Gambar dipinjam dari sini
Menurut kamus, arti dari kata bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas. Biasanya, sebelum bertindak disertai dengan pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran. Si bijak tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Contohnya
saja dalam pengelolaan keuangan. Orang yang bijaksana bisa membedakan
mana yang menjadi prioritas utama dan mana yang tidak terlalu penting
dilakukan. Hal pertama saat uang diterima adalah memikirkan tentang
investasi atau tabungan. Kebijaksanaan disini berkaitan erat dengan
kecerdasan dan penekanan hawa nafsu / keinginan.
Barapapun
penghasilan yang diterima, tidak menjadi masalah jika diolah dengan
bijaksana. Misalnya penghasilan seorang office boy di sebuah
perusahaan Jakarta 1 juta perbulan. Karena office boy ini sudah
terbiasa hidup apa adanya, tidak neko-neko dan tidak ingin apa-apa
kecuali makan sebagai kebutuhan primer menyambung hidup, OB ini mampu
mengelola keuangannya dengan tepat guna. Separuh gajinya ditabung,
kemudian sisanya untuk makan sehari-hari dan masih sempat memberi
kepada sesamanya. Bagaimana bisa ? Hidup di Jakarta gitu loh..
Intinya
adalah penguasaan diri. Saat orang lain sibuk dengan penampilan diri
yang bling-bling, OB ini cukup dengan baju secukupnya yang penting
rapi dan bersih. Tidak perlu yang mahal dan bermerk, yang penting
enak dilihat. Bahkan sering disyukuri, banyak orang yang simpati
memberinya baju layak pakai. Satu nilai plus tidak perlu pusing
dengan budget khusus penampilan.
Soal
makan, yang penting bisa makan dengan nasi, sayur dan lauk seadanya
tidak masalah. Di kostnya yang sederhana, OB ini terbiasa menanak
nasi dengan rice cooker kecil setiap hari. Lebih hemat, tinggal beli
sayur dan lauk tahu, tempe atau telur dan jika rejeki sedang berlebih
bolehlah makan ayam goreng satu bulan sekali. Untuk makan, dan
kebutuhan seperti sabun dan lain-lain satu bulan keluar dana sekitar
300 ribu. Kalau di kantor ada acara ulang tahun staff, biasanya ada
acara makan-makan, OB ini bisa lebih hemat lagi pengeluaran per
bulannya.
Bayar
kost ala kadarnya, sudah termasuk listrik dan air mengeluarkan dana
200 ribu per bulan. Selanjutnya, secara rutin tabungannya terisi 500
rb per bulan. Kalau sudah terkumpul lumayan banyak, tiga bulan sekali
mengirim uang untuk orang tua di kampung, walaupun orang tua sering
menolak diberi. Bahkan kalau ada temannya yang mau pinjam uang,
kadang diambilkan dari tabungannya.
Bandingkan
dengan seorang pejabat tinggi negara yang katakanlah penghasilannya
20 juta lebih per bulan. Belum ditambah dengan tunjangan ini itu.
Gaya hidupnya wah, mobil mewah, rumah mewah, makanan enak tiap hari,
tapi tetap merasa kurang hingga rela korupsi. Dalam hal ini siapa
yang mampu bertindak secara bijaksana ? Padahal dari segi pendidikan,
OB ini hanya lulusan SMP, sedangkan pejabat ini gelar pendidikannya
berderet. Tapi perilakunya belum tentu sebijaksana OB tadi.
Andaikan..para
pejabat di negeri ini mampu berpikir dan bertindak sebijaksana OB
ini, berapa pengeluaran negara yang mampu dihemat, berapa hutang
negara yang mampu dibayar dan betapa tentramnya negeri ini. Semuanya
berawal dari pola pikir sederhana dan bijaksana. Tanpa perlu ada
korupsi.
No comments:
Post a Comment