Gambar diambil dari sini
Beberapa hari yang lalu, saya terhenyak ketika salah satu karyawan saya yang lulusan SMP menyodorkan kepada saya gambar motor yang diinginkannya via Google dari handphonenya.
“Kamu internetan ?,”
tanya saya.
“Iya, Bu..”,
jawabnya.
“Boros dong..kan mahal
browsing internet dari HP..”
“Iya, Bu..mahal, tapi
kadang ada paket hemat dari kartu Anu..”
“Kamu facebookan juga
?”
Karyawan saya yang
namanya A itu mengangguk sambil tersipu malu.
Luar biasa, perkembangan
teknologi sudah demikian cepatnya merambah hingga ke segala penjuru
dunia, termasuk di daerah saya tinggal sekarang yang tergolong daerah
pinggiran. Gunung Kidul, dulu merupakan daerah pelosok yang lekat
dengan kemiskinan, kekeringan dan merupakan daerah tertinggal. Namun
kini, Gunung kidul adalah daerah yang cukup maju dan siap untuk
bersaing dengan daerah lain yang sudah lebih dulu maju. Banyaknya
penduduk setempat yang merantau dan sukses di daerah orang, secara
tidak langsung turut mengentaskan kemiskinan di kampung halamannya.
Seiring pula dengan perkembangan pola pikir dari penduduk setempat
yang mudah untuk mengikuti perkembangan jaman.
Beberapa waktu lalu,
pernah diberitakan di media massa jika pernikahan dini tertinggi di
Indonesia terjadi di Gunung Kidul sejak adanya facebook. Media sosial
seperti facebook dan perkembangan internet yang mudah diakses lewat
handphone secara langsung atau tidak, memberikan dampak positif dan
negatif. Benar atau tidaknya, kehadiran facebook semakin mempermudah
akses dalam pertemanan menjadi pergaulan yang bebas atau tidak
tergantung kepada pribadi masing-masing. Pada dasarnya, pernikahan
dini sudah terjadi sejak jaman dulu. Namun ketika angka statistiknya
meningkat akhir-akhir, dan berdasarkan pertanyaan dari para penghulu
kepada calon nikah muda apakah mereka mempunyai akun facebook,
sebagian besar menjawab ya, punya, dan terus terang menyatakan kenal
pasangannya dari facebook. Jadi..apakah memang ada hubungannya antara
facebook dan nikah dini, bisa jadi, iya.
Di dunia maya, segala
sesuatu bisa terjadi. Semua orang bebas mengekspresikan apa yang dia
maui. Mau menjadi apa dan siapa, semua berhak membangun personal
branding-nya masing-masing. Segala eksistensi dan karakter begitu
gamblang tersirat dan tersurat walaupun seringkali terasa begitu
bias. Rancu antara nyata dan semu.
Tentunya, untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari arus
internet yang begitu cepat adalah dengan adanya saringan atau filter
dari masing-masing pribadi.
Zaman dulu, silaturahmi
bisa terjalin melalui face to face, kunjung mengunjungi walaupun
terbentang jarak dan waktu. Sekarang, jarak bukan lagi menjadi
kendala dalam berkomunikasi. Hanya dalam hitungan menit bahkan detik,
dunia terasa dalam genggaman. Luar biasa..
Layaknya dunia nyata,
dalam dunia maya juga ada ajang gaul antar golongan. Hanya dengan
komentar disana-sini, seseorang bisa dianggap gaul dan populer di
dunia maya. Komentar positif atau negatif bisa menggambarkan
bagaimana sifat seseorang secara tersirat. Plus keberuntungan atau
caci maki bisa didapatkan pula di dunia maya. Saat terjadi insiden
mobil Avanza nabrak beberapa orang hingga tewas, Afriani, sang pelaku
mendapatkan hujatan ramai-ramai dari orang yang mungkin belum
dikenalnya di dunia nyata, namun akun twitternya penuh dengan sumpah
serapah dan penghakiman dunia maya. Luar biasa.
Dalam hal tertentu, dunia
maya bisa mengambil alih peran begitu rupa layaknya di dunia nyata.
Ada arisan, ada ngerumpi bareng-bareng, ada perkumpulan orang yang
punya hobby sama, ada hiburan, ada diskusi, macam-macam semuanya ada.
Dan sekarang ini, dunia
maya bisa mengganti peran sebagai media massa, dimana orang bisa
bikin buku, surat kabar, hanya dengan membaca di layar monitor tanpa
harus dicetak. Dunia maya juga dipilih menjadi media promosi
bisnis-bisnis yang cukup efektif. Memang lebih praktis dan
memudahkan. Namun, berapa banyak waktu yang terluang untuk bisa di
dunia maya secara terus menerus ?
Yang pasti, dunia maya
dan nyata tetap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Lebih nyaman dimana, monggo..
No comments:
Post a Comment