2011
Bersih Kali di Kali Talang
Senin, 30 Mei 2011
Tepat jam 19.00 setelah mandi, saya ngoprak-oprak bapaknya Andro untuk segera mandi. Agenda malam ini ditetapkan untuk memenuhi undangan bapak ketua RT setempat untuk ikut ngombyongi acara lek-lekan malam bersih kali Talang. Berkali-kali Andro sudah tak sabar untuk ikut berperan serta.
“Ayo, papa cepetan mandi, kita pergi ke kali..”
Bapaknya masih ogah-ogahan belum beranjak dari posisi nglekar di depan TV. Beberapa hari ini memang sambat nggak enak badan akibat terjangkit flu yang berawal dari Andro, nular ke saya trus ke bapaknya sekalian. Kompak dah, sampai penyakit dibagi-bagi, saling balapan untuk sisi menghalau ingus yang berkali-kali mengalir tiada henti.
“Sebentar ajalah, yang penting setor muka, nggak enak kalau nggak datang..”, ujar saya.
Sambil menunggu bapaknya untuk pergi mandi, saya nyambi ngracik-ngracik bumbu dan sayuran untuk besok pagi acara makan bersama di kali. Tiap keluarga kena jatah menyediakan nasi dan lauk pauknya 2 besek. Rencananya, besek-besek ini dikumpulkan untuk kemudian dimakan bersama-sama di kali dan satu lagi untuk dibawa pulang. Seperti kado silang gitulah, saling tuker-tukeran besek. Asyik, sro..
Dari siang hari saya sudah wara-wiri ke warung beli segala macam untuk keperluan memasak. Ada 4 menu yang akan saya masak yaitu oseng-oseng tempe + kacang panjang, mie goreng, ayam goreng dan telur rebus. Karena ini pengalaman pertama saya memasak 4 menu sekaligus tanpa dibantu siapa pun, maka saya harus bisa mengatur waktu supaya masakan bisa matang tepat pada waktunya. Saya cicil dulu untuk membumbui ayam sambil direbus, besok tinggal goreng, sreng..Tempe dipotong-potong digoreng dulu. Nanti sepulang lek-lekan baru dimasak. Bumbu seperti bawang merah, bawang putih sudah dikupas dulu supaya tidak kesusu nantinya. Beres..sekarang berangkat lek-lekan dulu..
Sampai lokasi, kami disambut pagar betis..eh..para among tamu yang berdiri disepanjang jalan masuk untuk memberi salam. Suara lagu mengalun dari sound system. Salah satunya lagu Betharia Sonata yang begini syairnya..” pulangkan sajaa...aku pada ibuku..atau ayahku..”. Duh..kok lagunya sedih ya..hiks..jadi inget jadul waktu masih duduk di bangku SMA, lagu ini familiar banget di telinga.
Di sekeliling kali, terhampar tikar untuk duduk lesehan, suasana terang benderang oleh lampu yang dipasang di terpal. Seperti pesta kebun, bo..disekitar kali banyak pohon-pohon beringin besar yang dibawahnya muncul mata air itu. Konon menurut cerita, air kali yang sebenarnya mirip sendang ini tidak pernah kehabisan air. Saat musim kemarau panjang, saat sumur-sumur penduduk asat, kali ini tetap ada airnya sehingga penduduk seringkali mengambil air dari sini untuk keperluan sehari-hari. Tak jarang anak-anak kecil juga mandi di kali ini.
Nah, di malam ini berkumpul penduduk yang terdiri dari 3 dudun yaitu Sudimoro, Mengger dan Kelor. Sebagai tuan rumah adalah dudun Sudimoro, 2 dusun lainnya sebagai tamu undangan. Disekitar tikar yang digelar, ada tempat yang lebih atas semacam pendopo, ditempatkan banyak alat-alat musik gamelan. Ada gong, kendang, dan klonengan. Yang nggamel adalah penduduk sendiri. Lagunya uyon-uyon atau uro-uro, musik kesenian tradisional khas Jawa Tengah. Musik ini biasanya disukai orang tua yang sudah sepuh, tapi jujur saat mendengar secara langsung, saya bisa menikmatinya. Atau karena saya sudah jadi orang tua jadi selera musik ikut berubah ya..? Hehe..
Tampak beberapa orang berbincang-bincang, dan beberapa gerombolan bapak-bapak membunuh waktu dengan bermain kartu diiring musik gamelan. Ada 2 kubu bapak-bapak yang bermain kartu, ibu-ibu hanya menjadi pengamat bapak-bapak yang bermain kartu sembari mengawasi anak-anak yang membentuk klub bermain sendiri diseling rumpian yang tak jarang mengundang tawa. Indahnya kebersamaan. Semuanya berbaur dalam keceriaan tanpa terkotak-kotakkan oleh suku, ras, agama ataupun status sosial. Ada pengusaha, petani, buruh bangunan, tukang batu, tukang kayu, pak polisi, ustadz, bahkan hadir pula rohaniawan katolik yaitu Pastor di paroki Kelor.
Malam semakin hangat saat minuman teh nasgitel ( panas, legi, kenthel = panas, manis, kental ) muncul bersama snack ringan pisang goreng, makroni goreng dan kue. Ngobrol seru sambil ngemil..nyam..nyam..Saya bayangkan, saat ini seperti berada di kafe terbuka dengan hiburan musik tradisional. Wuah..menyenangkan, gratis pula hihi..
Andro tampak senang berbaur dengan teman-teman kecilnya. Tingkah polahnya nggak bisa diam barang sedetik pun. Lari kesana kemari dengan penuh keceriaan. Bisa diam duduk setelah saya suruh minum teh dan makan snack dulu.
“Ma, nanti ada makan malam ya?,” Andro bertanya.
“Nggak tahu ya..jangan keras-keras nanyanya..”
“Ada kok, tadi Andro lihat piringnya..”
Ya ampun, malulah saya, saat ibu-ibu di samping saya ikutan senyum mendengar celetukan Andro.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Andro nggak mau diajak pulang. Matanya asyik mengamati gong yang besar. Sesekali tangannya memegang mikrofon di depan yang untungnya tidak dinyalakan. Kalau nyala, bisa gawat..Andro bisa bikin konser nyanyi sendiri. Akhirnya saya dan suami berinisiatif mengajak Andro pulang karena jam tidur sudah telat meski acara belum selesai.. Setelah dibujuk-bujuk karena besok pagi kesini lagi jam tujuh, Andro mau pulang. Tepat saat makan malam disuguhkan dengan piring secara estafet. Untung Andro tidak melihat, karena kami sudah berjalan menuju parkiran, sehingga acara pulang tidak tertunda.
Selasa, 31 Mei 2011
Alarm dari handphone berbunyi nyaring tepat pukul 03.30 pagi. Wuah..masih ngantuk, tapi saya ingat harus memasak untuk acara pagi ini. Semalam saya sudah nyicil masak oseng-oseng tempe sepulang dari lek-lekan. Saya masih berdiam belum beranjak dari kasur saat alarm berbunyi lagi. Suami ikut nglilir sebentar terusik oleh bunyi alarm dan cukup terganggu sehingga bunyi alarm harus dimatikan. Akhirnya dengan mata yang masih setengah terpejam, saya bangun, mematikan alarm dan beranjak ke dapur.
Jam empat pagi saya mulai memasak nasi, mie goreng dan menggoreng ayam. Jam setengah enam, masakan sudah siap semua dan mulai saya tempatkan di besek yang diberi alas daun pisang yang saya minta dari pohon pisang punya tetangga di depan rumah. Beres..selanjutnya mandi dan membangunkan Andro serta suami tersayang.
Jam tujuh kami berangkat ke kali membawa dua besek berkat makanan hasil memasak sendiri. Bangga lho, apalagi rasanya cukup lezat ( memuji sendiri huehehe..). Sampai di kali, sudah banyak orang berkumpul dengan peralatan bersih-bersih di tangan. Ada yang bawa gathul, sapu, arit dan lain sebagainya. Besek-besek di kumpulkan di pendopo. Semuanya larut dalam kegiatan kerja bakti bersama-sama.
Ada yang menarik saat saya melihat beberapa orang yang turun di kedalaman kali yang bisa dibilang hampir mirip sendang setengah sumur ini. Seorang bapak pemberani sampai menyelam untuk mengambil kotoran di dalam kali. Saat muncul, di tangannya banyak dedaunan dan sampah-sampah yang mengotori kali. Berkali-kali dilakukannya tanpa mempedulikan betapa kotor air kali itu dan matanya memerah. Luar biasa totalitasnya dalam bekerja. Saya kagum, lho..
Itulah, sebagian cerita yang mungkin bisa memberi manfaat bagi kita semua. Inti dari event ini adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kerukunan dan pastinya untuk kebersamaan. Nilai-nilai yang mulai jarang ditemui di kota-kota besar..
Thursday, April 14, 2011
Anugerah Terindah Yang Kita Miliki
Wednesday, February 16, 2011
Goodbye Minder...
Rasa malu yang berlebihan saat bertemu orang lain, kagok saat bicara dan speechless saat berhadapan dengan orang lain menjadi gejala umum saat minder mendera saya. Saya merasa lebih aman meringkuk sendirian di dalam kamar saat banyak tamu di rumah saya sekalipun itu saudara sendiri. Tak peduli berapa lama saya harus mendekam sampai harus menahan pipis dan lapar daripada harus menampakkan batang hidung saya di depan orang-orang yang belum saya kenal dengan baik.
Saking malunya saya untuk menampakkan diri di hadapan tamu, salah seorang saudara jauh saya pernah mengatai bahwa saya tidak punya muka. Salah satu ungkapan protes atas terlalu-nya minder saya yang dengan pasrah harus saya telan mentah-mentah.
Saya tidak tahu persis kenapa saya bisa menderita sifat yang aneh bin ajaib ini. Setahu saya, bapak dan ibu saya termasuk orang yang suka humor dan banyak bicara. Kakak-kakak saya juga tidak ada yang minder.
Saya selalu mengalami kesulitan saat harus beradaptasi di lingkungan baru yang mengharuskan saya untuk bisa berbasa-basi dan ramah. Saya selalu ketakutan saat harus memulai suatu pembicaraan. Saya selalu merasa bahwa apa yang saya lakukan selalu salah dan tidak berguna. Saya selalu takut untuk diabaikan dan direndahkan.
Lambat laun, saya merasa tidak nyaman dengan sifat minder ini, dan ingin keluar dari belenggunya yang menyiksa. Langkah awal yang saya lakukan adalah membuka diri, bergaul dengan orang yang mau menerima saya apa adanya.
Bukannya pilih-pilih teman, terus terang saya sangat sulit untuk berteman dengan orang yang tidak mau menerima diri saya seutuhnya. Apalagi jika orang itu mudah meremehkan orang lain dan suka menghina, sempurna membuat mental saya down. Karena itu, saya akrab dengan beberapa orang yang membuat saya nyaman berteman.
Dalam kenyamanan berteman, ada beberapa hal yang bisa saya petik manfaatnya. Teman yang baik, pasti memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi kita. Apalagi jika dia orang yang optimis, gigih dan suka memotivasi orang. Membuat kepercayaaan diri saya mulai meningkat sedikit demi sedikit. Setelah itu, saya mulai menggali beberapa potensi yang ada dalam diri saya.
Awalnya, saya ragu untuk memulai, tapi berkat dorongan dari teman, saya mulai menemukan bakat-bakat saya. Dan secara perlahan, saya mulai menjadi pribadi yang cukup kuat atas kemampuan yang saya miliki.
Saya mulai bisa menerima diri sendiri, mulai mengenal diri secara baik dan yang pasti, sangat menghargai diri sendiri. Logikanya, kalau bukan diri saya sendiri yang menghargai dan menghormati, bagaimana mungkin orang lain akan berbuat serupa ? Dan saya sangat bersyukur, dengan sedikit perubahan, ternyata mengubah hidup saya menjadi 180 derajat berbeda dari yang lalu.
Rasa malu mulai memudar dalam diri saya mulai terganti dengan percaya diri. Yang tadinya malu untuk memulai senyum, menebar senyum terlebih dahulu kepada orang lain. Yang tadinya takut untuk memulai percakapan, berinisiatif lebih dulu.
Dan ajaib..semua orang menjadi begitu menyenangkan di mata saya. Segala peluang terbuka didepan mata. Segala informasi yang tadinya saya tidak tahu, begitu mudah saya dapatkan dengan sebuah senyum. Tak peduli senyum untuk orang yang belum kenal sekalipun. Hidup saya terasa semakin dimudahkan. Semakin banyak orang yang saya kenal baik, semakin banyak pula orang yang mengenal saya.
Bisa ditebak bukan, segala keuntungan yang diraih dengan menghilangkan sifat minder menjadi percaya diri ? Kepercayaan orang lain kepada kita lebih mudah kita dapatkan. Dan itu aset, karena tidak mudah membuat orang mempercayai kita begitu saja. Semuanya harus diupayakan.
Dan kalau bukan niat dari diri sendiri untuk berubah, siapa lagi yang mampu untuk melakukan perubahan itu ? Bukankah diri kita sendiri yang seharusnya mengenal apa kebutuhan kita, apa pula keinginan kita bukan orang lain ? Karena it, berdamai dengan diri sendiri sepertinya harus selalu kita pertahankan. Dan yang lebih penting, ikutii suara hati karena tidak pernah berbohong.
Friday, February 4, 2011
Hidup Ini Milik Tuhan
Ya, baru kemarin aku masih berbincang dengan mereka, dari seputar obrolan ringan sampai yang cukup serius. Baru kemarin pula berita yang cukup mengejutkan aku terima akan kepergian mereka. Tak percaya secepat itu mereka pergi, tapi Tuhan punya kehendak atas kuasa-Nya.
Kematian selalu menjadi misteri bagiku. Misteri yang tak akan mampu dipecahkan dengan akal budi manusia yang terbatas. Seringkali aku pusing sendiri jika memikirkan kehidupan setelah mati. Apakah nantinya aku bisa masuk surga ataukah neraka jahanam yang akan menerimaku dengan tangan terbuka. Ah..rasa-rasanya begitu banyak dosa yang telah aku perbuat, yang membuatku ragu-ragu mampukah aku masuk surga ?
Aku tak pernah tahu, sebelum aku lahir..aku ada dimana, demikian pula pertanyaanku selanjutnya apakah aku nanti setelah mati akan berada dalam kondisi sebelum aku lahir ? Tapi dimana, gelap rasanya tak ada jawaban yang pasti.
Semakin aku bingung, semakin aku menyadari bahwa aku begitu kecil dihadapan-Nya. Aku hanya makhluk ciptaannya yang sewaktu-waktu bisa dipanggil-Nya. Tak ada yang mampu menawar, menolak ataupun memprediksi kapan waktu itu akan tiba. Hidup dan matiku hanya milik Tuhan.
Tak ada yang mempu melampaui kuasa-Nya. Bahkan menghendaki untuk menyudahi kehidupan sebelum Dia menjemput-Nya. Melawan takdir. Melangkahi kodratnya. Hidup dan mati telah Dia gariskan. Bersiap-siaplah kita menanti giliran.
Friday, October 22, 2010
Enyahlah Khawatir !
Aku heran, darimana datangnya si khawatir itu ? Tiba-tiba saja membawa sejuta pikiran negatif, membuat gelisah tiada tentu. Gundah gulana melengkapi si resah itu. Ah..kenapa datangnya begitu beruntun ? Seolah sudah saling berjanji untuk tumplek blek disini.
Hey..itu si bingung ngapain juga disini ? Mengantarkan si linglung pula, alamak..Aih-aih..si pikun akut jadi ikut-ikutan menjangkit. Kata jangan-jangan selalu bergema laksana alunan musik yang bernada sumbang. Takut ini itu menjadi the great barrier saat ingin melangkah.
Kacau…!!! Tak kutahu kemana rimbanya si waspada, yang selalu mudah mengambil keputusan. Yang terbiasa menyelesaikan masalah tanpa masalah ala pegadaian. Lalu si tegar yang terbiasa berdiri kokoh laksana karang sebesar apapun ombak menerjang seolah lari terbirit-birit saat khawatir menjajah relung-relung kalbu.
Ah, gara-gara khawatir !! Enyahlah !!